Mohon tunggu...
Dian Purnama
Dian Purnama Mohon Tunggu... Freelancer - klaverstory.com

-Job fils your pocket, adventure fils your soul-

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kiskendo Gua Heritage, Gua Sumitro dan Tegal Pule, Destinasi Wisata Pesona Kulon Progo

25 Maret 2021   13:31 Diperbarui: 27 Maret 2021   09:34 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamis (18/03) saya memulai aktivitas lebih awal dari hari biasa. Sesuai dengan rundown acara yang dibagikan kami harus berkumpul jam 07.00 di kantor Dinas Parwisata D.I. Yogyakarta untuk mengikuti kegiatan Familiarization Trip yang diadakan oleh Dinpar Kulon Progo. Sepertinya kegiatan ini berlangsung setiap tahun, dari beberapa obrolan yang saya dengar ada beberapa peserta yang sudah ikut tahun lalu. Untuk saya ini kali pertama saya ikut. Perjalanan dari Yogyakarta ke Gua Kiskendo menempuh waktu kurang lebih 90 menit dengan menggunakan kendaraan pribadi. Dan ini pertama kali juga saya mengunjungi Gua Kiskendo dan mungkin perjalanan terjauh saya selama masa pandemi ini. Kami juga akan mengunjungi Gua Sumitro dan Tegal Pule. Rasanya sudah terlalu penat dan saatnya sedikit memberikan refreshing, dengan catatan tetap menjalanankan standar prokes yang ketat. 

Ada apa di Kulon Progo?

Wah dulu kalau ditanya ada apa di Kulon Progo, jawabannya pasti Pantai Glagah. Baru sekitar tahun 2015 saya mulai mengeksplorasi Kulon Progo, waktu itu ke obyek wisata Kali Biru dan Kebun Teh Nglinggo. Destinasi lain juga mulai saya kenal seperti puncak Suroloyo, puncak Kleco, Hutan Mangrove tetapi  belum sempat sampai di sana. Semenjak kepindahan bandara Yogyakarta atau yang lebih dikenal dengan Yogyakarta International Airport, Kulon Progo makin menunjukkan pesonanya. Sekarang ada 30 lebih destinasi wisata dan juga 11 desa wisata yang ada di Kulon Progo. Gua Kiskendo dan Gua Sumitro yang berada di kawasan Desa Wisata Jatimulyo dan Tegal Pule yang berada di desa wisata Dekso Banjararum.

Pintu masuk dan tiket box menuju Gua Kiskendo (Dok. pribadi)
Pintu masuk dan tiket box menuju Gua Kiskendo (Dok. pribadi)

Di sepanjang perjalanan menuju Gua Kiskendo di kanan kiri terdapat banyak sekali caf yang menawarkan pemandangan khas persawahan dan bukit-bukit. Tentu sayang untuk dilewatkan,sila mampir untuk sekedar menikmati secangkir kopi dan merasakan similir angin pegunungan yang membuat pikiran fresh. Tidak hanya kuliner dan wisata alam, batik juga menjadi potensi di Kulon Progo. Senada dengan Bapak Joko Musito SSn, MA Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo juga menyampaikan banyak sekali potensi di Kulon Progo. Sebagai Info terbaru bulan Maret ini ada 3 gunung api purba di Kulon Progo, Gunung Gajah, Gunung Ijo dan Gunung Kendil merupakan gunung api purba tertua di Pulau Jawa yaitu. Sedangkan Gua Kiskendo ditetapkan sebagai gua heritage dan gua tertinggi di Pulau Jawa yang berada di atas 800 dpl.

Sendratari Kiskendo Mrahaswara yang Menakjubkan

Penggalan sendratari Kiskendo Mrahaswara (Dok. pribadi)
Penggalan sendratari Kiskendo Mrahaswara (Dok. pribadi)
Akhirnya kami tiba di Gua Kiskendo setelah kurang lebih satu setengah jam perjalanan, ternyata lokasi Gua Sumitro berada satu kompleks dengan Gua Kiskendo, hanya 10 menit berjalan kaki. Untuk masuk ke kawasan wisata Gua Kiskendo pengunjung cukup membayar tiket 6.000 rupiah per orang sesuai dengan harga yang mulai berlaku dari tanggal 5 Februari 2019. Rombongan harus mencuci tangan dan cek suhu badan oleh petugas, penggunaan masker juga wajib di area ini. 

Gua Kiskendo sangat erat dengan cerita Sugriwa Subali. Sebelum menyusuri Gue Kiskendo kami diajak untuk menyaksikan pagelaran sendratari Kiskenda Mrahaswara. Kagum sekaligus bangga karena semua pemain dalam sendratari ini adalah anak-anak muda putra dan putri daerah. Para seniman muda ini adalah generasi penerus yang mampu nguri-nguri warisan budaya. Pantas saja desa  Jatimulyo ini menjadi salah satu desa wisata karena memang memiliki banyak potensi. Saya benar-benar menikmati pertunjukkan, waktu 1 jam terasa singkat. Sepanjang pertunjukan saya tidak berhenti dibuat takjub terutama oleh kepiawaian adik-adik kecil menari, ditambah sesi akhir pertunjukkan yang dibuat sangat dramatis. Amphitheater out door dengan latar belakang bukit kecil hijau setema dengan cerita yang memang sebagian besar mengambil latar tempat di hutan.  

Di awal pertunjukkan, narasi cerita dibacakan dalam dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Kisah ini merupakan bagian dari kisah Ramayana. Sugriwa dan Subali mendapatkan tugas untuk menyelamatkan Dewi Tara yang diculik. Sosoknya muncul sebagai manusia kera dengan kostum bernuansa merah. Mendapat tugas mereka segera pergi ke Kiskendo kerajaan Mahesa Sura dan Lembu Sura tempat di mana Dewi Tara dibawa. Subali akan masuk ke dalam gua dan berpesan kepada Sugriwa yang menjaga di luar, jika aliran air yang keluar dari gua berwarna putih itu artinya Subali kalah, Sugriwa harus menutup pintu gua dengan batu. Sedangkan jika aliran air berwarna merah berarti Lembu Sura dan Mahesa Sura berhasil dikalahkan. 

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Lalu apa ya yang terjadi? Subali melihat aliran berwarna merah dan putih, Subali mengira kakaknya telah tewas oleh salah satu musuhnya dan segera menutup pintu gua. Di ujung sebelah atas tampak dua kain merah dan putih yang dibentangkan dari atas ke bawah, melambangkan aliran air yang dimaksud. Suara gendang makin keras dan tiba-tiba "duar", penonton bisa melihat sosok Subali yang bergantung di atas. Ya, menurut cerita Subali yang memenangkan pertempuran tidak bisa keluar dari dalam gua karena Subali telah menutupnya dengan batu. Sehingga dia pun menjebol bagian gua di bagian atas dan melompat keluar. Riuh tepuk tangan penonton menutup sendratari dengan sempurna.

Menyusuri Kiskendo Bersama Mbah Slamet

Di kawasan wisata Gua Kiskendo juga ada satu gua lagi yang bisa dikunjungi yaitu Gua Sumitro. Namun untuk memasuki gua ini tidak bisa sembarangan. Kita harus menggunakan alat dan dibantu oleh team. Pak Moko dari Menoreh Experience memberikan penjelasan. Pengunjung yang akan masuk ke dalam gua harus menggunakan pakaian khusus ( wearpack), sepatu boots karet, helm yang dilengkapi senter di atas. Nanti dengan menggunakan tali akan diturunkan melalui lubang gua ke bawah kira-kira 15 meter yang sekaligus berfungsi sebagai pintu masuk. "Tenang, semua team pemandu sudah berlisensi", demikian Pak Moko menegaskan agar kami tidak khawatir. Lama berada didalam gua kira-kira 2 jam, kami akan diajak untuk melihat keberadaan stalaktit dan stalakmit, menyusuri gua dan black water rafting (mengapungkan diri dengan pelampung) di kedalaman 4 meter. "Semua kegiatan di gua Sumitro ini memang harus sesuai dengan SOP, karena untuk menjaga kelestarian gua dan menjaga sumber air di dalam gua yang digunakan untuk kebutuhan masyarakat sekitar'',tambah Pak Moko.

Caving di Gua Sumitro Kulon Progo (Dok. pribadi)
Caving di Gua Sumitro Kulon Progo (Dok. pribadi)

Keterbatasan waktu membuat tidak semua peserta bisa ikut caving di Gua Sumitro, hanya 10 orang saja. Akhirnya beberapa kawan dari masing-masing organisasi menunjuk perwakilannya. Saya tidak termasuk di team Sumitro, kondisi yang kurang fit karena sempat mabuk perjalanan di awal tadi membuat saya mengurungkan niat untuk ikut bergabung. Padahal tentu saja pasti akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Selepas menyusuri Gua Sumitro tampak wajah happy dari teman-teman yang bergabung.

Mbah Slamet (menggunakan lurik) pemandu kami menyusuri Gua Kiskendo (Dok. pribadi)
Mbah Slamet (menggunakan lurik) pemandu kami menyusuri Gua Kiskendo (Dok. pribadi)

Well, beberapa teman sudah nyemplung ke Sumitro. Panitia lalu mengajak kami berjalan kaki ke arah barat menuju Gua Kiskendo. Di depan pintu masuk gua saya melihat seorang simbah dengan menggunakan surjan lurik dan blangkon. Dia adalah Mbah Slamet, juru kunci Gua Kiskendo yang akan mengantarkan kami menyusuri gua. Memulai menyusuri gua dengan mendengarkan kisah Sugriwa Subali, Mbah Slamet menunjukkan reliefnya yang terpahat di dinding bagian luar gua. Meskipun samar beberapa bagian relief masih tampak bentuk rupanya. Dan di dalam gua mbah Slamet juga menunjukkan bagian-bagian gua yang menurut cerita adalah tempat terjadinya pertarungan Subali melawan Mahesa Sura dan Lembu Sura. Ada bagian gua yang banyak terdapat lekukan-lekukan karena benturan pada saat mereka bertarung. Bagian lain lagi adalah tempat Subali keluar menjebol bagian atas gua.

Memasuki gua ini memang harus ditemani dengan pemandu dikarenakan banyak sekali cabang yang mungkin akan membuat bingung. Di samping itu banyak cerita yang harus diketahui jika berkunjung di sini. Akses menuju ke dalam gua sudah ada tangga yang menjorok ke dalam, harus ekstra hati-hati  karena meskipun sudah di semen tetap ada bagian yang licin terutama jika berlumpur. Ada penerangan lampu tetapi tidak di semua bagian gua. Karena itu Mbah Slamet meminjamkan kami beberapa senter dan helm. Ya, helm harus dipakai saat menyusuri gua yang kadang track nya pendek sehingga kita harus melaluinya dengan sedikit berjalan sambil membungkuk. Meskipun dinding gua tidak tajam, tapi lumayan juga sih kalau kepala terbentur. 

Selain erat kaitannya dengan cerita Sugriwa dan Subali, gua Kiskendo digunakan sebagai tempat bertapa/bersemedi. Pemberhentian pertama, ruangannya cukup besar dangan banyak lekukan yang menjorok di beberapa bagian dindingnya, Mbah Slamet menjelaskan bahwa tempat ini digunakan untuk bertapa dan setiap orang menempati ceruk gua yang berbeda berdasarkan profesinya (petani, seniman dll). Bagian lain digunakan untuk menyimpan hasil bumi disebut lumbung, di ruangan ini dinding guanya kering tidak seperti bagian gua lain yang ada tetesan air. Sehingga memungkinkan untuk menyimpan makanan di ruangan gua bagian ini. Ada bagian gua yang digunakan untuk sembahyang dan tidak terlalu jauh dari tempat ini terdapat bagian gua yang disebut padasan. Di bagian ini terdapat stalaktit yang cukup besar dengan tetesan air yang cukup banyak. 

Hampir satu jam kami menyusuri Gua Kiskendo. Menyusuri gua dan mendengarkan cerita yang konon Mbah Slamet sudah sejak kecil menyusuri gua ini. Pantas saja beliau hafal setiap bagian ruang di gua ini, termasuk ketika ada salah satu ruang ceruk di salah satu bagian gua yang sekarang tertutup, dulu pernah dieksplore oleh Mbah Slamet.  Selesai menyusuri gua, rasa lapar pun mulai terasa. Segelas teh panas dan nasi gurih, sambel goreng kentang, ayam suwir, telur dan  oseng soon di dalam besek bamboo sudah menanti. 

Menikmat Sore di Tegal Pule Dalam  Syahdu Hujan

Wahana Wisata Tegal Pule Kulon Progo (Dok. pribadi)
Wahana Wisata Tegal Pule Kulon Progo (Dok. pribadi)

Melanjutkan perjalanan berikutnya ke Tegal Pule, hanya 30 menit dari Gua Kiskendo. Tegal Pule ini adalah wahana wisata yang berada di Desa Wisata Dekso Banjararum. Sebelum menjadi wahana wisata, area tanah yang merupakan tanah kas desa hanya digunakan untuk bercocok tanam. Tidak seperti tanah disekitarnya yang cukup berhasil ditanami apa saja, tanah di sini tidak menghasilkan apa-apa. Nama Tegal Pule berasal dari pohon 3 pohon Pule yang ada di area ini. Pohon Pule ternyata adalah pohon yang bisa hidup ratusan tahun. Melihat kondisi yang demikian masyarakat desa berinisiatif agar tanah ini bermanfaat secara ekonomis. Pemandangan yang menawan dan melihat potensi-potensi yang bisa dilakukan akhirnya area ini dijadikan wahana wisata. Demikian obrolan saya dengan salah satu pengelola dan pamong desa. Pengelola menawarkan paket camp Tegal Pule dengan harga sekitar 200 ribu per orang. Fasilitas yang cukup lengkap diantaranya makan dan snack 3 kali, ATV, tenda, sepeda, helm, pelampung dan kamar mandi

Ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan  disini salah satunya susur sungai dengan menggunakan tubling dan jemparingan. Jemparingan adalah olah raga panahan khas Kasultanan Yogyakarta. Busurnya terbuat dari kayu, semakin berat kayu semakin bagus karena tidak mudah goyah. Setiap orang yang ingin menekuni jemparingan sebaiknya memiliki busur nya sendiri. Dikarenakan ukuran tinggi busur menyesuaikan dengan tinggi badan sang pemanah agar tarikan busur sesuai dengan posisi tangan dan bahu. Kesesuaian ini tentu saja berpengaruh terhadap keakuratan dan dapat memanah secara optimal . Sasaran dalam jemparingan disebut wong-wongan. Jemparingan sangat diminati dan ternyata ada perlombaanya. Dalam jemparingan yang menang biasanya mendapat hadiah berupa hasil bumi seperti sayur-sayuran.

Jemparingan (Dok. pribadi)
Jemparingan (Dok. pribadi)

Sayangnya saya tidak sempat mencoba jemparingan karena beberapa saat setelah kami tiba di lokasi hujan cukup deras. Permainan air sangat bergantung dengan cuaca, hujan jelas tidak memungkinkan untuk dilakukan. Kami pun menikmati hujan sambil menikmati wedang jahe, cenil, gethuk dan pisang rebus ditemani alunan gamelan para seniman desa Banjararum. Menjelang sore hujan tak kunjung reda dan kami harus mengakhiri Fam Trip hari ini. Membawa pulang banyak cerita tentang Kulon Progo dan kain batik biru bermotif geblek (makanan khas daerah Kulon Progo). Berjanji dalam hati semoga bisa segera berwisata ke sini lagi dalam cuaca yang lebih cerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun