Mendadak semua pusat perbelanjaan dipenuhi manusia seolah panik memasuki ramadhan
Mendadak makam ramai dikunjungi kerabat yang masih ada
Mendadak anggaran belanja pun meningkat selama ramadhan
Mendadak harga-harga naik sebelum puasa
Mendadak nuansa relijius begitu kental, mulut dijaga, hati dibersihkan, pikiran diarahkan, langkah ditetapkan
Mendadak setiap masjid disesaki jemaat tarawih, memperlebar senyum sang imam
Mendadak majlis-majlis pengajian berlomba khatam Qur’an dalam 30 hari secara tanggung renteng
Mendadak televisi dipenuhi acara keagamaan, iklan dibumbui embel-embel ramadhan, sinetron percintaan dilabeli cinta bertasbih, dan puja-puji islami lainnya
Mendadak semua berlomba berdandan islami yang elok modis
Mendadak bertaburan da’i-da’i seleb membahas khotbah tak berkesudahan
Mendadak kuis-kuis marak mengajukan pertanyaan yang itu-itu saja
Mendadak harga-harga kembali melambung tinggi
Mendadak mall-mall kian dipenuhi manusia di akhir ramadhan
Mendadak masjid-masjid kembali kosong, meninggalkan Imam yang celingukan
Mendadak Imam tersadar, bagi ma’mumnya Ramadhan hanya 2 minggu saja
Mendadak gaji berlipat ganda
Mendadak sibuk berbelanja
Mendadak berburu tiket lebaran
Mendadak sibuk membahana, menggantikan ritual suci ramadhan
Terminal, pelabuhan, Bandar udara…semua kini masjidnya
Nahkoda, supir, dan pilot adalah imamnya, mengantar ummat ke tujuan
1433 kali menjalani ramadhan, kita tak kunjung beranjak dari lumpur kemunduran
Wajar, karena semua serba instant dan dadakan
Kapan hadir lagi ramadhan yang tidak mendadak, tidak mengejutkan,
namun menyentuh, menelusuri nadi setiap jiwa, bersemayam dalam sukma yang merindu pada-Nya?
Ah sudahlah, diriku mendadak tak lagi bisa berkata-kata
*coretan seorang hamba yang mendadak bingung menjelang ramadhan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H