jatuh cinta harusnya enak. tapi katamu, tak ada yang namanya jatuh itu enak.
cinta.. aku menantimu sekian lama. sosokmu yang sanggup membuat jantungku berdebar tak karuan. kau tau.. aku begitu merindukan debaran ini. hingga engkau datang.. namun sayang, aku yang terlambat menunjukkan diri.
ada pedih yang menggantung ketika kau bilang aku terlambat. hingga kini pun, rasa sesak itu masih terasa. aku.. rasanya tak sanggup hidup jika harus melihatmu bersama dengan yang lain. tapi.. bukankah aku sudah berjanji padamu, kalau aku akan berhenti mengejarmu? berhenti berlarian bukan karena aku tak sanggup, tapi karena aku tak ingin membuatmu terluka.
kau tahu.. aku mau berkorban untukmu. namun sayangnya, nurani berteriak terus untuk menyuruhku berhenti. "Semua sia-sia, Dian!", katanya. kau tau cinta.. ketidakberdayaan ini telah sanggup mengoyahku yang biasanya tegak berdiri kokoh. namun kini.. dia hancur. lebur. tak menyisakan harapan walau hanya setitik.
cinta.. ada yang bilang jika cinta itu tak egois. bukan cinta namanya jika ingin memilikinya sendiri. tapi bagiku yang masih baru mengenal cinta.. rasanya begitu takut kehilanganmu. engkau.. yang jadi sebab jantungku berdegub bertalu-talu dengan seizin-Nya. ini indah bagiku dan aku.. tak ingin kehilangan itu.
kuungkapkan padamu kemarin malam.. andai aku bebatuan, mungkin itu lebih baik. andai aku rerumputan yang asyik-masyuk bergoyang bersama sepoi angin hingga hempasan badai.. atau bahkan terinjak mati, itu semua terasa lebih indah bagiku.
mengenalmu, memberiku arti.. aku tak sanggup hidup tanpa makna. aku tak sanggup hidup tanpa mengeja namamu. "Bagaimana mungkin bisa?", jika itu tanyamu. cinta, aku terlanjur bergantung padamu. tiap detik aku terselebungi rindu, rindu, dan rindu. berharap kau menyapaku. sampai lumutan rasanya menunggumu. tapi gilanya, aku tetap saja menunggu.
cinta.. aku tak hendak membebanimu dengan rengekanku ini. bukankah sudah kutuliskan tadi, aku akan berhenti? hanya saja.. aku ingin mengungkapkan apa yang ada di sini, di hatiku. aku tak sanggup jika harus memendamnya sendirian. aku takut, dia membuat hatiku membusuk.
kata Bang Tere Liye, “Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi kau pamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan dia semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya karena untuk menyugesti, bertanya pada diri sendiri, apa memang sesuka itu.”.. kau tau cinta, aku berharap itu terjadi pula padaku. makin kuumbar, aku berharap dia makin hambar. karena aku tak sanggup hidup sendiri, jika namamu masih berarti bagiku. rasanya pedih (sekaligus indah) saat kueja namamu di hati. ini yang ingin kuhilangkan..
cinta.. jangan kau mengancam untuk pergi lagi. dulu engkau yang menahanku untuk tak beranjak. dan kini kuharap, engkau masih setia untuk tak pergi..
tetaplah tinggal.. bukan untuk kumiliki tapi untuk kukenang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H