Dengar bisik-bisik dari mbak Nina, pengagas Sedekah Nabung yang digandeng oleh KJog di event donasi kali ini, teman-teman di sini sangat senang dan bangga ketika bisa tampil mempertunjukkan kepiawaian mereka perform  di panggung. Kadang memainkan gamelan, kadang hadroh, menyanyi atau menari. "Ada rasa bangga ketika mereka tampil, jadi saat ini mereka pasti merasa sedih karena tidak bisa pentas seperti biasanya." lanjut mbak Nina bercerita. Maklum saja mbak Nina ini sudah sering melakukan donasi di sini melalui kegiatan Sedekah Nabung yang digagasnya.
Untuk mengobati kerinduan mereka kami mengajak mereka bernyanyi, lagu pertama yang kami nyanyikan adalah lagu Selamat Ulang Tahun. Hehehe...rupanya Mbak Nina berulang tahun di bulan Maret ini, selain itu ada Mas Supriyadi salah satu teman yang tinggal di Panti juga berulang tahun. Keceriaan makin bertambah saat kami mengadakan games berhadiah, siapa yang bisa menjawab pertanyaan atau melaksanakan tantangan maka dia berhak dapat hadiah.
Saya kasih seribu jempol deh, semua teman-teman di sini tidak ada yang malu-malu. Coba saja lihat aksi mbak Asih, Yuni Sara-nya di sini, menyanyi Prau Layar, merdu sekali suaranya, nggak kalah sama suara Yuni Sara lho. Hmm siapa tahu suatu hari nanti bisa diajak duet nanti sama Mbak Yuni Sara. Hadiah habis dibagikan, acara kami akhiri dengan makan bersama.Â
Tentang sebuah perasaan "aneh" yang tidak bisa dijelaskan tadi, barangkali itulah yang disebut asih treno (bahasa Jawa berarti kasih dan cinta). Saya melihat kasih saat Fauzi anak termuda di Panti ini, diuyel-uyel pipinya karena gemas, sampai sempat nangis kemudian teman-teman yang cewek memeluk Fauzi layaknya adik sendiri dan menenangkan dia.
Saya juga melihat ada rasa sayang saat seorang kawan baru selesai mandi, dengan bedak putih di hampir seluruh wajah, menyusul bergabung pas saat makan, seorang yang lain langsung mengambilkan kotak makanan untuk dia.
"Semua anak-anak di sini mandiri mbak", kata Ibu Yanti. Iya saya melihatnya, tidak ada yang bergantung pada Bu Yanti. Duduk tidak jauh dari saya, ada mas Erwin berhasil membuka kotak plastik makanan dengan kakinya dan mengambil sepotong kentang goreng kemudian menyuapkan ke mulutnya dengan menggunakan kakinya. "Mas Erwin nggak penah mau dibantu, selalu makan sendiri", lanjut bu Yanti. "Hebat ya bu", kata saya. Saya melihat mereka tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan penuh cinta , bounding diantara mereka kuat karena mereka saling menyayangi.
Meskipun singkat dan sederhana tetapi meninggalkan kesan yang mendalam. Terlebih mendengar cerita Ibu Yanti bagaimana setiap anak akhirnya punya cerita di sini, ada yang dibuang oleh keluarganya, ada yang ditemukan oleh Polisi dan ada juga yang dititipkan oleh keluarga disini.
Selain bersekolah di SLB Bina Siwi (sekolah ada di depan Panti),mereka juga diajari beberapa ketrampilan. Ketrampilan yang bernilai jual, bangga sekali mendengar bahwa sandal hotel di salah satu hotel besar di Yogyakarta adalah hasil dari tangan terampil mereka. Tidak hanya sandal, mereka juga membuat dompet, kipas kain, bross, jepit rambut, bantal. Semua hasil karya mereka ditampilkan di ruang tamu yang ada di bagian depan.Â