Mohon tunggu...
Diah Sintya girsang
Diah Sintya girsang Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - mahasiswa UAJY

Diah sintia 200907446 Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mempelajari Perkembangan Film Komedi dari Masa ke Masa

15 September 2022   22:54 Diperbarui: 16 September 2022   06:54 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film terkait 3 sejoli dalam serial drama komedi  berjudul " CHIPS" (1982) dengan film yang berjudul "Gila Lu Ndro!" (2018) beserta pemain yang terlibat yakni Kasino, Dono, dan Indro adalah anggota kelompok pelayanan masalah sosial CHIPS (Cara Hebat Ikut Penanggulangan Masalah Sosial) dipimpin seorang boss, Oom Junet. 

Menurut Asri R (2020) Film merupakan sarana komunikasi yang bersifat audio visual untuk mengungkapkan kepada sekelompok orang dalam tempat tertentu. 

Film juga menjadi media pembelajaran tidak hanya sebagai sarana hiburan bagi penonton, namun film juga menyampaikan pesan langsung melalui lakon,dialog hingga gambar ( Asri R, 2020) .

Umumnya gendre atau aliran film dimulai oleh produk teater karena berupa narasi cerita. Tiga genre terbesar adalah drama, laga (action) dan horor. Lalu muncul tiga genre utama yang  berkembang menjadi banyak sub-genre (Astuti,2022,h.23) 

Steve Neale ( Astuti,2022,h.23) mendefinisikan bahwa gendre sebagai kode serta kesepakatan,gendre dicirikan selalu ada pengulangan namun terdapat juga perbedaan.

" CHIPS"  (1982) 

 Kisah 3 sejoli yang bergabung dalam anggota kelompok pelayanan masalah sosial. Cara Hebat Ikut Penanggulangan Masalah Sosial atau disingkat dengan ( CHIPS).  3 sejoli yakni Dono,Kasino dan Indro beserta ketua bernama boss Junet. Namun ternyata sudah menjadi rutinitas 3 sejoli ini mendapatkan kesialan selama bertugas. 

Kemudian terdapat dua anggota baru yakni Lita dan seorang wadam. Ternyata om Junet ternyata diam-diam merupakan laki-laki hidung belang. Namun ternyata niat busuk hanya diketahui oleh Kasino, karena Kasino pernah ketahuan melihat bossnya melakukan tindakan penyelewengan. Dengan begitu, organisasi CHIPS semakin bertambah kacau,akhirnya dibubarkan. 

Lalu 3 sejoli ini menjadi pengangguran Dono,Kasino dan Indro berkunjung ke rumah Lita merayakan ulang tahunnya. Ternyata ulang tahun itu hanya omong kosong. Namun Lita merayakan pernikahan dengan om Junet.

" Gila Lu Ndro! " (2018)

Kisah seorang alien yang diperankan oleh Indro sebagai Al yang merasa tidak nyaman berada di planet,Al pergi ke bumi untuk mencari suasana baru. Lalu Al bertemu dengan Indro dan Indro mengajak Al keliling Jakarta. Niat Al pergi ke bumi untuk merasakan kenyamanan ternyata berada di bumi lebih buruk dibandingkan planetnya.

imdb.com
imdb.com

Paradigma 

Menurut Harmon ( dalam Astuti,2022,h.17) mengungkapkan bahwa paradigma merupakan alat mendasar dalam mempersepsikan,menilai,berpikir serta membuat keterkaitan dengan sesuatu secara khusus mengenai realitas. 

 Fungsi paradigma dalam film yakni menurut (Astuti,2022,h.20) meliputi : 

  1. Melihat pesan yang disampaikan dalam film

  2. Merumuskan fokus pada film

  3. Mengetahui aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan film.

Dalam kedua film ini termasuk ke dalam fungsi fungsionalisme karena sistem yang terdiri atas bagian yang saling berkaitan (agama,pendidikan,struktur, keluarga hingga politik). 

Paradigma ini mempercayai bahwa masyarakat mampu berubah secara evolusioner dan harus menegakkan keadilan. Selain itu paradigma pada film "CHIPS" dan " Gila Lu Ndro!"  mengandung paradigma fenomenologi yang menjelaskan fenomena perilaku manusia yang dialami secara sadar. Mempelajari manusia sebagai fenomena (Astuti,2022). 

Terlihat jelas pada film "Gila Lu Ndro!" (2018) yang diangkat berdasarkan kisah nyata / realitas sosial masyarakat. Karya Herwin Novianto ini, menggunakan bahasa satire dalam menyampaikan kritiknya perihal permasalahan sosial yang kerap kali terjadi.

 Kritik sosial fenomena yang relevan terjadi di negara Indonesia yang diungkapkan secara lugas dalam bahasa satire, kedua film membahas terkait kritik keadaan sosial,aparat negara bahkan pemerintah dan dikemas dengan komedi berupa celotehan yang cerdas sebagai subgendre dalam kedua film.  

Perbedaan film "CHIPS" (1982) dibandingkan film "Gila Lu Ndro!" (2018) 

Dari sisi editing yang dibuat lucu dan memunculkan animasi terbaru dan kualitas cahaya atau film lebih jelas dibandingkan film "CHIPS" . Penulisan naskah maupun akting dari setiap aktor terlihat berbeda, aktor zaman dulu lebih kaku sedangkan aktor pada film "Gila Lu Ndro!" Lebih luwes.  Alur film " Gila Lu Ndro! " Menarik berupa sindiran peduli lingkungan serta tagline "Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang" sebagai bentuk sindiran terhadap keadaan sosial saat itu, dibandingkan "CHIPS" yang monoton. 

referensi : 

Astuti, R. A. V. N. P. (2022). Buku Ajar Filmologi: Kajian Film. Yogyakarta: UNY Press.

Asri, R. (2020). Membaca film sebagai sebuah teks: analisis isi film “nanti kita cerita tentang hari ini (nkcthi)”. Jurnal Al Azhar Indonesia Seri Ilmu Sosial, 1(2), 74-86. 

SEPRIWIANTI, L., Lionardo, A., & Murti, K. (2021). KOMEDI SATIRE PADA FILM WARKOP DKI: PERBANDINGAN PADA FILM WARKOP CHIPS 1982 DENGAN FILM GILA LU NDRO 2018 (Doctoral dissertation, Sriwijaya University). 

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun