Mohon tunggu...
Dian Purnama
Dian Purnama Mohon Tunggu... Freelancer - klaverstory.com

-Job fils your pocket, adventure fils your soul-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar Cari Cuan Trading Lewat Saham Bareng KJog

2 Oktober 2021   09:01 Diperbarui: 2 Oktober 2021   09:10 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedai BS di Jalan Menteri Supeno Yogyakarta

Siapa sih yang nggak pengen punya duit banyak? Rasanya semua orang pasti punya jawaban yang seragam, ya pasti mau lah. Dalam rangka mendapat uang banyak itu saya yang selo ini cukup sibuk pekan ini mencari ilmu sana sini. 

Diawali dengan kelas saham bersama teman-teman Kjog pada hari Sabtu. Rupanya kelas itu menjadi pemantik buat saya yang selama ini cukup cuek untuk mulai berpikir tentang berinvestasi. 

Merasa ilmu harus diperluas hari Senin sampai dengan Rabu kemarin setiap malam saya bela-belain ikut webinar gratis di salah satu financial training. 

Cari-cari info tentang investasi memang sudah lama ada benak saya, sekitar 3 tahun lalu saya punya rencana untuk nabung saham.

 Pertimbangannya karena saya hanya berencana untuk menginvestasikan uang tanpa ingin repot dan mikir tentang riweuhnya kegiatan jual beli. Saat itu memang malas untuk belajar saham.

 Sayangnya itu rencana hanya berlalu dan berakhir sebagai wacana, padahal saya sudah cukup niat pergi ke salah satu sekuritas di sela jam makan siang kantor kala itu. Ya mungkin dunia saham saat itu terasa terlalu asing.

Suasana kelas saham di galeri perak Borobudut Silver
Suasana kelas saham di galeri perak Borobudut Silver

Sekarang mungkin saatnya saya berkenalan dengan si saham ya. "Bisa Apa Dengan 100 ribu? Cara Praktis Trading Saham Untuk Pemula" menjadi tema event KJog kali ini. 

Bersama Pak Eko Indriyanto seorang kompasianer yang sudah berpengalaman dalam trading saham berbagi infonya kepada kami mengenal dunia saham bertempat di Borobudur Silver di Jalan Menteri Supeno Yogyakarta. 

Sebelum pandemi galeri perak ini selalu dipenuhi dengan wisatawan manca yang ingin membeli perak sebagai souvenir. Pandemi mungkin membuat kita berhenti sejenak, tapi tidak untuk menyerah dan tetap bertahan, demikian juga dengan Borobudur Silver.

Ibu Selly Sagita, owner Borobudur Silver, sedikit bercerita sesaat sebelum kelas dimulai bagaimana perjuangnya menghidupkan kembali galeri silver dan restonya. 

Memutar otak agar bisnis tetap berjalan dan karyawannya tetap berkarya. maka tercetuslah ide untuk berjualan nasi soto dan nasi gandul khas Pati dengan menyulap area parkir di sebelah galeri. 

Kedai BS di Jalan Menteri Supeno Yogyakarta
Kedai BS di Jalan Menteri Supeno Yogyakarta

Beberapa craft dan furniture dari ditata untuk mempercantik kedai sekaligus sebagai showroom untuk memudahkan pembeli melihat koleksi.

Sebelum ngobrolin tentang saham tentu saja kondisi perut harus dipastikan kenyang, topik yang berat untuk saya nggak akan bisa saya cerna dengan baik kalau perut keroncongan. 

Teman-teman Kjog di Kedai BS
Teman-teman Kjog di Kedai BS

Tenang, semangkuk nasi soto dan teh panas sudah siap tersaji. Nasi soto di kedai BS ini bener-bener pas, ya pas rasanya, pas porsinya dan pas di kantong. 

Dengan delapan ribu rupiah saya sudah bisa menikmati soto dengan citarasa yang sedikit berbeda dari soto kebanyakan di Jogja. 

Soto dengan kuah kaldu ayam yang bening disajikan bersama sayur kol, wortel, toge, soon taburan daun bawang dan bawang goreng, tentu saja suwiran ayam. 

Nasi Soto Ayam Kedai BS
Nasi Soto Ayam Kedai BS

Sepintas mirip soto ala rumah yang biasa dibuat ibu. Tidak ketinggalan tahu goreng, tempe garit  dan krupuk cukup untuk menutrisi otak sebelum kelas dimulai.

Duduk melingkar di sebuah galeri perak dan dikelilingi asesoris/kerajinan perak kami memulai obrolan kami. "Apa sih yang diinginkan dari kelas saham ini?" begitulah Pak Eko membuka kelas ini sekaligus menjadi bahan perenungan sebelum membahas lebih lanjut. 

Tentu saja saya yang buta tentang saham berharap bisa mendapatkan pengetahuan tentang saham. Yap, sesederhana itu saja dulu karena saya sadar bahwa saham tidak bisa dimengerti dalam waktu 60 menit, apalagi saat istilah-istilah saham mulai disebut mendadak lapar lagi saya hahahaha. 

Setidaknya ada benang merah yang bisa saya ambil dalam diskusi sore itu sebelum saya memutuskan akan berinvestasi di saham.

Pak Eko, pemateri kelas saham bareng Kjog
Pak Eko, pemateri kelas saham bareng Kjog

Poin satu adalah investasi bisa dilakukan jika ada duitnya, tentu saja ini adalah tipe uang yang idle yang memang tidak kita alokasikan untuk apapun. 

Investasi bentuk apapun selalu ada resiko, nah di saham kali ini selain kerugian materi/uang kita juga harus menyiapkan diri secara psikologis. 

Poin dua menyiapkan mental/psikologis  karena secara energi dan waktu akan terkuras untuk mengamati pasar modal, kapan harus membeli atau menjual termasuk mengatasi rasa kecewa. 

Poin terakhir adalah kemampuan menganalisa ada 2 hal yang bisa dijadikan parameter sebelum memutuskan membeli saham yaitu membeli saham perusahaan yang aktif dan membaca laporan keuangan perusahaan tersebut. 

Lalu bagaimana dengan uang seratus ribu? 1 lot = 100 lembar , misalnya sebuah perusahaan menjual sahamnya senilai Rp. 100,- per lembar maka dengan seratus ribu sebagai modal awal saya bisa beli 10 lot. 

Jika kondisi ekonomi negara yang stabil/aman dan neraca perusahaan tersebut meningkat dari tahun ke tahun bukan tidak mungkin 10 tahun lagi mereka sudah menjual sahamnya di harga 10.000 per lembar. 

Bisa dihitung kan berapa keuntungan saya 10 tahun ke depan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun