Mohon tunggu...
Diah Woro Susanti
Diah Woro Susanti Mohon Tunggu... Full Time Blogger - blogger

Blogger, Content Creator FB : Mbak Dee Twitter/Ig : @mba_diahworo Email : Diahworosusanti@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Cinta dan Nasionalisme dalam Konser Millenial Marzukiana

15 Januari 2019   12:36 Diperbarui: 15 Januari 2019   12:46 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buat segelintir orang nama Ismail Marzuki mengingatkan pada pusat kesenian dan kebudayaan di bilangan Cikini, Jakarta, yakni Taman Ismail Marzuki. Sebenarnya itu tidak sepenuhnya salah, sih. 

Nama Ismail Marzuki menurut saya memang identik dengan seni yaitu musik. Sehingga kalau namanya disematkan sebagai tempat berkumpulnya pecinta seni dan budaya  tepat sekali. 

Bagaimana tidak, lagu-lagu karya Ismail Marzuki begitu lekat dalam benak kita bahkan sampai kini masih kerap kita dengar dan nyanyikan. Lagu Halo-halo Bandung, misalnya. Hentakan nada berirama cepat lagu tersebut membuat semangat kita semakin menyala-nyala kala menyanyikannya. Demikianpun dengan lagu Gugur Bunga. 

Perasaan sedih dan kehilangan pahlawan yang gugur dalam medan perang dalam setiap baitnya mampu membuat hati kita ikut sakit dan sedih kala menyanyikannya. 

By the way, dari kedua lagu tersebut adakah yang tahu kalau karya lagu-lagu Ismail Marzuki sejatinya jumlahnya ada banyak sekali? Ada sekitar 300 buah menurut penjelasan ibu Rahmi Aziza, putri angkat Ismail Marzuki. 

Sedangkan, mungkin,  yang  kita ingat paling hanya beberapa saja lagu populernya. Terlebih sekarang ini trend anak jaman now nyatanya lebih menyukai lagu-lagu Taylor Swift misalnya dibandingkan lagu karya anak bangsa. 

Bisa dibayangkan kalau kelak karya-karya lagu Bang Mail sebagai contohnya akan terkubur dengan waktu. *sigh. 

pengunjung konser musik Millenial Marzukiana sebelum memasuki ruang konser (Dokpri)
pengunjung konser musik Millenial Marzukiana sebelum memasuki ruang konser (Dokpri)
Menyikapi fenomena trend kekinian ini Ananda Sukarlan tergerak untuk mengadakan konser musik yang mengangkat lagu Ismail Marzuki. Sebab itu, dalam agenda tahunan Jakarta New Year's Concert yang sudah berlangsung sejak tahun 2006 lalu, lelaki yang lama menetap di Spanyol ini mengangkat tema Millenial Marzukiana. 

Pada konser musik yang digelar 13 Januari 2019 silam, seperti biasa Ananda Sukarlan bertindak selaku musik director dan conductor. Dan untuk kali ini, terkait dengan tema yang diangkat, kembali Ananda melibatkan generasi muda berbakat Indonesia yaitu generasi millenial. 

Ini merupakan hal yang membanggakan karena dukungan dan kesempatan buat kelima pemusik terbaik Indonesia yang telah diakui di dunia internasional mendapat apresiasi tersendiri untuk bangsanya sendiri yakni Indonesia. 

Demikianpun di mata internasional. Lelaki yang namanya  masuk dalam buku "The 2000 Outstanding Musicians of the 20th Century" tentang 2000 orang yang berkontribusi terhadap musik dunia nyatanya memili keinginan untuk  memperkenalkan karya musisi  legenda Indonesia ke ranah musik internasional, spesial untuk yang belum  mengenal musik klasik di Indonesia. 

Minggu sore, di Ciputra Artpreneur Kuningan Jakarta, tampak hadir 12 Dubes dari negara-negara internasional. Diantaranya Dubes dari Rusia, Finlandia, Italia, Australia, Inggris, Peru, Jepang, Bangladesh, Kuba, Prancis, Korsel dan Uzbekistan. Ibu Retno Marsudi, Mentri Luar Negeri pun turut hadir sebagai tamu kehormatan. Semua tampak antusias menyaksikan satu demi satu rangkaian acara. 

Dimulai dengan cuplikan kisah dari Novel epik "Erstwhile" karya Rio Haminoto yang mengisahkan tentang kisah cinta selama 700 tahun saya yang duduk di balkon baris pertama langsung terhanyut pada irama nada yang dimainkan dan lantunan penyanyi seriosa. Setelah itu dilanjutkan dengan monolog yang dibawakan Handry Satriago, CEO dari General Electric (GE) Indonesia. 

Dari kursi rodanya, mas Handry mengisahkan legenda dari Minangkabau "Malin Kundang" dengan iringan lagu Gelang Sipatu Gelang yang pada awalnya terdengar ceria semakin lama berubah menjadi sedih. Iringan gesekan biola dan suara mas Handri yang terdengar lirih meratap terasa begitu menyayat hati. 

Seolah mengungkapkan jeritan ibu si Malin Kundang yang tak mau mengakui ibunya. Ahhh... Saya terpukau menyaksikan kolaborasi apik ini. 

Berikutnya yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Kehadiran lima musisi terbaik yang lahir dari generasi milenial, yakni Jessica Sudarta, Finna Kurniawati, Anthony Hartono, Mariska Setiawan dan Aryo Widhawan satu demi satu tampil ke atas panggung. 

Mereka membawakan Lagu Selendang Sutera, Melati di Tapal Batas, Gugur Bunga, Halo-halo Bandung, Indonesia Pusaka  dengan alat musik andalannya. 

Dokpri
Dokpri
Tidak terasa, sejak konser dimulai  pukul 16.00 WIB sayapun baru tersadar kalau konser telah berakhir ketika waktu menunjukkan hampir pukul 19.00 WIB. 

Terimakasih banyak Mas Ananda. Peranmu sangat luar biasa dalam memperkaya khazanah musik Indonesia di kancah Internasional. Terimakasih juga untuk Kaya.id yang telah menjadi sponsor resmi konser musik Jakarta New Year's Concert 2019 ini. 

Sehingga baik saya dan teman-teman juga 100 orang penyandang disabilitas dari berbagai komunitas seperti bisu, tuli dan down syndrome dapat berkesempatan menikmati konser amal ini.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun