[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Foto 11. Anggota KPM Bina Usaha sedang membeli DOC di Pasar Ayam"][/caption]
Saat ini saya sedang dan terus melakukan aksi pemberdayaan petani miskin, tujuannya agar kelak petani ini mandiri dan memiliki kemampuan dalam mengelola usaha yang dapat menopang ekonominya, selain itu kegiatan ini dalam rangka pengentasan kemiskinan di desa. Kegiatan ini merupakan langkah Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang berupaya mengurangi angka kemiskinan hingga 2000 KK pada tahun 2014. Saya berperan sebagai fasilitator lapangan di Desa Labunganak, Barabai, Kalimantan Selatan.
Bersama dengan tim Kabupaten di bantu aparat desa Labunganak saya melakukan verifikasi petani yang terkategori miskin. Berdasarkan data dari BPS ada sekian banyak petani miskin di desa Labunganak. Namun hanya 29 orang yang memenuhi kriteria yakni 9 orang perempuan dan 20 orang lakilaki. Adapun kriteria tersebut diantaranya, merupakan tulang punggung keluarga (kepala keluarga), sehat jasmani rohani, usia kerja, tidak sebagai penerima program pengentasan kemiskinan dari instansi tertentu, berkeinginan untuk maju, bersedia diberdayakan melalui kelompok, dll. Dalam melakukan verifikasi kami menemukan ada petani yang terdata miskin namun masih tinggal satu rumah dengan petani miskin lainnya, ada yang tidak miskin lagi, ada pula yang terganggu jiwanya, sakit-sakitan, ada yang sudah meninggal, dan ada juga yang sudah tidak berdomisili di Desa Labunganak.
Setelah proses verifikasi selesai dan divalidasi aparat desa, selanjutnya kegiatan awal pemberdayaan dilaksanakan. Tujuannya adalah melakukan identifikasi usaha dan potensi ,menjelaskan tentang kegiatan pemberdayaan yang akan dilakukan dan fasilitasi pembentukan kelompok petani miskin (KPM). Bekerjasa sama dengan aparat desa kami berbagi tugas, saya membuat undangan, aparat desa membagikannya kepada 29 orang petani miskin yang masuk kriteria. Karena kegiatan ini belum ada dananya, saya berinsiatif memberi dana talangan 100 ribu untuk membeli air kemasan dan roti sebagai hidangan ala kadarnya. Pada hari Selasa 29 Agustus 2014, jam 14.30 Wita, bertempat di ruangan sederhana yang dulunya Balai Desa (Desa Labunganak saat ini belum memiliki Balai/Kantor Desa secara khusus), 29 petani yang diundang telah hadir. Bersama dengan seorang rekan, menggunakan media sederhana (hanya spidol dan kertas koran), saya memfasilitasi kegiatan itu.
Selesai memperkenalkan diri, saya memandu anggota untuk mencari tahu usaha yang saat ini sedang mereka lakukan. Ada yang bertani, menanam sayur, menyadap karet, memelihara itik (bebek) dan ayam buras. Kegiatan saya lanjutkan dengan menggali apa yang menjadi masalah dari usaha tersebut. Mereka menyampaikan kendala modal, harga murah, serangan hama penyakit, dan kesulitan pemasaran. Informasi itu saya tuliskan pada kertas koran yang telah saya tempel di dinding. Saya lalu menggali apakah ada potensi yang bisa mendukung usaha tersebut. Mereka menyampaikan memiliki sedikit lahan, memiliki sedikit keterampilan, memiliki waktu luang yang banyak, dll. Setelah identifikasi usaha dan penggalian potensi kelar, kegiatan saya lanjutkan dengan menyampaikan tentang pemberdayaan petani miskin.
Perkara yang menurut saya sulit dan sensitif adalah ketika menjelaskan, memahamkan sekaligus menyadarkan bahwa seluruh peserta yang hadir terkategori miskin. Mayoritas mereka memiliki pendapatan kurang dari 600 ribu perbulan, pendidikan kebanyakan lulusan SD, sebagian lulus SMP dan hanya satu dua orang lulus SMA. Ada pertanyaan wajar dan menarik dari petani yang hadir,” Apakah nanti kami akan dapat bantuan dari Pemerintah setelah ikut kegiatan ini, Pak ?” ujar salah seorang dari mereka. Saya maklum dengan pertanyaan itu, karena selama ini dikumpulkannya petani miskin identik dengan bantuan. Saya jelaskan bahwa dapat atau tidaknya bantuan itu bukan wewenang saya, karena tugas saya hanya melakukan pemberdayaan. Saya memahamkan kepada mereka, meminta bantuan kepada pemerintah itu hal yang wajar, namun agar bantuan itu tepat sasaran dan bermanfa’at, maka petani harus memiliki dan menunjukkan daya dukungnya. Saya contohkan, ingin meminta bantuan ternak sapi, sementara keterampilan beternak belum memiliki, lokasi kandang tidak ada, belum memahami analisa usaha dan pemasarannya, kalau dibantu alih-alih akan tepat sasaran dan bermanfa’at, bisa-bisa usahanya rugi, ternaknya mati atau malah dijual. Alhamdulillah beliau bisa menerima penjelasan itu.
[caption id="attachment_376596" align="aligncenter" width="300" caption="Foto 1. Penulis sedang menjawab pertanyaan peserta pada pemberdayaan pertama"]
Saya pahamkan mereka akan diberdayakan melalui kelompok. Setelah menjelaskan fungsi kelompok, manfa’at berkelompok, dan hal-hal yang diperlukan dalam berkelompok, saya menawarkan kepada mereka, apakah mereka bersedia berkelompok. Saya memberi pilihan dan mengingatkan bahwa penawaran ini tidak ada paksaan, artinya siapapun boleh ikut boleh tidak, dan itu adalah hak setiap petani yang hadir. Sejenak mereka diam, saya kembali mengulang tawaran, dan akhirnya mereka bersedia untuk berkelompok. Kelompok tersebut atas inisiatif mereka diberi nama Kelompok Petani Miskin (KPM) Bina Usaha.
Karena kelompok perlu kepengurusan, secara ringkas saya jelaskan perihal kepengurusan dan tugasnya. Petani yang hadir saya libatkan menyampaikan pendapat tentang syarat-syarat pengurus yang baik, ada yang bilang jujur, ada yang menyebutkan tegas, ada yang menyarankan terbuka (transparan), ada yang menyampaikan harus memiliki jiwa sosial tinggi, dll. Setelah itu saya memandu agar mereka memilih diantara anggota, siapa yang sesuai dengan kriteria tersebut. Akhirnya diputuskan Ambaratop sebagai ketua, Hadri sebagai sekretaris dan Iswanto sebagai bendahara.
Kepengurusan disahkan dengan berita acara yang ditandatangani pembakal (kepala desa) Labunganak. Untuk pendanaan kelompok, anggota menyepakati 10 ribu perorang sebagai simpanan pokok (dana kas awal) dan bisa dibayar dengan dicicil. Dana tersebut digunakan untuk membeli kelengkapan administrasi (buku tamu, buku kas, buku notulen pertemuan), biaya pembuatan stempel kelompok, membuat undangan dan untuk transportasi pengurus. Anggota juga bersepakat mengadakan pertemuan rutin setiap minggunya (setiap hari kamis jam 14.30 – 16.30 Wita) dan luarbiasanya mereka mau berswadaya untuk membeli konsumsi dengan mengumpulkan uang 2 ribu rupiah per orang/pertemuan.
[caption id="attachment_376597" align="aligncenter" width="300" caption="Foto 2. Peserta sedang menyimak penyampaian penulis pada pemberdayaan pertama"]
Aksi pemberdayaan selanjutnya adalah mengajak anggota KPM Bina Usaha menyusun anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART). Alhamdulillah ke 29 anggota hadir. Saya menanyakan kepada mereka apa yang dimaksud AD/ART. Mereka semua diam karena baru mendengar istilah itu dan belum tahu maksudnya. Saya kemudian menggambar sebuah rumah di kertas koran, rumah yang ada tiangnya. Saya tanyakan ke mereka, agar rumah kuat, apa yang terlebih dahulu harus dibangun. Sebagian menjawab dinding, ada yang menjawab atap, dan hanya sedikit yang menjawab tiang (pondasi).
Saya lalu menjelaskan rumah yang kokoh adalah rumah yang pondasinya kuat, bila tidak kuat sebagus apapun rumahnya pasti akan mudah roboh. Dari penjelasan itu mereka tergambar bahwa AD/ART adalah pondasi dari Kelompok mereka. Kemudian saya menjelaskan tentang AD/ART, menyampaikan isinya, dan memfasilitasi mereka untuk menyusunnya. Setelah saya pandu, mereka bersepakat bahwa keputusan tertinggi di kelompok ada di rapat anggota, keputusan dianggap sah bila rapat dihadiri 2/3 anggota, masa jabatan kepengurusan 2 tahun, mereka juga menyepakati tentang hak dan kewajiban anggota, juga tentang sangsi di mana bila anggota tidak hadir pertemuan 1 kali - pengurus wajib mengingatkan, bila tidak hadir 2 kali harus diingatkan dan boleh mengirim wakil untuk hadir kegiatan, tidak hadir 3 kali denda 10.000, bila tidak hadir sampai 4 kali akan diberhentikan.
[caption id="attachment_376598" align="aligncenter" width="300" caption="Foto 3. Penulis sedang memandu pemberdayaan pada pertemuan kedua"]
Permberdayaan ketiga bertempat di salah satu ruangan SD di desa Labunganak. Beberapa anggota KPM mulai tak hadir tanpa keterangan. Pembahasan pada pertemuan ini adalah tugas dan fungsi pengurus kelompok. Saya memandu anggota untuk memahami tentang apa tugas seorang ketua, tugas sekretaris, dan tugas bendahara. Anggota KPM bersepakat yang membuka dan menutup rapat adalah ketua, mencatat hasil pertemuan, mengurus surat-menyurat kelompok dan mengurusi absen adalah sekretaris, sedangkan bendahara bertugas mencatat biaya pemasukan dan pengeluaran di buku Kas.
[caption id="attachment_376599" align="aligncenter" width="300" caption="Foto 4. Penulis sedang memandu pemberdayaan pada pertemuan ketiga"]
Pada pemberdayaan yang keempat, membahas materi tentang administrasi kelompok tani. Beberapa anggota kembali tidak hadir. Saya meminta pengurus untuk mengingatkan, agar pada pertemuan selanjutnya bisa berhadir. Saya memandu anggota untuk memahami pentingnya administrasi dalam kelompok . Saya mendorong agar KPM Bina Usaha segera memiliki kelengkapan administrasi, minimal memiliki buku tamu, absen, buku notulen dan buku kas. Alhamdulillah mereka bersedia.
[caption id="attachment_376601" align="aligncenter" width="300" caption="Foto 5. Penulis sedang memandu pemberdayaan pada pertemuan keempat"]
Pada pemberdayaan yang ke lima, saya mendapat informasi dari pengurus. Beberapa anggota yang tidak hadir disebabkan pengaruh dari warga lain bukan anggota, bahwa pertemuan kelompok ini sia-sia dan tidak ada manfa’atnya. Saya kembali mengingatkan, bahwa tidak ada paksaan untuk ikut atau tidak di kelompok ini. Kalau ingin aktif silahkan, bila tidak pun juga tidak apa-apa. Saya menhimbau bagi anggota yang ingin aktif agar tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak baik dari luar anggota. Saya mengajak anggota berfikir dengan menggunakan contoh, ibarat menyusun batu, bila sama bentuknya ketika di susun akan mudah dan terlihat indah. Namun anggota kan beda-beda, bila diibaratkan batu ada yang bulat, persegi, dan lonjong-lonjong.
Saya memotivasi, adalah tugas bersama agar beragam bentuk tersebut dapat disusun dan dirangkai di kelompok ini, sehingga terlihat rapi dan indah, disinilah pentingnya pertemuan. Pada pertemuan kali ini saya memandu anggota untuk menyusun Rencana Usaha Anggota (RUA) dan Rencana Usaha Kelompok (RUK). Saya mengajak anggota berhitung dan menulis terkait usaha yang mereka lakukan. Misal beternak ayam, dari rencana usaha tersebut tergambar apa yang diperlukan dan berapa modal yang harus disediakan untuk berusaha.
[caption id="attachment_376603" align="aligncenter" width="300" caption="Foto 6. Penulis melakukan pemberdayaan pada pertemuan kelima"]
Anggota yang tak hadir pada pemberdayaan sebelumnya, kembali tak hadir, bahkan ada yang sudah 4 kali pertemuan tidak hadir. Selain itu, terjadi juga masalah klasik yang sulit diubah yakni tidak displinnya anggota (sering terlambat datang). Sering di tempat pertemuan, saya datang lebih awal, namun anggota belum ada yang hadir bahkan hingga lewat waktunya. Jujur saya jengkel dan tak senang, namun tatkala ingat bahwa tugas saya adalah pemberdayaan saya coba menenangkan diri dan berfikir positif. Dengan bahasa halus saya coba menyadarkan sambil menyindir anggota, mereka bersepakat berkelompok, mereka bersepakat membuat aturan, namun ternyata bersepakat juga melanggar aturan.
Saya menanyakan komitmen mereka, apakah ingin kelompok baik atau tidak, apakah keinginan berkelompok atas dasar kesadaran atau terpaksa. Saya meminta mereka menjawab dengan jujur. Mereka menyatakan secara sadar ingin berkelompok dan memajukannya. Mendengar jawaban itu, saya berharap agar pertemuan selanjutnya mereka bisa komitmen untuk tepat waktu dan menta’ati seluruh aturan yang mereka susun sendiri. Selain itu mengajak agar anggota terbiasa menulis apa yang dibicarakan saat pertemuan tidaklah mudah, karena terus dimotivasi akhirnya beberapa dari anggota bersedia membawa alat tulis sendiri (untuk pulpen saya pinjami) dan mereka dengan sadar mencatat apa yang disampaikan pada pertemuan.
[caption id="attachment_376604" align="aligncenter" width="300" caption="Foto 7. Anggota terlihat serius mengikuti pemberdayaan pada pertemuan kelima"]
Pemberdayaan keenam tentang manajemen pengelolaan pertemuan. Kegiatan bertempat di lokasi parkir SD Desa Labunganak. Dengan modal kertas koran dan spidol, saya memandu anggota agar mereka terbiasa memimpin petemuan. Saya menjelaskan pentingnya komunikasi dalam kelompok. Satu orang anggota saya minta kedepan, beliau saya minta untuk membisikkan kalimat yang saya lihatkan kepada anggota di sebelahnya, isi kalimat itu “hari ini pertemuan KPM” pesan itu saya minta disampaikan berantai, dan anggota terakhir yang saya beri amanah untuk menyampaikan pesan tersebut, ternyata keliru.
Daya tangkap, isi pesan, bahasa,dan waktu yang tepat ternyata menjadi faktor berpengaruh dalam menyampaikan pesan. Anggota tampak senang dan menikmati simulasi itu. Saya menyiapkan teks untuk memimpin pertemuan. Saya mengajarkan kepada anggota bagaimana memimpin pertemuan yang baik, mulai dari persiapan baik materi maupun mental, pelaksanaan hingga evaluasi. Setelah itu, saya minta kepada salah seorang anggota untuk mempraktekkan memimpin pertemuan menggunakan teks yang saya siapkan. Alhamdulillah hasilnya bagus.
[caption id="attachment_376606" align="aligncenter" width="300" caption="Foto 8. Penulis sedang memandu pemberdayaan pada pertemuan keenam"]
[caption id="attachment_376607" align="aligncenter" width="300" caption="Foto 9. Petani sedang praktek memimpin pertemuan kelompok "]
Setelah dilakukan pendekatan secara persuasif oleh pengurus, diingatkan tentang hasil kesepakatan bersama yang telah disusun, namun tetap saja tidak hadir, akhirnya 6 orang anggota dikeluarkan dari kelompok. Karena hal itu ,anggota KPM Bina Usaha hanya tersisa 23 orang. Beberapa waktu kemudian dilakukan evaluasi terhadap KPM Bina Usaha dan dinyatakan bahwa KPM tersebut dinyatakan siap, pihak pemerintah daerah memberikan dana kegiatan untuk KPM Bina Usaha. Melalui pertemuan, ke 23 anggota sepakat melaksanakan kegiatan Pembelajaran Ternak Ayam Buras. Selain menguntungkan, mudah dikerjakan, tidak menyita banyak waktu, dan bisa dilakukan dalam skala rumah tangga, akhirnya mayoritas anggota memilih pembelajaran tersebut. sebagai prioritas.
Saat ini kegiatan masih berjalan, sebagai fasilitator saya bertugas memandu kelompok bersama Ibu Arbainah, S.Pt selaku nara sumber. Pemberdayaan dilaksanakan dengan pola teori dan praktek ala pendidikan orang dewasa. Anggota dilatih tentang cara melakukan analisis usaha ternak ayam buras, mengenal dan melakukan pemilihan bibit ayam buras yang baik, teknologi perkandangan, pakan, vitamin, mineral, vaksin, hama dan penyakit serta cara pencegahan dan pengendaliannya, hingga pasar dan cara pemasaran. Anggota juga dipandu agar memiliki kemampuan dalam melakukan evaluasi usaha.
Saya memberdayakan petani untuk membangun kandang sebagai tempat praktek budidaya ayam buras. Karena dana yang ada tidak mencukupi membangun kandang, melalui musyawarah akhirnya petani bergotong royong mencari kayu di hutan, dana kas digunakan untuk membeli atap, bambu dan paku, sedangkan pembangunannya dilaksanakan secara gotong royong. Mereka bersepakat, bila ada anggota yang tidak hadir gotong royong denda 10 ribu rupiah.
[caption id="attachment_376610" align="aligncenter" width="300" caption="Foto 10. Kandang yang dibangun anggota secara gotong royong"]
Karena lokasi rumah petani dengan pasar lumayan jauh (sekitar 20 Km), saya berinisiatif membelikan pakan 50 Kg dan Vitamin ayam buras lalu mengantarkannya sendiri ke rumah petani naik motor. Setelah bertemu dengan pengurus kelompok, saya meminta mereka untuk membeli sendiri keperluan lainnya di pasar agar mereka tahu tempatnya, tahu kualitasnya, tahu harganya, dan bisa mempraktekkan apa yang telah dipelajari, tentu dengan saya dampingi. Besok harinya perwakilan petani berangkat, mereka memilih dan membeli DOC (anak ayam) ternak di pasar, membeli tempat minum dan tempat pakan di kios ternak.
[caption id="attachment_376611" align="aligncenter" width="300" caption="Foto 11. Anggota KPM Bina Usaha sedang membeli DOC di Pasar Ayam"]
[caption id="attachment_376612" align="aligncenter" width="300" caption="Foto 12. Anggota KPM Bina Usaha sedang membeli tempat pakan dan tempat minum ayam di kios ternak"]
Alhamdulillah, segala keperluan untuk pembelajaran beternak ayam buras sudah tersedia, kandang, DOC, pakan,tempat pakan dan minum, tinggal perawatan dan pemeliharaan saja. Saya sadar apa yang saya lakukan tidak apa-apanya. Saya juga cuek saja mendengar ocehan pihak-pihak yang berbeda pandangan. Mereka membisiki agar saya tak usah telalu rajin mengurusi petani miskin, selain capek, buang-buang waktu, hasilnya juga belum tentu sesuai harapan. Bagi saya, apa yang saya lakukan adalah amanah yang kelak harus dipertanggungjawabkan, selain itu saya ingin menghalalkan apa yang saya terima dari kegiatan ini. Oleh karena itulah, saya berusaha memberikan yang tebaik semampu saya. Semoga melalui pemberdayaan ini banyak petani miskin yang mandiri dan memiliki keterampilan, sehingga memiliki usaha yang mampu menopang kehidupannya. Inilah aksi kecil yang bisa saya berikan untuk Indonesia.
[caption id="attachment_376613" align="aligncenter" width="300" caption="Foto 13. Suasana DOC dalam kandang pembelajaran"]
Keterangan : Sumber semua foto di tulisan ini adalah dokumen pribadi penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H