Mohon tunggu...
Dian Purnama
Dian Purnama Mohon Tunggu... Freelancer - klaverstory.com

-Job fils your pocket, adventure fils your soul-

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Mantan Manten," Bukan Kisah Cinta Biasa

10 April 2019   10:18 Diperbarui: 10 April 2019   16:41 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pacarannya sama siapa nikahnya sama siapa. Yang dilamar siapa eh endingnya nikah ama yang lain. Mungkin karena inilah istilah mantan muncul ya, ada mantan pacar, mantan pasangan, mantan terindah juga ada dan mantan-mantan yang lain hehehe. 

Ya gitu deh kenapa mungkin kata mantan jadi punya makna yang "magis" secara emosional ya. Ketika mengenangnya, eh jangankan mengenang menyebutnya saja sudah ada berbagai reaksi, ada yang langsung nangis, ada yang baper, ada yang marah, ada yang nyesel dan macem-macemlah.  

Barangkali itulah efek samping yang akan dirasakan oleh penonton setelah nonton film terbaru produksi Visinema berjudul Mantan Manten yang dirilis di bioskop 4 April 2019 yang lalu.

Film yang bertemakan tentang cinta tapi kalau boleh saya bilang cinta yang ada di film ini bukan cinta biasa. Apalagi setelah tahu bahwa skenario filmnya ditulis oleh kolaborasi antara penulis Jenny Jusuf dan  Farisjad Latjuba yang juga sutradara film ini. 

Berkisah tentang Yasnina (Atiqah Hasiholan), seorang wanita khas ibukota, cantik, mandiri, jebolan sekolah luar negeri dan berkarir cemerlang sebagai manager investasi. Kisah asmaranya secemerlang dengan kehidupannya, Nina panggilan Yasnina, bertunangan dengan Surya (Arifin Putra), tampan, kaya dan sangat mencintainya.

Jakarta vs Tawangmangu

Hiruk pikuk dan glamornya jakarta tergantikan oleh sunyi, berkabut dan sederhananya suasana sebuah tempat bernama Tawangmangu di Karanganyar, Solo. Nina harus memulai kehidupan barunya di sana setelah dikhianati oleh Iskandar (Tyo Pakusadewo). 

Karirnya hancur dan meludeskan harta bendanya kecuali satu villa yang tersisa di Tawangmangu itu. Namun vila tersebut masih ditinggali oleh si pemilik. Bertemu dengan Maryati (Tutie Kirana) seorang paes/dukun manten barangkali menjadi salah satu takdir hidup dan dimulainya cinta baru bagi  Nina.

Hadirnya Tawangmangu membawa kenangan beberapa tahun lalu, kala itu saya ditempatkan bekerja di Karanganyar dan cukup sering bertugas Tawangmangu. 

Rasa kangen saya dengan tempat itu sedikit terobati kala melihat beberapa kali sang sutradara mengambil gambar suasananya. Jadi saya sedikit paham perasaan Nina ketika (harus) mau tidak mau tinggal disana. Apalagi Nina harus menjalani pilihan yang sulit menjadi asisten perias manten sebagai syarat dari Maryati agar Nina bisa menjual villa tersebut.

Manten dalam budaya Jawa

Njawani, tenang, kalem,  bertutur kata halus, lengkap dengan kebaya, jarit dan sanggul cocok dengan Tutie Kirana yang memerankan karakter budhe Maryati. 

Sebagai artis yang aktif di tahun 1970-80an pantas saja kalau akting beliau sangat mendalami apalagi ada beberapa dialog yang harus diucapkan dalam bahasa Jawa. 

Jawa dipilih menjadi latar belakang budaya dalam film ini. Bagi yang bukan orang Jawa film ini akan menambah wawasan tentang budaya Jawa terutama adat manten tapi bagi  yang akan menikah dengan adat Jawa rasanya memang kudu nonton film ini.

Selain itu dalam film ini juga ditampilkan berbagai macam prosesi yang harus dijalani dalam manten adat Jawa misalnya seperti siraman, ngidak endog (menginjak telur), balang-balangan suruh (saling melempar daun suruh). 

Tidak hanya prosesi tetapi juga ubarampenya juga pating pritil (artinya: dalam jumlah banyak dan beraneka rupa) dan sedikit njlimet (rumit) mulai dari bunga mawar, melati, janur sampai rokok klobot yang harus dibawa oleh seorang dukun manten. Tentu saja setiap prosesi dan uba rampe tersebut sarat akan makna dan ada alasannya kenapa harus dilakukan/dibawa. 

"Doa atau mantra seorang pemaes itu punya andil dalam keberhasilan pernikahan si penganten tersebut," itulah pelajaran pertama budhe Maryati untuk Nina. 

Kekerasan hati Nina di awal membuat dia harus menjalani proses pelajar tersebut dengan terpaksa. Ditambah lagi adanya perbedaan karakter antara Nina dan budhe Maryati yang menambah semakin berat dan penuh konflik. Lalu apakah Nina berhasil memenuhi syarat dari budhe Maryati?

Cinta 

Kehidupan cinta Nina boleh saja dibilang sudah hancur dan saya boleh lah sedikit terbawa pada emosinya. Tetapi melihat bagaimana dia berjuang bagi dirinya sendiri membuat saya belajar tentang percaya pada semesta. 

Terkadang melepaskan sesuatu yang kita cintai itu tidak melulu menyisakan kepahitan, justru mungkin membawa kita untuk bisa mencintai lebih dalam, apakah itu diri kita sendiri, orang lain bahkan untuk hidup kita sendiri di masa datang. Mau tahu baper yang melegakan dan cara move on yang cool ala Yasnina ? (Farisjad Latjuba). Buruan nonton filmnya ya..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun