Ki Hajar Dewantara menyampaikan bahwa maksud dari pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Sebagai pendidik, kita harus menyadari bahwa setiap murid adalah unik dengan kodratnya masing-masing, sehingga tugas kita sebagai guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang berpihak pada murid yaitu sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya masing-masing serta memastikan dalam prosesnya murid merasa selamat dan bahagia.
Dengan meyakini bahwa murid kita adalah insane yang unik dengan kodratnya masing-masing, maka kita paham bahwa kita berada pada situasi kelas dengan keberagaman murid, sehingga kita perlu berpikir bagaimana caranya agar dapat menyediakan ruang belajar yang memungkinkan dapat mengakomodir segala kebutuhan belajar mereka.
Sebagai calon guru penggerak yang memiliki peran salah satu diantaranya adalah pemimpin pembelajaran, maka kita diharapkan dapat merespon karakteristik murid yang beragam dengan keunikan, kekuatan, dan kebutuhan belajar mereka yang berbeda. Salah satu cara yang dapat kita lakukan agar dapat merespon dengan tepat karakteristik murid yang beragam adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Sebagai ilustrasi, melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti guru harus mengajar dengan 24 cara yang berbeda untuk mengajar 24 orang murid dalam satu kelas, bukan pula memberikan soal yang lebih banyak untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain, mengelompokkan murid secara homogen atau member tugas yang berbeda-beda untuk setiap murid dalam satu kelas.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar siswa yang terdiri dari tiga aspek yaitu kesiapan belajar murid, minat murid, dan profil belajar murid.
Aspek kesiapan belajar murid berhubungan dengan informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini  sesuai dengan pengetahuan atau keterampilan baru yang akan diajarkan. Dimana tujuan utama dari aspek ini adalah untuk memastikan bahwa semua murid diberikan pengalaman belajar yang tepat sesuai keunikan murid.
Aspek minat memiliki dua perspektif yaitu sebagai minat situasional dimana minat merupakan keadaan psikologis dan minat individu yaitu minat sebagai sebuah kecenderungan individu. Dengan memahami kedua perspektif minat tersebut, guru diharapkan dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat mempertahankan atau menarik minat murid-muridnya dalam belajar sebagai salah satu motivator penting agar murid dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Aspek profil belajar murid mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai guru dapat memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara alami dan efisien, sehingga guru diharapkan dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar untuk memenuhi kebutuhan belajar murid agar pendidikan yang guru berikan berpihak pada murid.
Setelah kita memilah aspek-aspek kebutuhan murid, maka kita akan memulai pembelajaran berdiferensiasi di kelas. Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi di kelas dapat mudah dilakukan?
Pembelajaran berdiferensiasi dapat  mudah di lakukan di kelas jika kita sebagai calon guru penggerak memahami betul peran kita yaitu student agency. Student agency adalah kerja seorang guru dalam membuat muridnya punya tanggung jawab dalam proses pembelajaran. Dibalik murid yang bersemangat belajar selalu ada guru yang senang mencari jalan keluar dan mencoba berbagai macam strategi dalam membuat siswanya senang belajar.
Dalam prosesnya, salah satu ciri pembelajaran berdiferensiasi sangat terkait dengan pendekatan terhadap konten (diferensiasi konten), proses (diferensiasi proses), dan produk (diferensiasi produk). Awalnya pengetahuan yang saya pahami dan terapkan di kelas bahwa pembelajaran berdiferensiasi harus memenuhi ketiga-tiganya tersebut yaitu berdiferensiasi konten, berdiferensiasi proses, dan berdiferensiasi produk. Namun, dengan penjelasan ahli dalam sesi elaborasi pemahaman pada pendidikan guru penggerak ini, saya mendapatkan fakta penjelasan bahwa pembelajaran berdiferensiasi di kelas dapat kita lakukan hanya dengan menerapkan salah satu diferensiasi saja antara konten, proses, atau produk.
Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah suatu gagasan yang baru, namun lebih kepada perubahan paradigma dalam melihat proses pembelajaran. Dengan mempelajari pembelajaran berdiferensiasi pada modul "Pembelajaran  untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid" ini, saya sebagai guru haruslah memiliki pandangan dan tindakan yang selaras dan memiliki visi untuk memberikan pendidikan yang berpihak pada murid. Konsep utama dari pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid adalah memahami aspek-aspek kebutuhan atau karakteristik murid, mengakomodir kebutuhan belajar mereka dengan sebaik mungkin.
Pada akhirnya, mulai dari diri adalah tindakan pertama yang harus guru lakukan, yaitu mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dimulai dari kelasnya. Menghimpun data kebutuhan dan karakteristik murid, merancang rencana atau skenario pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar siswa, mengevaluasi proses pemebelajaran yang telah dilakukan melalui observasi oleh kepala sekolah ataupun teman sejawat dan melakukan perbaikan-perbaikan serta strategi-strategi inovatif yang mampu menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid dan mampu menciptakan rasa senang dan bahagia pada murid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H