Mohon tunggu...
Dian Purnama
Dian Purnama Mohon Tunggu... Freelancer - klaverstory.com

-Job fils your pocket, adventure fils your soul-

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Selasa Wagean Perdanaku dan Dolan Heritage bareng KJog

5 Maret 2020   08:25 Diperbarui: 5 Maret 2020   08:41 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selasa Wage bulan Maret kemaren terasa special, gimana nggak spesial wong itu edisi perdana. Harapannya cuman satu yaitu bisa jumpalitan di jalan malioboro. Sengaja memilih ojek online menuju ke Titik Nol Kilometer, tepatnya di depan Museum Sonobudoyo, di situlah meeting point saya bersama teman-teman Kompasianer Jogja. 

Belum sampai Nol Kilometer, sudah ada kemacetan panjang dari perempatan Gondomanan hingga jembatan Sayidan, akhirnya belok kiri dan perjalanan berakhir di Alun-alun Utara. Dari tempat drop off menuju ke meeting poin, cukup 3 menit berjalan kaki. Mudah sekali mencari kawan-kawan Kompasianer, tinggal cari patung pria berpakaian ala prajurit Kraton berwarna merah. Benar saja saja sudah melihat ada beberapa yang sudah sampai, wah mbak Yulia Sujarwo mentor kita hari itu sudah standy by. 

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Tumben sekali Selasa Wage sudah penuh sesak orang di nol kilometer Ada beberapa polisi juga yang menjaga. Usut punya usut ternyata orang-orang ini berdiri mengelilingi panggung di depan Monumen Serangan Umum 1 Maret. 

Sambil menunggu teman-teman Kompasianer datang, mbak Yatmi salah satu anggota Kompasianer sekaligus pengusaha catering berbaik hati membuatkan kami makan siang. 

Jadilah kami piknik ala-ala di depan caf Sonobudoyo sambil ditemani konser musik dari panggung Nol Kilometer. Di tengah-tengah menyantap ayam bacem dan perkedel, kami dikejutkan oleh suara gemuruh dari langit. 6 pesawat dari sebelah utara muncul, dengan ketinggian yang lumayan dekat menuju ke selatan. 

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Oh baiklah sedikit lega, ternyata bagian dari atraksi. Coba saja kalau pesawat ini melintas di sekitar tahun 1949, mungkin Nimas kecil (putri dari Mbak Niken salah seorang anggota KJog) tidak akan berteriak-teriak, "Dah dah...dah dah pesawat" melambaikan tangannya saat  keenam pesawat tadi muncul kembali dari arah selatan ke utara. 

Sekitar tahun 1949, kerumunan orang-orang pasti tidak sedang menonton konser musik, dan ketika melihat penampakan 6 pesawat yang terbang sedikit rendah tidak akan membuat orang mendongakan kepala tetapi pasti akan membuat langkah kaki bergegas untuk bersembunyi. Barangkali ya...

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Jadi berandai-andai tentang nol kilometer tempo doeloe, nah mumpung ada mbak Yulia Sujarwo yang berprofesi sebagai guide, setelah selesai menikmati nasi box kami akan menyusuri nol kilometer dan mendengarkan dongeng sejarahnya. 

Kami mulai sedikit gelisah saat mendengar kabar ada 3 teman kompasianer yang terjebak di sisi utara nol kilometer. Mereka kesusahan menerobos kerumunan padahal hari sudah semakin sore. Tapi apalah daya, sebagai manusia kita memang hanya punya rencana. 

Selasa wage yang diagendakan untuk dolan heritage, dari nol kilometer sampai Malioboro sedikit ada perubahan. Situasi saat itu tidak memungkinkan sehingga mbak Yulia mengalihkan perjalanan ke arah alun-alun utara. Teman-teman yang masih terjebak di sisi utara bisa menyusul nantinya.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Sampai di alun-alun kami pun mencari titik kumpul agar bisa mendengarkan cerita mb Yulia tanpa suara yang mengganggu. Titik nol kilometer sejak dulu sudah menjadi pusat kota di Jogjakarta lagi, dari foto yang bersumber dari KLIV Leiden, memang benar ada banyak orang yang berlalu lalang di titik ini. 

Eits tunggu dulu, saat saya memperhatikan foto itu dan membandingkannya dengan yang sekarang, ternyata hanya ada satu perbedaan yang mencolok. Ada satu bundaran air mancur tepat di tengah-tengah perempatan Kantor Pos yang sekarang dikenal dengan titik nol. Entah dibangun pada masa kapan, tetapi keberadaannya dari ada menjadi tiada bukan karena alasan keindahan. 

Pada masa HB IX air mancur di tengah-tengah perempatan Kantor Pos beralih fungsi sebagai kolam pemandian dan pencucian baju para gelandangan dan pengemis. Bukannya menjadikan sudut kota Jogja makin cantik tetapi malah menggangu pemandangan. Belum lagi baju-baju yang dicuci di air mancur tersebut di jemur di situ juga. Nah bisa kebayang kan. Akhirnya bundaran air mancur tersebut dibongkar.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Belum lagi mendengar cerita tentang bangunan lain di sekitar nol kilometer tiba-tiba hujan turun. Awalnya hanya gerimis, tiba-tiba semakin deras. Kami memutuskan untuk kembali ke meeting point. Senang rasanya melihat teman-teman yang tadi terjebak di sisi utara sudah berkumpul.

Cuaca sepertinya tidak mendukung dolan heritage kami sore itu, dongeng heritagenya akan diceritakan kembali di hari Jumat. Ya sudah akhirnya kami menikmati drumband dari AU. Saya akhirnya berhasil berjalan kaki di jalan Malioboro di Selasa Wage untuk pertama kalinya. Yihayyy. Eh iya dongeng Nol Kilomaternya masih nyambung lho di hari Jumat.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Jumat sore kala itu, kami akhirnya janjian bertemu lagi. Suasana Nol Kilometer berbeda dengan Selasa Wage kemarin. Akhirnya kami bisa berjalan-jalan sambil menyimak cerita mb Yulia. Ada 5 bangunan ikonik yang tampak jika diliat dari masing-masing ujung perempatan yaitu Kantor Pos, Bank Indonesia, Bank BNI 46, Benteng Vredenburg dan Gedung Agung. 

Dari ke 5 bangunan itu yang pertama kali dibangun adalah Benteng Vredenburg. Benteng Vredenburg dibangun pada tahun 1760, unda-undi dengan pembangungan Kraton Ngayogyaningrat. Dulunya benteng ini bernama Rustenburg (yang berarti tempat tinggal) dan merupakan tempat peristirahatan tentara belanda. 

Di belakang benteng ini dibangun juga beberapa perumahan untuk orang-orang belanda, kemudian menjadaii cikal-bakal pemukiman belanda pertama di Yogyakarta dikenal dengan sebutan Loji Kecil.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Kantor Pos yang berdiri sekarang dulunya adalah Post. Telegraaf en Telefoon Kantoor (kantor Pos, telegram dan Telepon). Siapa yang sudah pernah menerima dan mengirimkan telegram? Barangkali ada yang inget pernah menelpon dari banging kaca berwarna biru dan memasukkan koin untuk menelepon? 

Aha saya bisa mengira-ira anda lahir di tahun berapa? Hehehe. Di sebelah kantor Pos persis adalah De Javansche Bank sekarang digunakan menjadai Bank Indonesia. Nah 2 bangunan di sisi utara nol kilometer tidak terlalu mengalami perubahan bentuk secara arstitektur dan fungsi. 

Lain halnya dengan Bank BNI 46, bangunan ini dulu dibangun tahun 1920 bukan tahun 1946 ya hehehe sebagai kantor asuransi. Perjalanan kami lanjutkan ke arah jalan Malioboro dan kami mampir ke benteng Vredenburg untuk berfoto dan melihat bekas kanal yang dulunya ada mengelilingi benteng saat pertama kali dibangun. 

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Hmm lagi-lagi hujan mulai turun, kami sempat berteduh sebentar di depan Pasar Beringharjo. Bukannya reda hujan malah semakin deras. Kami tetap bersemangat, menggunakan payung dan ada juga yang mengenakan jas hujan kami pun menyusuri jalan Malioboro. Tetapi memang kondisi yang tidak memungkinkan, kami mengakhiri dongeng heritage kami di food court satu-satu mall yang ada di Malioboro. 

Menyeruput wedang hangat sambil mendengarkan cerita mb Yulia tentang Malioboro, setelah cukup berdiskusi dan hari mulai malam, dolan heritage KJog ditutup dengan seru-seruan paling ngehits saat ini. 

Saya pun pamit. Matur nuwun mb Yulia atas sharing ilmunya tentang Jogja, jadi semakin mengenal sudut Jogja nih. Makasih banyak temen-temen  KJog, kalian luar biasa. Makasih banyak admin KJog kalian tidak tergantikan. Makasih banyak event KJog. Next event kita menjelajah kemana lagi ya? Ikut lagi ah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun