Mohon tunggu...
Diah Trisnamayanti
Diah Trisnamayanti Mohon Tunggu... Guru - Pengajar, Ibu rumah tangga, Penulis

I had worked as a teacher at about 23 years. I teach Majoring English in SMK MedikaCom Bandung. Sometime I write in my blog, Facebook, Twitter, Linked, Instagram or Wattpad. I write actually in my spare time after teaching my class. I just wanna to try my positive behavior in order that my students will rise them up more better than me. If I had a lot of trouble to giving lesson, I just send my difficulty to Allah S.W.T.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sandal Jepit Biru

18 April 2024   09:04 Diperbarui: 18 April 2024   09:18 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

oleh Diah Trisnamayanti

Allahu akbar... Allahu akbar.. laillahaillahu allahu akbar.... lantunan takbir bergema dari masjid di seberang kampung. Mirna mengikuti takbir sambil menyiapkan nasi dan lauk untuk merayakan hari kemenangan besok pagi. Dia memadankan baju terbaik agar bisa bertemu dengan Allah dalam shalat Idul fitri esok hari.

 "Allahu akbar... Allahu akbar.. laillahaillahu allahu akbar...." gumam Mirna. Kemudian masuk ke kamar Dinda putrinya.

"Dinda, Kamu mau pakai baju apa besok?" tanya Mirna. Dengan tersenyum Dinda menjawab

"Baju Coklat dari Bude Irma, bu"

"Kamu sudah makan belum?"

"Ibu gimana, kan tadi barengan makan sayur tumis kangkung dengan perkedel tempe sama Ibu"

"Oh Iya"

"kalau kamu masih laper, ibu siapin goreng ayam di lemari makan ya nak. Besok kita shalat jam 06.00 di lapang dusun kemiri wetan" jelas Mirna pada anaknya, yang dibalas dengan anggukan dan senyuman, lalu dia menuju ruang tengah kembali dan melihat suaminya sedang makan.

"Pak, ayam opornya untuk besok ya."

"lah.. udah aku makan bu"

"ya... sudah. Besok bapak cari koran bekas kan banyak ditumpuk habis shalat Idul fitri. Lumayan buat beli beras. Okeh..."

"ibu aja lah, mosok... bapak? Yang pake koran-koran biasane yo barisan ibu-ibu. Bapak kan barisanne... di depan meh dapet pahala segede Onta"

"huueehh.. bapak. Mikir ne ko.. yo... pahala2 terus to. Sing iklas pak ne.. , jenengan ambil koran kanggo beli beras yo pahala juga to pak ne" ceramah Mirna ke suaminya. Dibalas dengan senyuman saja oleh suaminya. Mirna pun menekukkan wajahnya yang diusap oleh suaminya sambil terus membuat jogetan ala tiktok yang lucu.

Mirna terdiam sesaat, dan mengingat ketika kemarin dia bilang tidak punya sandal jepit untuk shalat Idul Fitri. Suaminya hanya tersenyum sambil mengatakan dengan santai, " ya udah ga usah salat Idul Fitri aja." Lalu pamit pergi.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Mirna tak mengindahkan perkataan suaminya. Dia mempersiapkan idul fitri tahun ini dengan hanya nasi dan lauk seadanya. Dia tidak perduli jika besok dia gunakan sandal jepit yang dijepit peniti di bawah telapak sandalnya karena karet sandalnya sudah sangat aus dimakan  waktu. Mereka hanya punya 2 sandal jepit di rumah. Sandal jepit hitam digunakan anaknya kemanapun dia pergi. Sementara sandal jepit aus ini dipakai oleh dia dan suami jika akan berjualan.  

 Masih terdengar sayup-sayup takbir  dari masjid jami di sekitar rumah Mirna. Mirna pun mengikuti sambil tidur di karpet palembang dan memirsa acara sinetron kesukaannya.  Tak lama berselang, dia sudah tertidur. Udara dingin malam membuatnya terbangun. Dia ambil air wudhu untuk salat lail. Sambil mengenakan kain dan mukena, Mirna teringat suaminya tadi keluar dan dia melihat sandal jepit baru di samping meja makan mereka. Mirna tersenyum dan mengucap Alhamdulillah. Lalu dia lanjut dengan salat lailnya yang tertunda.

Dinda telah menghangatkan sayur opor yang dibuat ibunya kemarin di shubuh itu dan sudah menanak nasi setelah bapaknya membawa beras dan sandal jepit biru untuk ibunya sepulang mengojek semalam. Sementara ibunya tidur kelelahan di karpet palembang yang telah 15 tahun menemani mereka. Dia sendiri yang membukakan pintu untuk bapaknya dan mengambil beras dan sandal untuk disimpan, dia juga yang memasakkan nasi agar besok tidak terburu-buru.

"Ibu, bapak salat subuh." Panggil Dinda di depan kamar ibu dan Bapaknya.

"Alhamdulillahiladzi ba'dama amatana wa ilaihi nusuur" do'a  Mirna dibangunkan putrinya.

"Iya nak."  Bapak Dinda menyahut memberitahukan mereka sudah mendengar.

"Kamu sudah mandi toh cah ayu?" Mirna menanyakan pada Dinda dengan lembut.

"Sudah bu."

"Alhamdulillah, ibu sekarang yang mandi ya. Nasi dan lauk sudah dihangatkan nak? Kamu bangun jam berapa sayang?" cerocosnya.

"Sudah, Ibu tinggal mandi aja. Semua alhamdulillah sudah Dinda siapkan bu, pak"

Mirna pun mandi dan memakan sedikit dari apa yang sudah disiapkan anaknya, begitu juga dengan Dinda dan bapaknya. Mereka telah bersiap ke lapangan pukul 05.24. dengan membawa sajadah lusuh, koran mukena yang berwarna pudar mereka berjalan. Mirna dengan bangga memperlihatkan sandal jepit biru barunya ketika para penduduk lain berpakaian yang luarbiasa baru dengan berbagai model yang dipadankan dengan sepatu atau selopnya, Mirna, suami dan anaknya cukup berbangga hati dengan apa yang mereka pakai.  Mereka bersyukur karena masih bisa menjalani puasa dan hari raya dengan penuh keindahan dan ketenangan.

Mirna menangis ketika Imam membacakan surat Al A'la. Allah sebaik-baik tempat kembali, Mirna tersentuh mendengarnya dan berbahagia Allah mengingatkan dia dan keluarganya untuk menikmati setiap rezeki yang diberikan Allah kepada mereka. Dia berharap dia dan keluarga bertemu kembali di Ramadhan tahun depan. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun