Mohon tunggu...
Diah Sarithi
Diah Sarithi Mohon Tunggu... Lainnya - Man Jadda Wa Jada

Celoteh.literasi30

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Romantika Cinta Milik Kanaya

2 Desember 2024   15:47 Diperbarui: 2 Desember 2024   21:17 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada seorang wanita yang begitu dalam mengagumi seseorang di masa lalunya, selama 13 tahun lamanya dia menyimpan perasaan itu dengan apik di dalam hatinya. Tepat di hari Senin bulan Juni 2011. Saat sinar matahari pagi menyapa seluruh warga sekolah di lapangan yang sedang mengikuti upacara bendera. Tidak sengaja mata si wanita dan seseorang itu saling bertemu yang menimbulkan getaran pada hati si wanita itu untuk pertama kalinya. Dalam sebuah tatapan dua pasang mata yang saling beradu, Tuhan menghadirkan cinta di hati si wanita. Perasaan itu tumbuh menjelma cinta yang amat dalam di hatinya. Cinta yang bersemayam selama 12 tahun di dalam hati dengan gejolak rindu yang telah tertampung penuh untuk seseorang itu. Tiada kabar berita setelah perpisahan itu terjadi, semuanya terasa  sunyi senyap tanpa kata, terasa begitu sepi dan hampa. Hanya ada tatapan cinta yang masih melekat di hati wanita itu hingga saat ini.

Wanita itu bernama Kanaya, seorang wanita yang hanya menerima dan menjalani alur kehidupan dari Tuhannya. Dia selalu percaya bahwa takdir Tuhan itu Maha Pasti dan Maha Indah daripada segala harapan dan keinginan yang ingin dicapai dalam hidupnya. Sejak tahun 2022, dia mulai berdamai dengan perasaannya sendiri, menikmati setiap fase kehidupan dengan berjuta rasa yang datang menghampiri hatinya. Dia juga mengikuti setiap alur cerita yang Tuhan berikan tanpa ada keraguan sedikit pun. Wanita berusia 26 tahun itu, kini sedang belajar untuk mensyukuri nikmat dari Tuhannya dan menerima dengan lapang dada atas kejadian di masa lalu yang mengubah keadaannya saat ini sebagai seorang pengangguran. Takdir menuntunnya untuk belajar bersabar dan menjadi wanita yang tangguh dalam meniti karirnya. Sebuah karir yang telah terbentuk sejak kecil sebagai seorang guru untuk ikut andil dalam mencerdaskan anak negeri dan dia meyakini itu adalah panggilan jiwanya untuk mengabdi pada negeri ini. Namun kenyataannya, penyakit Tuberkulosis yang menimbulkan infeksi berkepanjangan pada paru-parunya telah merintangi jalannya untuk mencapai karir yang diharapkan dan penyakit itu juga hampir mengantarkan dia pada akhir kehidupan yang menyedihkan. Di fase belajar ini, dia berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya dan memperbaiki dirinya menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain. Melalui kisah kehidupan yang telah dialaminya, dia mengemas kisah itu ke dalam bentuk tulisan yang akan disalurkan ke dalam blog pribadinya. Dia berharap melalui tulisan itu, dia bisa memberi manfaat atau sekedar menghibur para pembaca yang singgah ke blog pribadinya. Sesederhana itu dia menjalani dan menerima hidupnya sekarang tanpa menggerutu kepada Tuhan atas keadaan yang menimpanya.

            Setelah setahun berlalu, atas nikmat Kehidupan dan limpahan KasihNya yang Maha Luas untuk Kanaya. Dengan segala ikhtiar yang dilakukan dan doa yang sering dipanjatkan demi menanti dan mendengarkan kata "Sembuh" terucap dari mulut dokter. Segala puji bagiNya, dalam penantian panjang dengan penuh harap kepada Tuhan Yang Maha Menyembuhkan. Pada hari Sabtu, dokter menyatakan kesembuhannya dan dia sangat bahagia mendengar pernyataan dokter tersebut. Keesokan harinya, dimana rotasi bumi kini berada di penghujung Oktober yang mengisyaratkan akhir tahun akan datang. Kanaya yang sedang duduk di meja belajarnya sambil memikirkan sesuatu, kini jemarinya sedang asyik menorehkan tinta pena di buku catatan kecil miliknya untuk mengungkapkan pemikirannya di atas kertas putih. Di buku itu tertulis target menulis cerpen untuk memberi jejak yang bermanfaat dalam melewati akhir tahun serta merancang proposal hidup yang baru sebagai langkah awal menjalani hidup yang baru dengan kepribadian, kebiasaan dan kegiatan-kegiatan yang baru di awal tahun. Fokusnya di penghujung tahun ini adalah berkarya melalui cerita-cerita fiksi yang bermakna untuk para pembaca di blognya.

            Di kala semburat jingga mulai menyapanya di depan teras, bersama laptop kesayangannya ditemani secangkir wedang jahe hangat, roti bakar selai serikaya buatan ibu dan suguhan pepohonan membentang hijau yang menyegarkan mata. Dalam diamnya yang sedang menikmati suasana sejuk di sore itu, hatinya dengan pelan menyebut sebuah nama yang dia kenal di masa lalunya. "Kenapa hatiku menyebut namanya?" Tanya Kanaya pada dirinya sendiri. "Aku rindu dia, Ya Allah. Hmm..." Ujar Kanaya lagi sambil menghela napas. Dia yang sudah merasa lelah dengan perasaannya, lelah dalam menahan rindunya sendiri dan menanti kehadirannya yang semu. Setelah beberapa saat, dengan tekad yang kuat sambil menatap layar laptop yang baru dihidupkannya. Dia memutuskan untuk menceritakan romantika cinta yang dialaminya di masa lalu tentang seseorang yang telah mengenalkan cinta dalam pandangan positif dan menginspirasinya dalam banyak hal. Sejenak dia merilekskan pikirannya sambil menyeruputi wedang jahe yang masih hangat dan menghirup aroma jahe yang khas dari hidungnya. Kemudian, dia menyandarkan tubuh mungilnya menuju sofa tua berwarna krim sambil berusaha mengajak memorinya menembus ruang waktu ke masa lalu untuk memutar kembali rekaman pada kenangan masa SMP.

            Selang lima menit kemudian, rekaman memorinya mulai memutar sepenggal kisah tentang sebuah nama seseorang yang disebutkan dari dalam hatinya. "Nando" nama yang masih sering muncul dalam hatinya yang menghadirkan rindu. Nando adalah kakak kelas Kanaya saat memasuki SMP. Takdir mempertemukan mereka di sekolah yang sama melalui tatapan mata yang terhitung beberapa detik saat mereka berkumpul di lapangan sekolah untuk melangsungkan kegiatan upacara bendera. Semenjak saat itu, Kanaya mulai merasakan euforia yang bergejolak dalam hatinya dan secara tiba-tiba dia menjadi seorang detektif yang handal. Setiap hari di sekolah, dia sering menyempatkan waktu untuk berada di sekitaran Nando, memandang dari kejauhan hanya untuk menilik kegiatan kesehariannya di lingkungan sekolah atau sekedar melewati kelasnya untuk melihat sekilas wajahnya yang sedang belajar. Dari kebiasaan barunya itu, dia sudah bisa mengenal dan mengetahui punggung Nando di tengah kerumunan siswa yang sedang menyerbu kantin saat waktu istirahat tiba. Informasi penting yang dia dapatkan sebagai detektif adalah Nando mempunyai seorang sahabat yang bernama Julius. Mereka adalah sahabat dekat, walaupun berbeda kelas. Mereka sering melakukan kegiatan bersama di luar kelas. Kanaya sedikit kaget dengan informasi yang dia dapatkan, pasalnya sahabat Nando itu adalah tetangga sekaligus guru matematikanya. Dari sana Kanaya mulai mendapatkan hipotesis bahwa Nando termasuk siswa yang cerdas.

Setelah satu semester berjalan, hipotesis Kanaya tentang Nando itu terbukti. Saat pengumuman perwakilan setiap kelas yang menjadi juara umum 1, 2, dan 3. Nando berhasil mendapatkan Juara Umum 3 dan Segala puji bagiNya dengan segala ikhtiar dan doa yang Kanaya lakukan ternyata membuahkan hasil yang sama dengan Nando. Dia berhasil mewakili kelasnya sebagai juara umum 3 dari seluruh kelas VII. Cinta yang hadir di dalam hati Kanaya telah menumbuhkan semangat dan motivasi Kanaya untuk menjadi bintang di kelasnya. Dia berusaha melakukan segala hal yang positif agar Nando tertarik padanya. Mulai dari berusaha aktif dalam kegiatan belajar di kelas, rajin membaca buku di perpustakaan, aktif mengikuti ekstrakurikuler Risma sekolah dan peduli dengan lingkungannya. Kanaya juga berusaha memperbaiki karakternya menjadi pribadi yang ceria, percaya diri dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Semua itu dia lakukan untuk menunjukkan sisi kelebihan yang dia miliki kepada Nando. Cinta memberikan kekuatan dan keberanian pada Kanaya untuk berusaha menjadi lebih baik dan berusaha menutupi kelemahannya di depan Nando. Cinta juga yang mendorong Kanaya untuk berani menghadapi ketakutannya saat harus melangkah maju untuk mewujudkan keinginannya. Ketakutan itu selalu menghantuinya saat berjalan, dia takut akan rasa sakit yang dia alami saat terjatuh. Rasa sakit yang dia sendiri belum mampu untuk memahami dan mengatasinya. Sampai akhirnya, ketakutan itu datang menghampirinya. Membuat harinya terasa kacau dan menyedihkan untuk dilalui saat itu dan beberapa hari ke depannya. Insiden itu terjadi sehari sebelum penerimaan rapot siswa semester genap. Saat bel berbunyi, menandakan waktu pulang sekolah. Kanaya tampak menunggu teman-temannya yang sedang berdesakan di pintu untuk keluar kelas. Setelah sebagian siswa keluar kelas, dia mulai melangkah menuju pintu. Dia melihat beberapa siswi kelas lain sedang bermain dengan teman sekelasnya sambil tertawa di teras kelas. Saat Kanaya melewati mereka yang sedang saling mengusili satu sama lain, salah satu siswi itu secara tidak sadar mendorong teman sekelas Kanaya dengan kuat. Sehingga temannya hilang keseimbangan dan terjatuh menimpa tubuh mungil Kanaya yang sedang berjalan. Dua detik kemudian terdengar bunyi brak ... Kanaya juga ikut terjatuh dengan keadaan berlutut sambil menahan rasa sakit. Suasana yang tadinya ricuh kini berubah hening.

"Nay, kamu nggak papa?" Tanya Suji teman sekelasnya merasa bersalah. Kanaya hanya terdiam, menahan air mata yang ingin jatuh saat merasakan sakit pada lututnya. "Aselah, kau Sri. Nangis Kanaya gara-gara kau!" Sahut Suji sambil membenarkan posisi duduknya. "Kok, Aku sih? Kan kau yang jatuh! Bantah Sri dengan nada sedikit tinggi. "Iyo, tapi kau yang dorong Aku nyampe jatoh! Laju kenai Kanaya" Sahut Suji lagi sambil menatap sinis. "Iya, maaf. Maaf ya Nay, Aku kebablasan!" Ujar Sri merasa bersalah.

Sesampainya di rumah, air mata yang tertahan saat masih di sekolah. Di depan Ibunya, dia menangis merintih kesakitan. Dia menangis sejadi-jadinya saat melihat lutut sebelah kirinya membengkak dan membesar sebesar batok kelapa. "Bu, lutut Kanaya bengkak. Sakit nian bu!" Ujar Kanaya sambil memegang lututnya yang masih berdenyut. "Sabar ya Nak, Ayo Ibu bantu ke kamar sambil ganti pakaian! Nanti kamu ceritakan ke Ibu kejadiannya ya" Pinta Ibu sambil memapah Kanaya masuk ke dalam kamarnya. Kanaya mengangguk pelan mengisyaratkan untuk menuruti permintaan Ibunya. Itulah letak kelemahan Kanaya yang belum diketahui Nando, kelemahan yang baru dia rasakan kehadirannya sejak duduk di kelas V SD. Dia baru mengetahui nama penyakit yang melekat pada fisiknya setelah dibawa ke praktik klinik dokter ortopedi, dia memiliki kelainan pada kedua sendi lututnya yang memungkinkan setiap kali terjatuh akan mengalami pendarahan yang ditandai pembengkakan pada lututnya.

Keesokan harinya, Kanaya memaksakan diri untuk masuk sekolah. Menurutnya hari itu moment yang penting baginya, hari pembagian rapot kenaikan kelas dan dia juga penasaran dengan hasil yang dituainya setelah berjuang selama satu semester untuk mempertahankan prestasi yang dia raih semester kemarin. Tepat pukul 08.00 WIB., tampak lapangan hijau nan luas dihiasi langit biru yang cerah dan ditemani sekumpulan siswa-siswi yang sedang berbaris menantikan pengumuman terkait bakal calon pemenang lomba Classmeeting dan bintang-bintang kelas di sekolah. Kini tiba saat yang dinantikan bagi sebagian siswa-siswi yang aktif dalam kegiatan belajar di kelas yaitu pengumuman perwakilan setiap kelas yang menjadi juara umum 1, 2, dan 3 dan juara umum sekolah. Pada semseter genap ini, hanya ada perwakilan kelas VII dan VIII yang akan bersaing memperebutkan juara umum. Hal itu disebabkan karena perjuangan siswa-siswi di kelas IX sudah berakhir dan mereka saat ini sedang di fase senggang dalam menanti  hasil UN keluar. Kanaya merasa sedih harus menerima kenyataan yang ada, dia harus berusaha sendiri melanjutkan perjuangannya di sekolah ini tanpa sosok Nando yang sering dilihatnya sebagai Moodbooster. Suara salah guru sebagai pemandu yang membacakan pengumuman juara umum mulai bergema memenuhi lapangan.

"Kita mulai dari kelas VII ya anak-anak!" Seru Pak Yarni sambil memberi senyum merekah. "Langsung saja, juara umum 3 diraih oleh kelas VII C atas nama Erika Septiyani!" Mendengar bukan namanya yang disebut, Kanaya merasa sedih sambil menundukkan kepalanya. "Selanjutnya, juara umum 2 diraih oleh kelas VII A atas nama Annisa Khairunnisa." Kanaya berusaha menutupi rasa sedihnya, dia melebarkan senyumnya dan bertepuk tangan untuk memeriahkan keberhasilan temannya. Dia juga terkejut dengan hasil pengumumannya, prestasi temannya menurun dan dia penasaran siapa yang menempati posisi juara umum 1. "Untuk juara umum 1 diraih oleh kelas VII D atas nama Kanaya Putri! Mohon yang disebutkan namanya silahkan maju ke depan!" Seru Pak Yarni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun