"Tring....tringgg" bel berbunyi tepat sekali mereka sampai di gerbang sekolah.
Nabil dengan cepat menuju kelas karena ada ulangan.
"Wiss, kek dikejar anjing galak nih" ucap teman nabil bernama Reno
" Hih" ucapnya malas menanggapi Reno
"Bu Anis dateng woyyyy!" Ucap Faiz dari pintu kelas
Suara sepatu pantofel mulai mendekat ke kelas Nabil, ia pun merasakan jantungnya berpacu lebih cepat dan keringan di dahinya mulai turun ke bawah. Walaupun ia sudah belajar tetal saja ulangan menjadi hal yang membuat jantung murid terpacu kencang.
Semua berlalu begitu cepat, kejadian di sekolah seperti akan berulang setiap harinya. Minggu, 3 April 2017 mereka akan pergi ke sebuah tempat ternama di kota sekalian mengunjungi ayah dan ibu mereka. Karena sudah 2 minggu mereka tidak berkunjung ke rumah orangtua mereka.
"Kak kok hari ini mukanya kek pucat banget sih, sakit ya?" Ucap Nabil merasa cemas karena muka kakaknya sangat pucat.
"Ah kakak kan emang putih, perasaan kamu aja kali" ucap Nabin yang merasa adiknya sangat peka. Kulit Nabin memang putih pucat, tetapi jika ia sedang sakit kulitnya akan terlihat 10x lebih pucat. Oleh karena, adiknya mencurigainya.
"Ah kenapa dia peka sekali" ucap dalam hati Nabin.
"Tok...Assalamuaalaikum mama ayah " ucap Nabil dengan semangat 45.
" Waalaikumsalam, eh kalian dah dateng sini masuk cepet" ucap Mama yang langsung menarik mereka dan menciumnya.
" Eh anak ayah udah dateng" ucap Ayah dengan semangat.
"Kak, kamu ikut mama sana ke belakang siapin makanan" ucap Ayah dengan lirikan mata ke mama.
Nabin tahu betul, mama pasti akan membicarakan ini.
" Kak kamu pindah aja ya, biar mama sama ayah bisa ngerawat kamu" ucap mama dengan mata berkaca-kaca.
" Aku bisa berobat disana ma, lagian disini juga mama sibuk" ucap Nabin dengan malas.
" Kamu janji ke mama ya, rutin kontrol ya" ucap mama dengan mengeluarkan jari kelingkimg tanda perjanjian.
"Ya" ucap Nabin menautkan jarinya.
Mereka pulang dengan selamat. Keheningan terasa lagi, Nabin beranjak dari kasur untuk minum obat ke dapur dan duduk santai di kolam renang.
" Ah harus selalu seperti ini, minum lagi minum lagi" ucapnya frustasi
Setelah meminum obat ia beranjak menuju kursi disamping kolam renang.
" Tuhan, kenapa setiap hari rasanya berat sekali? Kenapa selalu ingin menangis jika melihat orang yang ku cintai?Kenapa kau selalu ingin melihatku berjuang?Apa aku harus berjuang dengan keras?" Ucap Nabin sambil menatap langit malam yang penuh bintang hari itu.
"Tuhan, jika memang kau ingin aku berjuang lebih keras. Aku akan berjuang tapi tolong biarkan aku berjuang hingga akhir." Ucap Nabin. Air matanya mulai tufun membasahi pipi Nabin, ia tak bisa menahannya. Setiap malam hal yang dilakukan Nabin adalah bertanya.
Hari menjelang Sbmptn sudah dekat untuk Nabin, ia juga sudah mempersiapkan dengan baik. Nabin ingin sekali memenuhi apa yang dicita-cita kan orangtuanya yaitu menjadi seorang dokter. Oleh karenanya, ia setiap hari tanpa lelah belajar. Karena ia rasa mungkin hanya kali ini saja ia bisa membuat orangtuanya senang.
Hari tes Sbmptn
"KAK NABIN SEMANGATTT YAA!" Ucap Nabil dari kaca mobil
Hari ini Nabin melalui tes dengan baik. Pengumuman akan dilakukan 14 hari kemudian.
Hari ke-10
"Kak,bangun ih!" Ucal Nabil menggerakan badan kakaknya yanv tergulai lemas.
"KAK AYO SEKOLAH!" Ucap Nabil masih berusaha membangunkan kakaknya.
Karena tidak bangun-bangun Nabil panik dan langsung menelpon kedua orantuanya.
Hari ke-11
Setelah dibawa ke rumah sakit Nabin belum juga bangun, Nabil setia menunggu kakaknya. Ia juga masih bingung kenapa kakaknya bisa tidak terbangun.
"Clek...." suara lintu kamar rawat terbuka
"Dok, Kenapa kakak saya masih tidak terbangun?" Ucap Nabil hingga meneteskan air mata
"Kakak mu butuh istirahat" ucap dokter
"Kenapa istirahatnya lama banget" ucap Nabil semakin deras air matanya
Dokter memegang pundak Nabil untuk menguatkannya dan pergi.
Ruang Dokter
"Sepertinya keadaan Nabin semakin parah bu" ucap dokter
"Tolong lakukan yang terbaik dok" ucap ibu Nabin dengan mata lelah
"Saya akan berusahan dengan maksimal bu" ucap dokter
"Tetapi sel kankernya sudah menyebar ke bagian lain bu dan kemungkinannya kecil. Tetapi kami akan berusahan dengan yang kami bisa" ucap dokter dengan teguh menjelaskan
"Iya dok, lakuka  yang terbaik"ucap ayah Nabin
Mereka tidak tahu jika ada seseorang yang sedang mendengar perkataan mereka di pintu. Nabil menangis kencangdan lari. Ia masuk ke toilet menangis kencang. Kenapa ia tidak tahu sama sekali?. Pertanyaan terus berputar di kepalanya.
Kelanjutan ceritanya tunggu tanggal 20 ya. Jadi terus pantau akun ku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H