Mohon tunggu...
Ahmad Sofyan
Ahmad Sofyan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Arsitek dan desainer web freelance yang suka nulis dan ngeblog. Mantan kolumnis majalah INTELIJEN.\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mendadak Ramadhan*

26 Juli 2011   10:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:22 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendadak semua pusat perbelanjaan dipenuhi manusia seolah panik memasuki ramadhan

Mendadak makam ramai dikunjungi kerabat yang masih ada

Mendadak anggaran belanja pun meningkat selama ramadhan

Mendadak harga-harga naik sebelum puasa

Mendadak nuansa relijius begitu kental, mulut dijaga, hati dibersihkan, pikiran diarahkan, langkah ditetapkan

Mendadak setiap masjid disesaki jemaat tarawih, memperlebar senyum sang imam

Mendadak majlis-majlis pengajian berlomba khatam Qur’an dalam 30 hari secara tanggung renteng

Mendadak televisi dipenuhi acara keagamaan, iklan dibumbui embel-embel ramadhan, sinetron percintaan dilabeli cinta bertasbih, dan puja-puji islami lainnya

Mendadak semua berlomba berdandan islami yang elok modis

Mendadak bertaburan da’i-da’i seleb membahas khotbah tak berkesudahan

Mendadak kuis-kuis marak mengajukan pertanyaan yang itu-itu saja

Mendadak harga-harga kembali melambung tinggi

Mendadak mall-mall kian dipenuhi manusia di akhir ramadhan

Mendadak masjid-masjid kembali kosong, meninggalkan Imam yang celingukan

Mendadak Imam tersadar, bagi ma’mumnya Ramadhan hanya 2 minggu saja

Mendadak gaji berlipat ganda

Mendadak sibuk berbelanja

Mendadak berburu tiket lebaran

Mendadak sibuk membahana, menggantikan ritual suci ramadhan

Terminal, pelabuhan, Bandar udara…semua kini masjidnya

Nahkoda, supir, dan pilot adalah imamnya, mengantar ummat ke tujuan

1433 kali menjalani ramadhan, kita tak kunjung beranjak dari lumpur kemunduran

Wajar, karena semua serba instant dan dadakan

Kapan hadir lagi ramadhan yang tidak mendadak, tidak mengejutkan,

namun menyentuh, menelusuri nadi setiap jiwa, bersemayam dalam sukma yang merindu pada-Nya?

Ah sudahlah, diriku mendadak tak lagi bisa berkata-kata

*coretan seorang hamba yang mendadak bingung menjelang ramadhan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun