Selain unsur layak berita, dalam pembuatan produk jurnalistik, seorang jurnalis tidak boleh melupakan Sembilan Elemen Jurnalisme, yakni: Keutamaan jurnalisme adalah kejujuran, Jurnalisme harus loyal terhadap warga (citizen), Esesnsi jurnalisme adalah disiplin verifikasi, Jurnalis  harus independen, Jurnalis menjadi watchdog terhadap pemerintah, Jurnalisme menyediakan forum dan kritik bagi publik, Jurnalisme membuat hal penting menjadi menarik dan relevan, Jurnalis membuat berita yag komperhensif dan proporsional, Jurnalis mengikuti hati nurani mereka, dan Partisipasi warga (citizen) dalam hal-hal yang berkaitan dengan berita (Kovack, 2001). Â
Berpatokan dari dua hal di atas, perkembangan jurnalisme online yang didukung dengan Web 3.0 seharusnya bisa maksimal. Namun sayangnya kecanggihan yang diberikan oleh Web 3.0 semakin membuat bias dalam penyampaian informasi jurnalistik (news) dengan non-jurnalistik. Semuanya dijadikan ke dalam satu paket portal berita yang terkadang porsinya lebih banyak informasi non-jurnalistik. Bahkan, sekelas Kompas pun masih boleh dikatakan "bimbang" dalam sajian info jurnalistik dan non-jurnalistik
Secara teknis memang tidak perlu diragukan lagi. Sebagai salah satu perusahaan media raksasa, jurnalis kompas masih cukup memegang teguh kaidah kepenulisan jurnalaistik sesuai dengan kode etik. Liputan yang diberikan, selain cepat juga detail. Berdasarkan kaidah kelayakan berita, kompas masih masuk dalam kategori aman, hanya saja berita di atas tidak coverboth side, sehingga masih sedikit ada cela. Tapi, berapa banyak masyarakat Indonesia yang membutuhkan informasi itu? tidak semua masyarakat Indonesia mampu ke Singapura. Mereka lebih butuh rentetan berita bahan pokok dan kabar pembangunan.
Masyarakat Indonesia tidak butuh kabar perselingkuhan Raffi Ahmad dan Ayu Ting-Ting. Mereka juga tidak butuh update berita pernikahan Raisa dan Hamish Daud. Mereka butuh informasi yang mencerdasakan dan dekat dengan ehidupan mereka. Nitizen dewasa ini semakin pandai dalam memilah berita. Mereka semakin selektif dalam menyaring informasi. Terlebih karena banjir informasi yang mulai tdak terbendung ini, ma tidak mau membuat mereka harus pasang badan agar tidak salah mengkonsumsi informasi. Maka, di sinilah peran jurnalis.
Kecanggihan teknologi yang ada memang banyak membawa manfaat, tapi juga tidak sedikit kerugian yang disebabkan. Mengingat berbagai fenomena yang ada, memang masih terdapat bias antara informasi jurnalistik dan non-jurnalistik. Semuanya dijadikan satu kemasan produk jurnalistik, meski terkadang yang informative dan edukatif cenderung kurang. Hal ini dapat dimaklumi, sebab demi keberlangsungan hidup media, mereka tentu bisa dengan mudah menggadaikan idealism demi tuntutan konsumen.Â
Pada dasarnya konsumen memang lebih menyukai berita yang viral dan boombastis daripada berita yang informative. Tapi itu dulu, konsumen sekarang jauh lebih pintar dalam memilah informasi mana yang akan dikonsumsi. Hal ini tentu menguntungkan bagi jurnalis media online. Mereka mulai bisa menghilangkan bias yang ada dalam produk jurnaistik. Mereka mulai bisa memotong prinsip kecepatan dengan akurasi. Beberapa portal media online mulai bebebah, bahkan ada beberapa yang mulai membangn ulang. Salah satu yang paling populer saat ini adalah Kumparan dan Tirto.
Selain konten yang baik, dua model situs jurnalisme online ini juga lebih selektif dalam penghimpunan berita. Untuk soal interkatif dan menggaet pembaca, mereka juga memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada. Mereka menambahan visual yang kuat dalam semua beritanya, baik dalam bentk grafis, foto atau audio. Sungguh kolaborasi yang cantik anata teknologi web dan jurnalisme online.
Namun, perlu diingat, bahwa masih banyak pekerjaan rumah dari jurnalis media online dalam hal penghimpunan dan pengemasan berita. Tidak semua situs berita dan jurnalis seperti milik Tirto, Kumparan, Kompas, Tempo, dan sebagainya. Oleh karena itu pembekalan skill dan kemampuan kolaboratif itu perlu. Jurnalis masa sekarang harus multitasking. Karenanya, mereka perlu diberi bekal kecerdasan fisik, emosional, mental dan intuitif serta kreativitas yang kuat agar dapat memanfaatkan dan menyeimbangi kemajuan teknologi yang ada. Bukan teknologi yang mengikuti manusia, tapi manusialah yang harus mengikuti perkembangan teknologi.