Secara terminologis, adil mengandung makna suatu sikap yang bebas dari ketidakjujuran dan diskriminasi.
Sebagai seorang politis Partai Hanura, kawan saya Bung Jims, atau lengkapnya Jims Charles Kawengian pernah merasakan betul kezoliman yang ditimpakan kepada dirinya. Mungkin pembaca pernah melihat  beberapa berita negatif tentang beliau dan tentu saja ini merupakan intrik-intrik politik yang memang sudah menjadi rahasia umum dilakukan oleh lawan politik yang  memiliki kepentingan tertentu.
Apalagi Bung Jims kini juga menjabat  sebagai  Ketua bidang penggalangan dan Jaringan di DPP partai Hanura. Sebuah  kiprah yang tentu saja hanya dapat dilalui oleh orang-orang yang memiliki pengalaman asam garam seperti beliau.
Beliau kini tetap bersemangat melakukan kegiatan sosial tanpa pamrih. Dengan gentle beliau tetap menebarkan kebaikan seperti yang dilakukannya pada seorang ibu tua yang mengalami stroke dan memilik anak keterbelakangan mental.
Beliau membagikan kisah inspiratif ini di akun tiktoknya yaitu jimsck.hanura. Akun tiktoknya tersedia karena menanggapi fenomena anak muda yang lebih gandrung  terhadap video tiktok.
Bung Jims tahu bahwa kezaliman tidak harus dibalas dengan kezaliman juga. Seperti ia juga memahami bahwa kata zalim telah 289 kali disebut dalam Alquran sebagai sesuatu yang memang dilarang dalam agama Islam.
Beliau tidak pernah menganggap soal zalim sebagai sesuatu yang sepele. Sebagai umat Islam dia tetap  mewaspadai, mencegah, dan menjauhi perkataan, perilaku, dan tindakan yang zalim yang tentu saja  akan mendatangkan kemudaratan dan dosa.
Di sela-sela akhir obrolan, kami sepakat bahwa ada kezaliman yang bisa dimaafkan dan diampuni namun ada pula kezaliman paling besar yang tidak bisa diampuni. Sesungguhnya kezaliman seperti yang disebut terakhir pasti akan menghadapi pengadilan manusia dan pengadilan Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H