3. Mengubah pola makan
Apa hubungannya pola makan dengan net-zero emissions? Menurut penelitian yang dilakukan di beberapa negara ternyata produksi makanan dengan bahan utama hewani menyumbang prosentase besar dari total karbon dioksida.Â
Meskipun belum memutuskan untuk menjadi vegan 100%, sejak beberapa tahun yang lalu saya mencoba untuk tidak makan daging atau mengurangi konsumsi daging lebih tepatnya. Saya hanya kadang makan daging dalam kondisi tertentu misalnya ada tetangga yang membagi nasi kenduri. Bagi saya daging/ayam lebih membosankan dari pada tempe atau tahu.
Apabila di meja makan lebih banyak tersedia menu daging secara tidak langsung kita turut menyumbang lebih banyak karbon dioksida. Langkah mengubah pola makan dengan mengkonsumsi makanan sumber pangan nabati adalah langkah bijak yang bisa dilakukan untuk membantu mengurangi prosentase emisi karbon. Terlebih apabila kita bisa mengkonsumsinya dari hasil panen kebun/halaman rumah sendiri.
4. Mematikan lampu dan peralatan listrik yang tidak dipakai di rumah
Siapa yang suka bangun siang tetapi lampu kamar masih menyala? Membiarkan colokan kipas angin padahal tidak dipakai seharian? Atau sering lupa mematikan lampu kamar mandi? Ibu termasuk cerewet untuk urusan yang satu ini, saya kerap mendapat ceramah singkat tentang boros listrik dan boros biaya. Mulanya mematikan lampu agar terhindar dari omelan, lama kelamaan menjadi rutinitas dan sudah menjadi kebiasaan sampai sekarang.
5. Menggunakan transportasi umum, sepeda atau berjalan kaki
Mewujudkan net-zero emissions di keluarga saya  barangkali sebuah ketidaksengajaan. Ibu tidak bisa mengendarai sepeda motor, dengan alasan itu ibu selalu memilihkan sekolah yang dekat dengan rumah agar saya bisa jalan kaki. Keluarga kami terbiasa menggunakan angkutan umum dan sepeda sebagai moda transportasi favorit kemana pun.
Namun sejak  saya membeli sepeda motor, saya lebih sering naik motor karena lebih efisien. Pandemi sedikit mengubah kebiasaan saya,  dulu kemana-mana naik sepeda motor, kini lebih suka mengayuh sepeda atau berjalan kaki jika jarak tidak terlalu jauh termasuk menghadiri event offline Kompasianer Jogja. Adanya perubahan aktivitas di masa pandemi ini ternyata menguntungkan bumi karena emisi karbon dari kendaraan juga berkurang.Â
Tren transportasi pribadi di masa depan adalah menggunakan kendaran listrik. Kabarnya di tahun 2050 nanti Indonesia akan menghentikan penjualan  mobil berbahan bakar bensin dan menggantinya dengan mobil listrik secara bertahap. Namun tidak memilki kendaraan listrik bukan berarti kita tidak dapat mendukung net-zero emissions ya.
Jika harus menempuh perjalanan jauh/bepergian seorang diri gunakanlah kendaraan umum atau sharing transport dengan kawan yang kebetulan pergi ke tujuan yang sama. Selain hemat bensin, mengurangi polusi juga menghemat biaya parkir.