Dengan karisma yang dimiliki, Raden Wijaya berhasil memikat penduduk. "Bergabunglah bersama kami, mari kita bangun masa depan!" ajaknya, dan banyak yang datang dari Tumapel dan Daha. Namun, mereka tahu bahwa tantangan besar masih menanti: merebut kembali kekuasaan dari Jayakatwang.
Rencana Raden Wijaya mulai terbuka ketika pasukan Mongol datang untuk menghukum Raja Kertanegara. "Ini adalah kesempatan kita," serunya dengan semangat membara. Dalam benaknya, ia merencanakan bagaimana memanfaatkan keadaan ini untuk mengubah nasib.
Dengan cermat, Raden Wijaya memanfaatkan ketidaktahuan tentara Mongol tentang perubahan politik di Jawa. "Ikuti aku, kita akan bertindak sekarang!" perintahnya, saat bersama panglima perang Mongol, Shih-pi, Ike Mese, dan Kau Hsing, mereka menyerang Jayakatwang. "Untuk kemerdekaan kita!" teriak Raden Wijaya dalam pertempuran itu.
Setelah berhasil mengalahkan Kediri, Raden Wijaya tak mau lengah. "Kita tidak akan membiarkan mereka menguasai tanah kita," tegasnya, saat ia berbalik menyerang tentara Mongol. Perjuangan yang gigih menguatkan tekadnya, dan ia memaksa pasukan Mongol angkat kaki dari Jawa.
Pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka, yang bertepatan dengan 10 November 1293, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit. "Sekarang, kita telah berdiri sebagai Majapahit, kerajaan yang akan dikenang dalam sejarah," ucapnya dengan bangga. Dalam momen bersejarah itu, Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.
Majapahit pun berpusat di Trowulan, yang kini menjadi jantung kerajaan. "Mari kita bangun kerajaan ini bersama," ajaknya kepada rakyatnya, menatap masa depan yang cerah. Dengan semangat perjuangan yang berkobar, mereka bersatu untuk menjadikan Majapahit kerajaan terbesar dan terkuat di Nusantara, menorehkan namanya dalam lembaran sejarah yang abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H