Mohon tunggu...
Dian Onasis
Dian Onasis Mohon Tunggu... Iruta Penulis -

Dian mulai belajar ngeblog tahun 2003. Sekarang menikmati passionnya di dunia menulis buku, terutama novel anak-anak. Sejak tahun 2008, telah menjadi kontributor untuk lebih dari 30 antologi, dan menghasilkan 7 novel anak.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

[Jalan-Jalan] Kebun Binatang Ragunan, Binatangnya Mannnnaaa?

2 April 2011   00:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:12 10356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya, kami memutuskan untuk pulang. Sebelumnya sempat sholat ashar di lokasi mushola dekat rumah makan yang ada di pinggir danau. Alhamdulillah tempatnya bersih, air wudhunya juga banyak. Ini yang sangat aku sukai  tinggal di Indonesia tercinta ini. Tidak pernah sulit mencari tempat sholat.


[caption id="attachment_99565" align="aligncenter" width="300" caption="Kakak Billa, kenapa melihat ke sini? Lihat ontanya yaaa ^_^"]

1301702921535525749
1301702921535525749
[/caption]

[caption id="attachment_99566" align="aligncenter" width="640" caption="Nyaris saja pipi mulus Billa ditowel monyet nih... Hiks..."]

13017029921516320281
13017029921516320281
[/caption]

Kesimpulannya ...

Setelah keliling bonbin kurang lebih 2-3 jam, karena kami tiba jam 1 siang, jam 4.30 kami berencana pulang. Aku sampai pada kesimpulan, bahwa bonbin Ragunan ini nyaris sama luasnya dengan bonbin Guangzhou. Pohon-pohonnya juga mungkin sama banyak meskipun di bonbin Ragunan, lebih terasa seperti hutan, karena tidak terlalu beraturan pohon yang tumbuhnya. Lebat dan kalau lewat jam 5 sore, rasanya tak nyaman untuk keliling ke bagian terdalam dari bonbin.

Biaya masuk bonbin ini juga jauh lebih murah daripada bonbin Guangzhou, tempat bermainnya juga banyak. Malah kecenderungan yang aku lihat sih, anak-anak terlihat lebih antusias bermain bom-bom car, dan berbagai jenis mesin permainan yang sebenarnya bisa di dapat di tempat bermain umumnya. Aku merasa agak aneh saja, karena setiap venue memiliki tempat bermain dengan mesin-mesin tersebut. Mengapa tidak disatukan dalam satu venue saja ya, sehingga lokasi tempat bermain yang ada, bisa dimaksimalkan untuk kandang binatang?

Lokasi satu kandang ke tempat lain, jauh-jauh bangeeeet. Kog ya jadi kecapekan gitu ya, tanpa banyak bisa melihat binatang. Di bonbin Guangzhou dulu, meskipun jauuuh masuk ke dalam, namun lokasi kandang binatangnya berdekatan. Sehingga kita sangat mudah melihat-lihat berbagai jenis binatang dalam waktu berdekatan. Di bonbin Ragunan, kita sudah kecapekan duluan untuk melihat kandang binatang satu dengan binatang lainnya.

Tempat makannya banyak. Kekhawatiran kami ketika mau makan, takut gak ada tempat makan terjawab sudah. Orang Indonesia emang hobby makan banget. Berbagai jenis kuliner bisa ditemukan disini. Banyak juga orang-orang yang berjualan makanan tradisional, minuman serta penjual-penjual liar. Kenapa aku bilang liar, karena mereka hanya menggunakan lapak-lapak kecil di berbagai tempat yang banyak tempat orang pikniknya.

Bicara tentang orang piknik, kebun binatang di Ragunan ini ternyata memang dimanfaatkan juga untuk tempat berpiknik. Tempat keluarga makan-makan, atau sepasang manusia pacaran maupun segerombolan anak-anak remaja kumpul bareng dan bercengkrama. Aku perhatikan di petanya, kurang lebih ada 3 venue besar yang bertanda Picnic Area. Waaah ternyata memang diakomodasikan menjadi areal piknik. ^_^V  Hal seperti ini tidak aku temukan di zoo Guangzhou. Kawasan makan-makannya juga tidak banyak. Mereka sepertinya buka tipikal suka makan kali ya, karena tidak sebanyak di Ragunan tempat makan dan pikniknya.

Tiga hal yang paling aku sesalkan terhadap bonbin Ragunan ini adalah, pertama masalah kereta keliling yang tak jelas juntrungannya, karena tak membuat pengunjung jadi tahu lokasi-lokasi kandang binatangnya, kemudian coretan-coretan di berbagai dinding, mulai dari dinding tempat duduk hingga tiang besi atap lokasi jalan bagi pejalan kaki. Bener-bener deh anak-anak remaja pengunjung bonbin ini tidak tahu bahwa kesenian grafis atau coret moret itu tak layak dilakukan di fasilitas umum. Hal terakhir yaaaach standar banget sih. Masalah kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya. Ini gak dimana-mana ya. Kalau alasannya gak ada tong sampah sih aku coba maklum. Tapi ini, tong sampah ada dimana-mana, masih juga membuang sampah sembarangan.

Ada beberapa pemulung aku perhatikan cukup ampuh mengurangi sampah plastic yang bisa daur ulang. Sayangnya penampilan si pemulungnya sama dengan penampilan pemulung di perumahan. ^_^V *lho kenapa pengen beda? Iya aku sih berharap pemulungnya dikasih seragam gitu, buat bantuin para petugas kebersihan yang sepertinya jumlahnya sangat sedikit, sehingga sempat kumelihat seorang petugas yang keteteran melaksanak tugas kebersihan di bonbin tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun