Mohon tunggu...
Sulis
Sulis Mohon Tunggu... Forest and Species Campaigner -

Bekerja untuk kelestarian hutan dan mahluk yang tinggal di dalamnya. Semua mahluk berhak untuk hidup dan mendapat "rumah" yang layak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cokelat Kerafat, Asal Tanah Papua yang Go Internasional

4 Desember 2015   22:11 Diperbarui: 4 Desember 2015   22:38 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Coklat Papua"][/caption]Jangan ngaku penggemar cokelat kalau kamu tak tahu cokelat yang satu ini. Yak cokelat kerafat, asal tanah Papua. Cokelat ini kerap juga disebut cokelat Belanda, lantaran dikembangkan pada Jaman Pemeritahan Belanda. Nama kerafat diambil dari salah satu dari empat varietas kakao jenis unggul yang dibawa dari Papua New Guinea pada tahun 1950 lalu untuk dikembangkan di Papua-Indonesia.

Cokelat bermerek “Original Beans” ini diproduksi oleh perusahaan yang beralamat di Nederland dengan nama perusahaan Original Beans. Khusus untuk cokelat asal Papua, Original Beans meraciknya dengan komposisi 68 persen cokelat, dan 32 persen adalah campuran lainnya. Selain itu, Original Beans juga menjalankan prinsip, one bar one tree, alias satu bungkus cokelat yang kamu beli, akan didonasikan satu bibit pohon yang akan ditanam di kawasan konservasi di seluruh dunia, salah satunya adalah Taman Nasional Virunga yang ada di Congo, Afrika Timur. Kamu bisa cek dimana pohon yang akan ditanam melalui Ktracking kode yang tertera disetiap bungkusnya.  

Memakan coklat ini tak perlu khawatir merusak lingkungan karena sampah, sebab kertas yang digunakan untuk membuat bungkusnya diambil dari hutan yang dikelola secara baik, dan alumunium foil dalamnya juga dibuat dari bahan yang bisa terdegradasi.

Tak hanya dari Papua, perusahaan yang didirikan oleh Philip Kaufmann ini juga mengambil biji cokelat dari Negara Congo, Afrika Timur yang merupakan habitat Gorilla dan Bonobo, demi menyelamatkan dua spesies ini dengan memberdayakan masyarakat di sekitarnya. Seperti kita ketahui, Papua merupakan wilayah yang palling kaya keanakeragaman hayatinya di Indonesia, namun masyarakat sekitarnya masih perlu pendampingan untuk mengembangkan potensi daerahnya, contohnya seperti cokelat ini. Sehingga masyarakat Papua tidak lagi menjadi tamu di negeri sendiri.

Di Papua, cokelat ini dikembangkan di beberapa kampung salah satunya di Kampung Sabeyab Besar, Distrik Kemtuk, Kabupaten Jayapura, bersama kelompok tani  Srukumani.  Kelompok tani Srukumani telah mendapat binaan dari WWF sejak tahun 2012. Kegiatan pendampingan untuk peningkatan kapasitas petani dan peningkatan kualitas biji kakao juga dilakukan WWF Indonesia dengan sepenuh hati. Bahkan, saat ini WWF dalam proses untuk membantu kelompok masyarakat ini mendapatkan sertifikasi organik. Yang pasti kakao ini merupakan budidaya yang berkelanjutan dan melibatkan peran aktif kaum perempuan. Pohon kakao dibudidayakan di dalam kawasan hutan masyarakat adat dengan cara alami tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida. 
 
Dari segi ekonomi, harga jual biji kakao kering juga lebih mahal dibandingkan dengan harga biji kakao varietas lain. Kakao Belanda memang memiliki berbagai macam keunggulan baik dari segi ukuran, rasa dan juga ketahanan terhadap bibit dan hama penyakit. Penasaran? Ingin menyaksikan lebih lanjut bagaimana masyarakat Papua ini memanen pohon cokelat, saksikan liputannya di KompasTV melalui tautan berikut ini https://www.youtube.com/watch?v=b6iTfRBHSYw&feature=youtu.be 

*Artikel ini dimuat di website WWF Indonesia: http://www.wwf.or.id/?43966/Cokelat-Kerafat-Asal-Tanah-Papua-yang-Go-Internasional

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun