Mohon tunggu...
Diah Woro Susanti
Diah Woro Susanti Mohon Tunggu... Full Time Blogger - blogger

Blogger, Content Creator FB : Mbak Dee Twitter/Ig : @mba_diahworo Email : Diahworosusanti@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tanggulangi Karhutla Melalui Teknik Modifikasi Cuaca

26 September 2019   17:07 Diperbarui: 26 September 2019   17:28 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sehari setelah diskusi Media yang diselenggarakan FMB9 di Kantor Kominfo, tanggal 24 September 2019 kembali kegiatan serupa digelar di kantor Kementerian Lingkungan Hidup  dan Kehutanan. Topik yang diangkat masih mengenai karhutla. Apa sih update terbaru dari pemerintah terkait karhutla yang merisaukan hati ini? 

Yup, kita ketahui pemerintah tidak tinggal diam untuk menanggulangi kebakaran hutan atau lahan di Sumatera dan Kalimantan. Update terkini, pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah membuat hujan buatan hasil kerjasamanya dengan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). 

Tri Handoko Setto - Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) menyampaikan, "hujan buatan masih kami lakukan sampai saat ini di beberapa propinsi yang ada di Sumatera dan Kalimantan. Di Kalimantan kami memiliki posko tepatnya di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Namun wilayah kerja kami tidak di situ saja tapi Kalimantan Selatan juga." 

Hujan buatan dilakukan dengan cara penaburan garam NacL menggunakan pesawat khusus, jenis Cassa 212200 atau CN 295 misalnya. Pesawat-pesawat tersebut bekerja setiap hari selama 24 jam sampai hujan mengguyur wilayah yang ditaburi garam NaCL. Bila tidak hujan juga lokasinya segera dipindah. Hasilnya, alhamdulillah, dalam beberapa hari terakhir wilayah Kalimantan Barat telah terjadi hujan dengan intensitas yang cukup merata dan signifikan. 

Ditegaskan Setto, kira-kira besaran angka hujan yang turun sekitar 70 juta meter per kubik. Di Palangkaraya Kalimantan Tengah, juga sudah terjadi hujan meskipun intensitasnya belum sebanyak di Kalimantan Barat. Di Kalimantan Tengah malah terhitung sejak hari Jumat lalu (20 September 2019) terjadi hujan yang cukup signifikan di Palangkaraya dan Kabupaten Pulang Pisau. 

Sampai detik ini, hari Selasa tanggal 24 September 2019 jumlah curah hujan di Kalimantan Tengah sekitar 15 juta meter kubik meskipun belum sepenuhnya meredam kepekatan asap secara signifikan. Untuk itu pihaknya akan terus bekerja memastikan turunnya hujan sampai masa kemarau berakhir. 

Selain Kalimantan, sebagai wilayah terdampak karhutla yang cukup besar adalah Sumatera. Pemerintah membuka dua posko yakni di Pekanbaru Riau dan Palembang Sumatera Selatan yang tugasnya mengcover wilayah tersebut dan wilayah sekitarnya, juga di Jambi dan sebagian perbatasan Riau. 

Alhamdulillah, hujan sudah turun di Riau dan intensitasnya cukup banyak. Jumlahnya sekitar 30 juta meter kubik. Ini berarti jumlahnya lebih sedikit dari Kalimantan Barat tapi lebih banyak dari Palangkaraya. 

Seto memaparkan, dalam beberapa hari terakhir Jambi dan Palembang juga sudah mulai turun hujan. Kami memperkirakan, sampai akhir bulan ini akan terjadi pengurangan asap yang cukup signifikan di wilayah Sumatera. Sekarang ini kami sedang melakukan TMC atau hujan buatan di Kalimantan dan Sumatera yang didukung empat pesawat. 

Hal senada disampaikan Pelaksana Tugas Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Rafless Brotestes Panjaitan, bahwa sebaran titik api atau hotspot di area-area karhutla sudah menurun. Bila semula terpantau ada 2533 titik sekarang menjadi 1352 titik. Penurunan ini terjadi sebagai dampak dari turunnya hujan yang dilakukan BPPT beberapa waktu terakhir. 

Meskipun sudah terjadi penurunan titik api namun pemerintah sudah meminimalisasi dampak karhutla yang lebih luas. Penyediaan masker, air purifier, pos layanan kesehatan, mobil kesehatan. Pun rumah singgah telah disiapkan untuk menyediakan oksigen yang cukup bagi masyarakat. 

Pemerintah juga terus mengupayakan pencegahan yang sistematis. Lahan gambut diketahui sebagai satu-satunya pemicu terjadinya karhutla maka edukasi tata kelola pemakaiannya sebaiknya disosialisasikan ke masyarakat. Selain itu, perbaikan infrastruktur dan monitoring level air gambut secara signifikan menjadi hal vital agar karhutla dapat dicegah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun