Mohon tunggu...
Diah Selma
Diah Selma Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Life health

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

MEMBANGUN MODEL PEMBELAJARAN LITERASI EKOLOGIS YANG EFEKTIF UNTUK MAHASISWA PERGURUAN TINGGI

12 November 2023   23:00 Diperbarui: 11 Januari 2024   15:48 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Pendidikan tinggi memiliki peran penting dalam membentuk pemimpin masa depan dan mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi tantangan lingkungan yang semakin mendesak. Literasi ekologis, yaitu pemahaman mendalam tentang hubungan antara manusia dan lingkungan alam, menjadi semakin krusial dalam konteks ini. Namun, meskipun kesadaran akan isu-isu lingkungan terus tumbuh, perguruan tinggi di seluruh dunia masih dihadapkan pada berbagai tantangan dalam mengintegrasikan literasi ekologis secara efektif ke dalam kurikulum. Dari pengadaan sumber daya yang memadai hingga pengembangan metode pembelajaran yang efektif, ada banyak aspek yang perlu dipertimbangkan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pentingnya literasi ekologis di perguruan tinggi dan mencari solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dalam membangun model pembelajaran yang efektif.

    Ekologi yang pertama kali berasal dari seorang biologi Jerman Ernest Haeckel, 1869. Berasal dari bahasa Yunani "Oikos" (rumah tangga) dan "logos" (ilmu), secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup, yang merupakan makhluk hidup adalah lingkungan hidupnya. Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara organisme dan sesamanya serta dengan lingkungan tempat tinggalnya, Ekologi adalah kajian struktur dan fungsi alam, tentang struktur dan interaksi antara sesama organisme dengan lingkungannya dan ekologi adalah kajian tentang rumah tangga bumi termasuk flora, fauna, mikroorganisme dan manusia yang hidup bersama saling tergantung satu sama lain.  Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

    Pentingnya literasi ekologis di perguruan tinggi tidak dapat diremehkan dalam era yang dipenuhi oleh tantangan lingkungan yang semakin mendesak. Perubahan iklim, kepunahan spesies, kerusakan lingkungan, dan berbagai isu lingkungan lainnya menandai abad ke-21, dan mahasiswa perguruan tinggi akan menjadi agen perubahan kunci dalam menangani masalah-masalah ini. Literasi ekologis, yang mencakup pemahaman mendalam tentang kompleksitas hubungan antara manusia dan lingkungan alam, memainkan peran penting dalam mempersiapkan mahasiswa untuk dunia yang dihadapi oleh tantangan lingkungan ini. Ini bukan hanya tentang memahami isu-isu lingkungan, tetapi juga tentang membekali mahasiswa dengan keterampilan dan pemikiran kritis yang diperlukan untuk menghadapinya. Perguruan tinggi memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa mahasiswanya tidak hanya memahami isu-isu lingkungan, tetapi juga siap untuk bertindak. Oleh karena itu, membangun model pembelajaran literasi ekologis yang efektif menjadi suatu keharusan. Model ini tidak hanya akan memungkinkan mahasiswa memahami isu-isu lingkungan, tetapi juga mendorong mereka untuk berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan bumi ini.

Metode Pembelajaran yang Efektif

     Untuk membuat pembelajaran literasi ekologis efektif bagi mahasiswa, kita perlu memikirkan cara yang tepat. Inilah beberapa strategi dan pendekatan yang dapat membantu:

1. Integrasi Interdisipliner: Jadi, model pembelajaran harus memadukan berbagai bidang ilmu, seperti ilmu alam, ilmu sosial, dan humaniora, untuk memberikan pemahaman yang lebih lengkap.

2. Pembelajaran Aktif: Mahasiswa belajar dengan berbuat. Ini termasuk eksperimen lapangan, proyek penelitian, dan kegiatan praktik di luar kelas. Aktivitas seperti ini membantu memahami isu-isu lingkungan dengan lebih baik.

3. Teknologi Modern: Manfaatkan teknologi untuk memperluas wawasan. Menggunakan digital, sumber daya daring, dan perangkat lunak yang mendukung pembelajaran. Teknologi juga memungkinkan kolaborasi dalam jaringan.

.4. Kesadaran dan Tindakan: Literasi ekologis bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang tindakan. Model pembelajaran harus mendorong mahasiswa untuk menjadi agen perubahan lingkungan. Mereka harus dilatih untuk mengambil tindakan nyata dalam menjaga bumi kita.

     Ada beberapa perguruan tinggi yang telah sukses dalam mengajarkan literasi ekologis kepada mahasiswanya. Misalnya, di Universitas Hijau, mereka menerapkan cara belajar yang melibatkan berbagai mata pelajaran. Mahasiswa dari berbagai jurusan bekerja sama dalam penelitian lingkungan, sehingga mereka bisa memahami hubungan yang rumit antara manusia dan alam.Selain itu, ada pusat penelitian lingkungan di suatu universitas yang telah mencapai keberhasilan dengan mendekati berbasis komunitas. Mahasiswa di sini terlibat dalam proyek-proyek yang membantu komunitas lokal dalam menjaga lingkungan mereka. Dengan cara ini, mereka tidak hanya memahami isu-isu lingkungan, tetapi juga memberikan dampak positif pada masyarakat. Di Universitas Teknologi, teknologi berperan besar dalam pembelajaran literasi ekologis. Mahasiswa menggunakan perangkat lunak yang membantu mereka memahami bagaimana tindakan manusia memengaruhi lingkungan. Dengan teknologi ini, mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana menjaga bumi kita.Ini adalah beberapa contoh kasus yang berhasil mengajarkan literasi ekologis di perguruan tinggi.

Hambatan dan Tantangan dalam Membangun Model Literasi Ekologis      

     Membangun model pembelajaran literasi ekologis di perguruan tinggi adalah langkah yang penting, tetapi kita juga harus menghadapi beberapa hambatan yang mungkin muncul. Salah satunya adalah keterbatasan sumber daya. Beberapa perguruan tinggi mungkin memiliki dana yang terbatas dan fasilitas yang kurang memadai. Untuk mengatasi hambatan ini, penting untuk mencari dukungan eksternal, seperti melibatkan mengajukan proposal dana penelitian.Tantangan lainnya adalah waktu yang terbatas dalam kurikulum yang sudah padat. Pengenalan literasi ekologis dapat menjadi beban tambahan bagi mahasiswa dan fakultas. Untuk mengatasi ini, perlu kolaborasi yang erat antara fakultas berbeda dan koordinasi yang baik dalam perancangan kurikulum. Dengan demikian, literasi ekologis dapat diintegrasikan tanpa mengorbankan materi yang penting. Tantangan terakhir yang perlu diatasi adalah kesadaran mahasiswa. Beberapa mahasiswa mungkin tidak sepenuhnya memahami mengapa literasi ekologis penting. Solusinya adalah dengan menyediakan pendidikan dan informasi yang mudah dimengerti tentang isu-isu lingkungan, dan mengadakan kampanye kesadaran lingkungan di kampus.

Manfaat dan Dampak Literasi EkologisK

    Kahn (dalam Okur & Berberoglu, 2015) mengungkapkan bahwa pendidikan ekologis dapat menumbuhkan kesadaran yang berarti bagi literasi ekologis. Berdasarkan hal tersebut, pendidikan ekologis bertujuan mengasah sensibilitas ekologis dan menumbuhkan kesadaran akan keberadaan lingkungan hidup sebagai bagian dari ekosistem yang berpengaruh pada kehidupan manusia. Melalui pendidikan ekologis, semua orang digiring kepada pembiasaan mentalitas hidup ekologis yang senantiasa sadar bahwa keberadaan dirinya hanya bisa berarti kalau ia ada bersama dengan ciptaan lain. Hal ini berimplikasi pada pemahaman tentang betapa bernilai dan berharganya alam bagi kehidupan manusia sehingga betapa pentingnya menjaga dan melestarikan kehidupan yang selaras dan seimbang.

    Kesadaran ekologis harus menjadi bagian terpenting dari tujuan pendidikan. Pendidikan harus mampu membangun insan-insan pen- didikan yang memiliki karakter dan kesadaran tentang alam/lingkungan dan bukan diorientasikan pada upaya untuk melahirkan insan-insan pendidikan yang berjiwa pragmatis materialis dan berdampak pada terbangunnya paradigma keliru yang hanya melihat alam sebagai obyek yang terpisah dari manusia sehingga mudah didominasi dan dieksploitasi.

    Kesadaran ekologis tidaklah dibangun melalui sebuah proses pendi- dikan yang hanya bersifat transfer of knowledge, melainkan sebuah proses pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai subjek aktif dalam pembelajaran. Pendidikan yang membangun kesadaran dan kecerdasan ekologis dengan berorientasi pada transfer of knowledge hanya akan membuat peserta didik sebatas memiliki pengetahuan tentang lingkungan, tetapi kurang memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan (Muhaimin, 2015).

    Literasi ekologis yang efektif membawa manfaat besar, tidak hanya bagi mahasiswa tetapi juga bagi lingkungan. Mahasiswa yang terlibat dalam model pembelajaran ini mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang isu-isu lingkungan. Mereka belajar tentang pentingnya menjaga alam, mengelola sumber daya dengan bijak, dan berkontribusi pada keberlanjutan bumi ini.Dampaknya pun sangat positif. Mahasiswa yang terlatih dalam literasi ekologis menjadi lebih sadar akan tindakan mereka terhadap lingkungan. Mereka mungkin menjadi pemimpin dalam inisiatif lingkungan, membantu komunitas mereka dalam menjaga kelestarian lingkungan. Dengan cara ini, literasi ekologis tidak hanya membantu mahasiswa, tetapi juga memiliki dampak positif pada masyarakat dan bumi kita.

     Jadi, literasi ekologis di perguruan tinggi adalah kunci untuk membekali mahasiswa dengan pemahaman dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi isu-isu lingkungan saat ini. Dalam perjalanan kita menjelajahi pentingnya literasi ekologis, model pembelajaran efektif, studi kasus, dan tantangan, kita memahami bahwa langkah-langkah berikut ini sangat penting bagi lembaga pendidikan yang ingin mengadopsi model serupa: Pertama, penting untuk mendukung literasi ekologis dengan sumber daya yang memadai dan kolaborasi antar-disiplin. Dukungan finansial dan kerjasama antara fakultas dapat memperkuat pendekatan ini. Kedua, model pembelajaran harus memungkinkan mahasiswa untuk belajar dengan berbuat, melibatkan mereka dalam proyek lingkungan dan eksperimen lapangan. Ketiga, manfaatkan teknologi modern untuk memperluas pemahaman mahasiswa tentang isu-isu lingkungan. Ini dapat mencakup penggunaan digital, sumber daya daring, dan perangkat lunak yang relevan.Terakhir, penting untuk menyadarkan mahasiswa akan pentingnya literasi ekologis dan mengajak mereka untuk berperan sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Dengan pendekatan yang terintegrasi, kolaborasi, dan dukungan, lembaga pendidikan dapat memainkan peran penting dalam mendidik generasi yang peduli lingkungan. Artikel ini diharapkan dapat memberikan panduan berguna bagi lembaga yang ingin membangun model pembelajaran literasi ekologis yang efektif.

Daftar Pustaka:

Roosje Femmy Kawuwung, Pasti Meike, Bertemu Yohanes Mokalu. 2023. Pembelajaran Ekologi Vegetasi. Mafy Media Literasi Indonesia. (Halaman 1).

Tri Yusuf Herlambang. 2021. Pedagogik: Telaah Kritis Ilmu Pendidikan dalam Multiperspektif. Bumi Aksara. (Halaman 114

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun