Mohon tunggu...
Hadi Some
Hadi Some Mohon Tunggu... -

still me, HS hehehe

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Yayuk Basuki, Petenis Terbaik Indonesia Sepanjang Masa

30 April 2011   12:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:13 10317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak hal yang bisa kita bicarakan jika mengambil tema “paling indonesia”. Mulai dari hal-hal berbasis kearifan lokal, budaya, makanan, hingga tinjauan kekinian atas carut marutnya sistem pendidikan, politik, dan pemerintahan negeri ini.

Berdasar tema tersebut, saya mencoba mengambil sisi yang jarang dikupas orang lain, yaitu olah raga. Hanya beberapa gelintir saja yang menampilkan profil atlit olah raga. Padahal melalui atlit olah raga-lah biasanya suatu bangsa akan dikenal oleh bangsa lain. Termasuk bangsa Indonesia di mata dunia. Lihat saja, betapa bangganya ketika lagu Indonesia raya berkumandang di ajang olah raga multi even seperti Olimpiade. Berulangkali, sorak sorai membahana ketika atlit-atlit kita mempersembahkan medali di Olimpiade. Salah satunya adalah di Barcelona ketika Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma mempersembahkan dua medali emas pertama di ajang olimpiade. Dua medali yang menjadi legenda atas kejayaan prestasi bulutangkis Indonesia masa silam.

Melalui para atlit olah raga pula, nama negeri kita mendapat perhatian positif dari para pecinta olah raga di berbagai belahan dunia. Jadi rasa-rasanya kita patut memberikan apresiasi terhadap para atlit olah raga yang sudah mengharumkan nama Indonesia, dan mengibarkan Bendera Merah Putih di setiap Event olah raga. Dan Tulisan ini adalah sebuah apresiasi untuk seorang atlit yang mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.

-hs-

Susi Susanti, Alan Budikusuma, Haryanto Arbi, Ardi B.Wiranata, Sarwendah Kusuma wardhani, Ivana Lie, Imelda Wiguna, dan lain-lain, adalah atlit-atlit legendaris dari dunia bulu tangkis. Berbicara tentang olahraga tepok bulu ini rasanya kita tak akan kesulitan menemukan hal-hal yang menjadi sarana dan prasarana olah raga ini. Pasalnya, olahraga ini begitu populer di negeri kita. bahkan, olah raga ini pernah memiliki jaman keemasan ketika atlit-atlit seangkatan Susi dan Alan, selalu mengharumkan nama Indonesia.

Tapi, tahukah anda, ada satu orang atlit yang berhasil menembus dominasi nama-nama tersebut yang bukan berasal dari cabang bulutangkis? Atlit kelahiran Jogjakarta 30 November 1970 silam tersebut berkecimpung di bidang olah raga yang sama sekali belum begitu populer di Indonesia saat itu. Dialah Yayuk Basuki. Atlit Tennis terbaik yang pernah dimiliki Indonesia yang berhasil membawa nama Indonesia berkibar pada ajang perhelatan tennis dunia. Meskipun tennis tidak sepopuler bulutangkis (pada ѐra yang sama, 90-an) namun Yayuk berhasil menancapkan prestasi gemilang pada masanya. Dan rasanya, Yayuk patut disejajarkan dengan ratu bulutangkis dunia asal Tasikmalaya, Susi Susanti.

[caption id="attachment_106222" align="aligncenter" width="591" caption="(Yayuk Basuki, Best Indonesian Tennis Player Ever - source: www.kaltimpost.co.id)"][/caption]

Yayuk, yang terlahir dengan nama Nani Rahayu Basuki ini, boleh jadi dikatakan sebagai satu-satunya atlit tennis asal Indonesia yang berhasil menembus karir tennis profesional dunia. Yayuk berkenalan dengan raket tenis pada usia tujuh tahun. Berawal dari iseng melihat sang kakak bermain tennis, Yayuk pun ikut mengayun raket. Siapa nyana, ayunan pertama Yayuk tersebut akhirnya berhasil membawa dirinya melanglang buana ke mancanegara membela nama bangsa besar tempatnya berpijak, Indonesia.

Ditengah dominasi nama besar atlit-atlit bulutangkis, Yayuk seolah sebuah roket yang melejitkan nama Indonesia, yang sudah lebih dulu terkenal di kancah bulutangkis, di dunia tennis. Kemunculan pertamanya membuat Yayuk dianugerahi sebagai Indonesian Athlete of The Year pada tahun 1991. Berkat keberhasilannya membuat Indonesia bersinar di cabang olahraga tennis, pada tahun yang sama, Yayuk pun memperoleh penghargaan dari presiden Soeharto.

Bermula pada tahun 1989, Yayuk menjuarai turnamen seri ITF (international tennis federation) yakni Garuda Indonesia Super Tennis, dan turnamen tennis seri ITF di Thailand. Karir Yayuk pun mulai bersinar.

Pada tahun 1990, tepatnya di bulan oktober, Yayuk resmi terjun di dunia tennis pro internasional. Seiring dengan itu, peringkat Yayuk pun mulai menanjak.Di tahun 1991, Yayuk memenangi kejuaraan tenis profesional yang diselenggarakan di Pattaya Thailand. Saat-saat fenomenal tersebut menjadi titik tolak Yayuk memasuki kancah tennis dunia. Di Pattaya, Yayuk berhasil mengalahkan petenis yang berperingkat jauh di atasnya, Naoko Sawamatsu asal Jepang yang berperingkat 27 dunia. Yayuk sendiri saat itu masih berperingkat 178 dunia. Prestasi ini tentu membuat Yayuk melejit memasuki 100 besar top tenis dunia versi Asosiasi tenis wanita, WTA.

Tahun 1991 agaknya memang tahun keberuntungan bagi Yayuk. Keberhasilannya memenangi turnamen Pattaya, akhirnya membawa Yayuk menembus turnamen-turnamen bergengsi. Termasuk turnamen grand slam. Grand slam adalah tingkatan tertinggi pada turnamen tennis. Meskipun hanya mencapai babak ke tiga turnamen grand slam tertua Wimbledon 1991, setelah kalah dari petenis nomor 1 dunia saat itu, Steffi Graf, Justru karir Yayuk semakin bersinar. Yayuk menjadi satu-satunya petenis Indonesia yang berkecimpung di turnamen-turnamen pro yang diselenggarakan WTA.

Selanjutnya, Yayuk berhasil mengharumkan nama Indonesia di mata internasional. Prestasi terbaik Yayuk Basuki di tingkatan turnamen Grand Slam adalah dengan berhasilnya menembus babak 8 besar (perempat final) turnamen bergengsi Wimbledon. Di turnamen yang diikuti 128 petenis utama, dan puluhan petenis qualifikasi, Yayuk berhasil menembus dominasi Steffi Graf dan Monica Seles yang merupakan petenis terkuat saat itu. Yayuk terhenti di babak perempat final Wimbledon tahun 1997 setelah kalah dari petenis peringkat tiga dunia asal republik Ceko, Jana Novotna.

Prestasi tersebut menjadikan Yayuk sebagai satu-satunya petenis Indonesia yang pernah berhasil menembus ketatnya persaingan grand slam Wimbledon hingga babak perempat final. Sebuah prestasi yang patut diapresiasi dan sangat membanggakan. Berkat keberhasilannya itu Yayuk berhasil mencapai peringkat terbaiknya menembus 20 besar top tenis dunia. Yayuk sempat nangkring di posisi 19. Sebuah peringkat yang terbilang cukup bergengsi karena tidak mudah untuk meraih BIG TWENTY tersebut.

Di turnamen pro lainnya di luar grand slam, Yayuk berhasil menancapkan karirnya sebagai finalis di beberapa turnamen. Sebut saja di turnamen Birmingham yang merupakan pra event (pemanasan grand slam) Wimbledon. Meski kalah di babak final oleh petenis Prancis, Nathalie Tauziat, namun itu berhasil membuat Yayuk diperhitungkan sebagai petenis yang ditakuti di lapangan rumput.

Yayuk pun makin membuat nama Indonesia terkenal ketika menjuarai berbagai turnamen di nomor ganda. Turnamen di Sapporo Jepang pada tahun 1993 adalah turnamen pertama yang dijuarainya di nomor ganda. Saat itu Yayuk berpasangan dengan petenis Jepang Nana Miyagi. Selanjutnya, masih berpasangan dengan Miyagi, Yayuk mengibarkan bendera merah putih di Taipei setelah menggenggam juara di turnamen tersebut.

Pada tahun 1994, Yayuk menikah dengan Harry Suharyadi yang juga merupakan atlit tenis putera nasional. Setelah menikah, Yayuk pun dilatih oleh sang suami. Prestasi Yayuk semakin berkilap setelah menikah. Terbukti, tahun 1997, Yayuk berhasil menjadi perempat finalis Wimbledon tersebut.

Tak ada prestasi tanpa latihan. Dan tidak ada latihan tanpa kerja keras. Yayuk yang saat ini kembali terjun di dunia tennis khusus untuk nomor ganda, setidaknya memberikan spirit dan motivasi untuk kaum muda yang ingin memulai karir di dunia tenis. Total dan tidak setengah-setengah adalah sebuah pilihan yang harus dipilih oleh mereka yang memang ingin bergelut di dunia tenis pro.

Selama hampir sepuluh tahun malang melintang di dunia tenis profesional untuk nomor tunggal puteri, Yayuk sukses mengibarkan sang merah putih, dan mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Yayuk berhasil mencuri perhatian dunia tenis internasional untuk mengarahkan mata mereka ke negeri kepulauan khatulistiwa bernama Indonesia. Di tengah nama-nama besar atlit bulutangkis negeri ini pada ѐra 90-an, Yayuk berhasil mencuri satu tempat di hati para pecinta olah raga negeri ini.

Yayuk Basuki, boleh jadi adalah petenis terbaik Indonesia sepanjang masa. Belum ada petenis muda yang mampu menyamai prestasi Yayuk Basuki, kecuali Angelique Widjaja. Namun sayang, cedera yang menggerogoti Angie membuat prestasinya tidak maksimal dan memaksanya harus mundur di usia muda. Yayuk Basuki adalah legenda hidup tennis Indonesia. Tanpanya, nama Indonesia mungkin tak akan pernah dikenal di dunia tennis pro internasional. (HS)

-HS-

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="dari wartakota.co.id"][/caption]

Berikut adalah prestasi Yayuk Basuki di dunia tennis internasional:

Tahun 1991: Juara Pattaya terbuka (petenis Indonesia pertama yang memenangkan turnamen pro internasional)

Tahun 1995: menjadi petenis non unggulan yang berhasil mencapai babak semifinal turnamen Los Angeles setelah mengalahkan petenis-petenis unggulan seperti Mary Joe Fernandez (unggulan 7/USA), Nathalie Tauziat (9/FRA), Lindsay Davenport (4/USA).

Tahun 1996: menjadi semifinalis turnamen Canada terbuka kalah dari Monica Seles, mencapai babak ketiga turnamen pemanasan Wimbledon di Eastbourne.

Tahun 1997: Mencapai babak 8 besar turnamen tennis bergengsi seri Grand Slam Wimbledon. Menjadi finalis di turnamen pemanasan pra Wimbledon di Birmingham. Semifinalis turnamen Princess Cup di Tokyo.

Tahun 1998: mencapai babak ke-4 turnamen Grand Slam Australia terbuka. Semifinalis turnamen Birmingham.

Disebut-sebut sebagai petenis lapangan rumput yang disegani karena selalu berhasil setidaknya mencapai babak ke-3 turnamen tenis Grand Slam lapangan rumput Wimbledon sejak tahun 1992-1998.

Tahun 1999 Yayuk sempat mundur karena mengandung dan melahirkan anak pertamanya, Yary Nara Suharyadi. Di tahun ini Yayuk hanya bertanding di Australian Open Grand Slam dan mencapai babak perempat final untuk nomer ganda puteri.

Tahun 2000, come back dan menjuarai dua turnamen seri ITF untuk nomer ganda.

Tahun 2001-2008 Yayuk vakum, dan akhirnya kembali terjun di nomor ganda puteri di tahun 2009 hingga saat ini, di usia yang ke-40 tahun, Yayuk masih bertanding untuk turnamen-turnamen seri ITF.

Trophi dan Runner Up yang pernah diperoleh Yayuk Basuki untuk nomer tunggal dan ganda puteri:

Tunggal puteri

Juara Asian Games tahun 1998 (Medali Emas)

Juara (6 WTA Tour): 1994 di Beijing dan Jakarta. Tahun 1993 di Pattaya (Thailand), dan Jakarta. Tahun 1992 Juara di Kuala Lumpur. Tahun 1991 Juara di Pattaya, Juara seri ITF di Jakarta. Tahun 1990 Juara seri ITF di Jakarta di bulan Januari dan Agustus. Tahun 1989 Juara seri ITF di Bangkok dan Jakarta.

Ganda Puteri

Medali Emas Asian Games tahun 1986, 1990, 1994.

Juara (9 gelar): Tahun 2000 Juara Dubai Open bersama Caroline Vis (Belanda), Juara Pattaya City bersama Caroline Vis (Belanda). Tahun 1997 Juara Los Angeles berpasangan dengan Caroline Vis (Belanda), Juara Kanada Terbuka bersama Caroline Vis. Tahun 1996 juara di turnamen Hobart Australia bersama Kyoko Nagatsuka (JPN), Juara di Strasbourg Prancis bersama Nicole Bradtke (AUS). Tahun 1994 Juara di Surabaya, Wismilak Open, Bersama Romana Tejakusuma (INA). Tahun 1993 Juara Sapporo Open-Jepang, bersama Nana Miyagi-Smith (JPN). Juara Taipei Open bersama Miyagi

Finalis: Tahun 1998 finalis Strasbourg (bersama C.Vis), Runner up Canada Open (Bersama C.Vis), tahun 1997 Runner up Leipzig open bersama Helena Sukova. Runner up Moscow Open bersama C.Vis. 1994 Runner Up Japan Open bersama Nana Miyagi. Runner up Pattaya City bersama Miyagi. 1992 runner up Tokyo Nichirei bersama Miyagi. Tahun 1991 runner up Nashville bersama Caroline Vis.

Ganda Campuran

Perempat final Wimbledon tahun 1997 bersama Nijssen. Perempat final Rolland Garos (Grand Slam Prancis Terbuka) bersama Thorne

Tambahan:

Memperkuat squad tim piala Federasi Indonesia tahun 1986-1996, 2000-2001. Mewakili Indonesia di Olimpiade tahun 1986, 1992, 1996, 2000.

Source: www.Wtatennis.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun