Mohon tunggu...
Diah Trisnamayanti
Diah Trisnamayanti Mohon Tunggu... Guru - Pengajar, Ibu rumah tangga, Penulis

I had worked as a teacher at about 23 years. I teach Majoring English in SMK MedikaCom Bandung. Sometime I write in my blog, Facebook, Twitter, Linked, Instagram or Wattpad. I write actually in my spare time after teaching my class. I just wanna to try my positive behavior in order that my students will rise them up more better than me. If I had a lot of trouble to giving lesson, I just send my difficulty to Allah S.W.T.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Celotehan Warga tentang Kenaikan Harga Elpiji di Negeri Dongeng

4 Januari 2022   18:50 Diperbarui: 4 Januari 2022   20:15 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pribadi. gas yang dijual di warung sembako 

Oleh Diah Trisnamayanti

Sepertinya belum habis berita terkait kenaikan elpiji nonsubsidi di bulan kemarin, berlajut hingga bulan ini. Dampaknya awal tahun 2022 yang baru menapak 4 hari setelah pergantian tahun Masehi, banyak industri rumahan mematok harga dagangannya lebih tinggi. 

Suara ini muncul karena tiap Sabtu pagi sampai dengan siang, di negeri dongeng muncul pasar kaget. Pedagangnya adalah pedagang dari industri rumahan (UMKM).

Ibu-ibu pedagang kecil itu kadang mampir di warung dekat rumah. Berita gas naik menyebar dari sana juga. Ya, biasa. Dari tahun ke tahun seperti itu. "Harga gas nonsubsidi sudah naik sebelum masuk bulan Desember." Begitu celotehan awal terungkap. Kenaikan yang dilansir sebuah media, jelas menyebarkan asumsi "jelang hari raya pasti naik"

Pilihan ibu rumah tangga, "gas" pasti dibeli! Pemakaian yang semula tiap hari, mungkin harus diirit sesuai kebutuhan saja. Artinya kalau harus membuat sajian makanan untuk keluarga, ya hitungannya memasak makanan yang bisa bertahan 3 hari agar tidak terlalu banyak menggunakan gas elpiji. Sampai kepikiran hal seperti ini loh! Warga negeri dongeng hehehe.

Diskusi tentang hal itu di negeri dongeng, wajar jika pemerintah menaikkan harga elpiji. Ada yang membantu warga memahami mengapa elpiji nonsubsidi harus naik tiba-tiba. Menurutnya wajar karena parameter harga bukan hanya bicara hal dalam negeri tetapi luar negeri menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan ini. Pemerintah mungkin punya dilema tersendiri yang tidak diketahui rakyat.

Tapi bicara soal kenaikan harga elpiji, posisi sebagai istri yang mengurus bayaran ini dan itu. Lumayan buat pusing juga. Kadang beneran bobol dompet bulanan. Harus pinjam sana-sini jika pada bulan hari raya semua naik secara mendadak, sementara gaji tidak naik bulan itu artinya ya sama seperti bulan-bulan yang bukan hari raya. Pokoknya benar-benar ikat pinggang sekencang-kencangnya sampai ciut. Gimana rakyat yang tidak punya gaji ya? Pikiran nakal  melayang-layang, semoga tergantikan di bulan berikutnya. Ketemu struk gajian bulan baru, sama saja. Coba mencubit diri sendiri, siapa tahu masih bermimpi. 

"Maunya sih, tidak ada kenaikan. Harapannya kalau pun harus naik, tidak harus semua naik; bahan pokok naik, gas naik, minyak goreng naik, cabe timun naik juga. Sementara yang tidak naik "Garam" dan "terasi"saja" coleteh seorang warga pada kawannya.

"Haruskah makan hanya pakai Garam, nasi dan terasi? Seperti yang dirasakan masa muda ibu saya di tahun 1950an. Serasa miskin mendadak. Ga! Tidak seperti itu juga. Ya disikapi dengan manis saja seperti biasa dan anggap seperti tidak terjadi apa-apa. Mau protes, bukannya ada solusi malah bisa viral tingkat dewa. Yang untung ya yang ada di balik ini semua. Bisa beli, ya dibeli. Tidak mampu beli ya sudah pakai listrik masaknya. Sustainable bahasa kerennya. Rakyat Indonesia memang rakyat yang sutainable tingkat keren" celotehan warga lain menenangkan.

Kalau Listrik ikutan naik. Anggap saja, kita sedang berada di dunia dongeng. Sebentar lagi terbangun dari mimpi dan walahhh semua kembali seperti semula. Tak berbebani dan mampu kontrol diri. Lah kan kita hidup di negeri dongeng. Ya begitulah yang terjadi anggap saja semua hanya cerita belaka. 

Fenomena naiknya harga elpiji sudah bukan barang baru ketika menjelang hari Raya apapun. Trend yang aneh saja. Kenapa menaikan harga di saat hari raya seperti ini harus dipertahankan? Apakah trik berbisnis harus seperti itu? 

Kalau ada mafia yang bekerja dibalik ini semua, memang sungguh aneh negeri dongeng ini. Setingkat Menteri dalam pemerintahan itu saja tidak bisa berantas mafia tengik yang buat rakyat melarat, apalagi rakyat yang tidak punya kekebalan hukum dan akses mencari dalangnya. Garing buat dikunyah.  

Sebagai rakyat yang mempercayakan pengaturan seluruh sumber alam kepada pemerintah untuk dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan rakyat, saya heran mengapa hal ini tidak pernah tuntas ya.

Idealnya pemangku kebijakan yang menjadi pengatur rakyat bisa mengelola pembagian kesejahteraan lebih merata. Tapi ini dunia, perputaran antara gelap dan terang mengundang rakyat untuk lebih mengerti keputusan orang yang digaji dengan uang rakyat. Sekali lagi rakyat memang harus banyak mengerti dibanding pemangku negeri dongeng ini.

Yah sekali lagi, namanya juga negeri dongeng! Jadi santuy saja. Jangan marah ya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun