Saya pun makin penasaran dengan daya tarik laksa Pak Inin. Apa ya yang membuat orang rela jauh-jauh datang dan rela antri untuk menikmati hidangan berkuah ini?
Benar saja. Sesampainya di warung laksa Pak Inin seluruh meja sudah di penuhi pengunjung. Sama sekali tidak ada space, baik di luar warung maupun di dalam.
Sudahlah soal duduk bisa di mana saja. Tanpa buang waktu kami segera memesan semangkuk laksa komplit dengan telur yang dibandrol Rp 15 ribu. Murah ya?
Murah lah, lha wong harga telur sekarang sudah 34 ribu per kilogram. Artinya per butirnya Rp 2 ribu lebih. Andaikan pun telurnya hanya dikasih setengah butir masih layak juga bila dibandrol harga segitu. Otak bunda-hara eh bendahara langsung mengkalkulasi hihihii...
Saya kurang paham dengan aneka jenis laksa yang ada. Ada laksa Singapur, laksa Betawi, Laksa Tangerang atau Laksa Bogor.
Tapi isian laksa Bogor Pak Inin ada potongan ketupat, bihun, toge, remahan oncom, daun kemangi, tahu kuning dan telur rebus yang ditaburi serundeng kelapa dan disiram dua kali dengan kuah laksa. Kenapa disiram dua kali? Katanya, sih, biar oncomnya matang sempurna dan kuahnya lebih meresap.
Oh iya jangan lupakan makanan pendamping yang disediakan di meja. Ada sate kikil dan tahu isi, bala-bala dan tempe goreng tepung yang masih hangat. Harganya cuma dua ribu per potong.
Yang suka kriuk-kriuk kalau bersantap, di warung laksa Pak Inin juga menyediakan kerupuk kulit seharga Rp 10ribu dan kerupuk kampung seharga Rp 2ribu. Waaa sikaaattt!!!
Benar saja. Saat menyesap kuah laksa saya jadi teringat kata-kata Walikota Bogor Bima Arya yang memberi jempol empat untuk Laksa Pak Inin. Enak benerrrrr...