Rebo Wekasan, juga dikenal sebagai Rebo Pungkasan, merupakan tradisi yang masih hidup dan dipraktikkan oleh masyarakat Bogor hingga saat ini.Â
Tradisi ini dilakukan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Islam, yang tahun ini jatuh pada Rabu, 4 September 2024. Meskipun zaman telah berkembang, kepercayaan terhadap tradisi ini tetap terjaga, dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bogor.
Tradisi Membuat Ketupat dan Sayur Ketupat
Sejak kemarin, sebagian besar masyarakat Bogor sudah mulai sibuk mempersiapkan ketupat dan sayur ketupat.Â
Aktivitas ini bukan sekadar memasak, melainkan bentuk dari ibadah dan harapan. Ketupat dan sayur ketupat yang telah selesai dibuat pada hari Rabu pagi, kemudian dibawa ke masjid setempat. Selain itu, air minum juga turut dibawa sebagai bagian dari tradisi setempat ini.
Ketupat, sayur ketupat, dan air minum yang dibawa oleh warga kemudian disatukan dalam satu tempat besar di masjid. Setelah sholat hajat bersama, makanan dan minuman tersebut dibagi-bagikan kepada warga yang mengikuti sholat hajat bersama. Tradisi ini tidak hanya mempererat hubungan antarwarga, tetapi juga menjadi sarana untuk berbagi rezeki.
Tidak hanya berhenti di masjid, ketupat dan sayur juga saling dikirimkan oleh warga ke tetangga dan kerabat. Ini menjadi momen untuk saling berbagi dan menguatkan tali silaturahmi, yang memang sangat ditekankan dalam tradisi Islam.
Harapan dan Doa di Rebo Wekasan
Pada hari Rebo Wekasan, masyarakat yang mempercayai tradisi ini biasanya juga melakukan ritual mandi, berdoa, dan bahkan mengambil air dari masjid, yang diyakini dapat membawa berkah.Â
Seperti yang saya lakukan, saya turut serta mengambil air di masjid dengan harapan agar keluarga saya selalu diberi kesehatan dan dijauhkan dari berbagai bencana yang mungkin datang. Tradisi ini sarat akan harapan dan doa, agar semua orang terhindar dari segala mara bahaya.
Sejarah dan Makna Rebo Wekasan
Rebo Wekasan berakar dari kepercayaan bahwa pada hari Rabu terakhir bulan Safar, Allah SWT menurunkan berbagai bencana dan penyakit ke bumi. Menurut legenda, Nabi Muhammad SAW pernah menerima wahyu tentang musibah yang akan menimpa umatnya pada hari tersebut. Karena itulah, tradisi ini berkembang sebagai upaya untuk memohon perlindungan dan keselamatan dari segala bentuk bahaya yang mungkin menimpa.
Meskipun tidak semua umat Islam mempercayai tradisi ini, namun bagi masyarakat Bogor dan beberapa daerah lain di Indonesia, Rebo Wekasan tetap menjadi hari yang dianggap sakral. Tradisi ini tidak hanya mencerminkan ketaatan pada keyakinan, tetapi juga mengajarkan pentingnya saling berbagi dan mempererat hubungan antar sesama.
Rebo Wekasan adalah bukti bahwa tradisi dan kepercayaan lama masih hidup di tengah modernitas, memberikan warna dan makna dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bogor. Semoga tradisi ini terus terjaga dan memberikan kebaikan bagi kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H