Sejak jaman dahulu bidang pertanian selalu mengalami perkembangan sesuai dengan  tuntutan jaman. Sehingga dampak kemajuan jaman membuat pergeseran di sana sini. Dan saat ini modern farming menjadi tren namun masih belum merata ke seluruh Indonesia, khususnya di daerah 3T. Sehingga literasi digital dan penggunaan teknologi digitalisasi dalam proses budidaya, penanaman, pemeliharaan, pemanenan hingga pengolahan pasca panen perlu dioptimalkan.Â
Namun stigma bahwa petani adalah profesi bermasa depan suram menyebabkan passion di kalangan milenial terhadap sektor pertanian masih minim. Padahal pertanian merupakan bidang yang menjadi kekuatan negara kita. Bahkan di era 80-an negara kita pernah menjadi negara swasembada pangan. Namun realitanya kini negara kita apa-apa masih impor.
Kenyataan ini mau tidak mau harus disikapi serius oleh berbagai elemen. Karena untuk menjadikan negara kita menjadi negara maju perubahan mindset dan inovasi besar-besaran sangat diperlukan. Karena permasalahan pangan merupakan aspek yang sangat vital dari masa ke masa. Ini adalah kebutuhan vital manusia. Tanpa pangan yang cukup imbasnya bisa menyerang ke berbagai  aspek yaitu kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan. Tanpa kecukupan pangan manusia tidak akan dapat bertahan hidup.Â
Dalam rangka meningkatkan wawasan pengetahuan mengenai pertanian berkelanjutan dan pengembangan riset digital di bidang pertanian di kalangan mahasiswa, PUSPINEBT ICM bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Ibnu Chaldun Jakarta menyelenggarakan seminar Agrotek 2021 bertajuk "Strategi Pengembangan Teknologi Pertanian Berbasis Digital Sebagai Upaya Mendukung Pertanian Berkelanjutan dan Ketahanan Pangan Nasional".Â
Prof. Dr. Muhammad Nur - Guru Besar UNDIP Semarang, MPr PUSPINEBT ICMI
KH. Abdullah Yazid - Owner BMT BUS
Dr. Mohammad Takdir Mulyadi - Direktur Perlindungan/Plt Direktur Pembenihan, Dirjen Pangan, Kementerian PertanianÂ
Prof. Dr. Musni Umar SH.,MSi.,Ph.D - Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta
Ir. H. Subandriyo - Wakil Ketua Umum MAPORINA/MPr PUSPINEBT ICMI
Kunjung Masehat - M.H - Ketua BNSP
Tetty DS Ariyanto, M.Par - Komisioner Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)
Acara dimoderatori oleh Dr. Akrab Amir N, M.Si. - Dekan Fakultas Pertanian UIC Jakarta  dan Dodo Gustaman, SP., MM. serta dihadiri oleh lembaga pemerintah, akademisi, praktisi, mahasiswa dan masyarakat umum.Â
Rektor (UIC) Bapak Prof. Dr. Musni Umar SH.,MSi.,Ph.D menyampaikan, "Indonesia adalah negara agraris yang tidak mungkin bisa hidup tanpa adanya petani. Oleh karena itu petani adalah tulang punggung masa depan Indonesia. Kolaborasi antara ilmuwan, pelaku bisnis dan petani berkontribusi positif terhadap pertumbuhan pertanian dan ketahanan pangan nasional negara kita."
"Petani harus diberi pupuk yang banyak, murah, dan diberi ilmu. Â Indonesia akan kuat jika rakyanya bisa diberikan makan yang cukup. Dan untuk mencukupi kebutuhan ini pilar utamanya adalah para petani. Mahasiswa Fakultas Hukum UIC dan mahasiswa pertanian UIC siap menjadi pilar bersama Maporina untuk membangun kekuatan pertanian. Mari menjadikan Indonesia tuan di negeri sendiri dengan kekuatan di sektor pertanian," ungkapnya lagi.Â
Untuk itu dalam kesempatan tersebut dilakukan penandatanganan MOU kerjasama antara Universitas Ibnu Chaldun  Jakarta dengan PUSPIBNET ICMI terkait pengembangan teknologi pertanian berbasis digitalisasi.Â
Ir. H. Subandriyo - Wakil Ketua Umum MAPORINA menyampaikan, saat ini jumlah petani dari kalangan milennial hanya 8%, sisanya adalah petani berumur. "Padahal bertani adalah berbisnis, ini tidak kalah penghasilannya dibandingkan bekerja di sektor lain," jelasnya.
Yang menjadi masalah dalam sektor pertanian adalah faktor degradasi atau penurunan kualitas tanah. Penyebabnya dari faktor malam dan faktor manusia. Di sisi lain saat ini petani masih kerap mengalami kesulitan menjual panen. Untuk itu diharapkan pemerintah memperhatikan mengenai kebijakan harga jual yang layak dan ada keberpihakan pemerintah dalam penanganan masalah tanah.Â
Bukan tidak mungkin negara kita bisa seperti Vietnam yang saat ini telah mengembangkan sistem pertanian cerdas yang meminimalisasi ketergantungan akan air, pupuk dan pestisida sehingga ekspor pertanian Vietnam meningkat drastis. Padahal dulunya Vietnam adalah negara yang pernah mengalami kelaparan.Â
Namun untuk bertransformasi seperti Vietnam butuh langkah panjang. Perlu dukungan ketersediaan data, teknologi GPS, robotic, IoT (Internet of Think) serta Artificial Intelegence. Nah, salah satu pembaharuan implementasi proyek percontohan pertanian digital berfokus pada sisi hulu atau proses budidaya, berupa pemasangan alat sensor tanah dan cuaca untuk lahan seluas 40 hektar, disertai sosialiasi penggunaannya melalui aplikasi kepada petani.
Alat sensor tersebut terintegrasi dengan aplikasi ponsel yang dapat memberikan informasi secara realtime mengenai kondisi tingkat keasaman tanah dan air serta prediksi cuaca di ekosistem sekitar. Dari informasi yang terbaca petani dapat memutuskan langkah apa yang sesuai rekomendasi yang diberikan alat sensor tersebut.Â
Semoga kalangan milenial bisa mengeksplor seluas-luas potensi yang dimilikinya untuk mengembangkan teknologi pertanian berbasis digitalisasi. Karena sekarang sudah bukan jamannya lagi yang namanya petani itu kudet teknologi dan bermasa depan suram. Petani jaman now dituntut melek teknologi dan melek informasi.Â
Terlebih di era digitalisasi ini, dunia maya menjadi pasar yang empuk untuk memperluas pemasaran hasil pertanian. Percayalah, dibalik tantangan yang dihadapi pendapatan di sektor pertanian ini sangat menjanjikan. Untuk itu, sebagaimana disampaikan Tetty DS Ariyanto, M.Par - Komisioner Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) bahwa SDM mumpuni yang memiliki beragam sertifikasi atau keahlian merupakan salah satu faktor yang memiliki andil dalam pertanian berkelanjutan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H