Di Dawet Flamboyan Kudus Danial Ahsin (owner Dawet Kani) belajar membuat dawet selama 4 bulan lamanya sebelum membuka Dawet Kani di Jogja. Akhirnya di bulan Oktober ini dawet khas Pasar Kliwon Kudus ini untuk pertama kalinya muncul di luar Kudus. Â
Saat pertama mencicipi dawet Kani, sama seperti Raden Kembang Jaya, saya juga terkesan oleh kelegitan cita rasanya. Dari sruputan pertama saya kasih poin 10 untuk perpaduan lembut dawet, manis dan gurihnya. Kira-kira begitulah rasa yang sempat direkam oleh lidah saya. Tenyata ini tho rahasia dawet Kani, tapi…sttt jangan bilang siapa-siapa ya.
-
Santan Kanil/Kani
Pernah dengar Kanil? Saat kita memarut kelapa, biasanya perasaan pertama itu kita sisihkan dan ketika dimasak santannya akan berwarna lebih putih dibandingkan santan perasaan kedua, itulah yang disebut santan kanil.Â
"Santan Kanil atau di daerah Kudus disebut Kani, inilah alasan pemberian nama Dawet Kani yang merupakan dawet khas Kudus", demikian Danial Ahsin sang owner menjelaskan. Penggunaan santan kanil/kani menjadi pembeda Dawet Kani dengan dawet Ayu Banjarnegara, dawet Ireng, Cendol Elizabeth dan dawet-dawet yang lainnya.Â
Untuk kira-kira 100 porsi dibutuhkan 20 butir kelapa yang dimasak kira-kira 2 jam lamanya. Dengan waktu memasak selama itu santan kanil yang dihasilkan benar-benar tanak dan tidak cepat basi.Â
Saya masih bisa melihat uap panas saat mas Danial menyendokan santan kanil dari panci, benar-benar awet panas meskipun sudah hampir jam 12 siang. Persiapan pembuatan santan sudah dimulai kira-kira jam 3 dini hari, karena warung dawet sudah harus dibuka jam 09.00 pagi. Wangi gurih santan dan harum daun pandan langsung memenuhi seluruh ruangan. Ehmmm enak sekali.Â
Tepung aren
Ada banyak versi tepung untuk membuat dawet ada yang menggunakan tepung beras, tepung hunkwe atau tepung sagu. Dawet Kani khas Pasar Kliwon Kudus menggunakan tepung aren seperti yang digunakan oleh Ki Sagola saat membuat dawet jaman dulu. Â