Mohon tunggu...
Dian AyuSilviawati
Dian AyuSilviawati Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya gemar membaca buku,mendengarkan musik,menonton film dan mempelajari hal-hal baru terkait bidang keilmuan saya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Beauty Privilege, Dunia Hanya Milik Si Rupawan

8 Juni 2022   16:00 Diperbarui: 8 Juni 2022   16:01 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Isu Beauty Privilege memang sudah lama ada dan akhir-akhir ini kembali mencuat ke permukaan, banyak tagline yang menyatakan "dunia hanya milik si good looking","kamu cantik/ganteng kamu aman" dan masih banyak lagi.

Belum ada pengertian ataupun teori yang jelas mengenai definisi beauty privilege. Inti dari beauty privilege adalah hak istimewa yang didapat dari orang yang memiliki daya tarik fisik atau seseorang dengan paras menarik atau rupawan.

Selain itu, seseorang dengan beauty privilege ketika membutuhkan sebuah bantuan ia akan lebih mudah meraih konsen dan bantuan dari orang - orang sekitarnya, bahkan  ketika melakukan kesalahan ia akan lebih mudah "dimaklumi" atas kesalahannya dan masyarakat akan lebih mudah menerimanya, beda cerita apabila yang melakukan kesalahan tersebut tidak memiliki daya tarik fisik yang menarik tentu saja masyarakat akan berbeda dalam menanggapinya.

Pada umumnya, dengan beauty privilege tersebut seseorang akan mendapatkan perlakuan khusus dari orang lain, walaupun belum kenal begitu dekat ataupun masih baru kenal, hal tersebut bisa kita lihat di berbagai tempat terutama di media sosial saat ini, serta pada berbagai tempat umum seperti contoh di pusat perbelanjaan, di bus, bank, puskesmas, instansi kerja, bahkan pada instansi sekolah.

Mirisnya hal ini sudah sampai terjadi pada tingkat pekerjaan dan tingkat sekolah, dimana banyak kejadian dalam sebuah perusahaan yang lebih memilih dan mementingkan calon pekerja yang good looking dan menarik dibandingkan dengan calon pekerja yang biasa saja, meskipun si pekerja biasa memiliki skill yang lebih mumpuni dari yang good looking.

Selain itu, isu beauty privilege ini juga marak terjadi dalam instansi sekolah, bahkan hingga ada beberapa guru yang memberi label "anak emas" pada siswanya yang memiliki paras good looking, ada beberapa anggapan dan stereotype dimana siswa yang berparas good looking memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang biasa saja, meskipun stereotype itu tidak selamanya benar tapi banyak orang yang mempercayainya.

Dengan adanya label beauty privilege lambat laun pastinya akan membentuk sebuah stratifikasi sosial dimana yang good looking dan menarik akan berada di kelas atas, sementara yang berpenampilan biasa dan kurang menarik akan berada dibawahnya.

Hal penting dari isu beauty privilege ini adalah bukan masalah siapa yang cantik ataupun tidak cantik, bukan siapa yang menarik siapa yang tidak, melainkan dampak yang ditimbulkan akibat terlalu mengagungkan beauty privilege. Dengan memiliki beauty privilege, orang tersebut akan memiliki rasa paling tinggi, paling spesial, paling dibutuhkan yang nantinya akan menimbulkan sifat sombong dan besar kepala, serta membuat orang yang tidak memiliki beauty privilege akan merasa terdiskriminasi dan tidak memiliki kesempatan yang sama, sehingga akan menghambat perkembangan kompetensi dirinya, karena merasa kurang percaya diri.

Namun, orang yang memiliki beauty privilege tidak selamanya akan mendapatkan perlakuan spesial, ada kalanya dengan beauty privilege tersebut akan menimbulkan ekspektasi yang tinggi dari orang - orang sekitar. Selain itu, adanya beauty privilege juga dapat menimbulkan sebuah ancaman terutama bagi kaum perempuan seperti catcalling, Kekerasan seksual Berbasis Gender Online (KBGO), dan bentuk pelecehan seksual lainnya.

Maka dari itu, beauty privilege tidak seharusnya ada dan berkembang di masyarakat, karena akan memicu timbulnya stratifikasi, diskriminasi dan dampak negatif lainnya. Sehingga kita harus bisa memperlakukan semua orang secara adil, karena setiap orang berhak memiliki kesempatan yang sama tanpa memandang fisik dan parasnya. Seperti kata pepatah "Don't judge the book from the cover", karena sejatinya cantik itu relatif, semua orang menarik dan unik dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun