"Terima kasih, Nak" Sahut Nenek Sopiah sambil memperbaiki posisi duduknya untuk beramal kembali.
"Iya Nek, sama-sama. Semangat Nek ngamalnya! Usahakan fokus berzikir saja, jangan hiraukan yang lain." Ujarku sambil menepuk pelan pundak Nenek Sopiah.
       Selepas melaksanakan ibadah shalat subuh, kami berzikir bersama diawali kalimat Lailahaillallah yang diucapkan salah satu guru di barisan terdepan. Kami serentak mengikuti kalimat Lailahaillallah dengan khusyuk. Setelah rangkaian zikir dan doa dipanjatkan, guru menyeru untuk melakukan tafakur dengan posisi duduk bersimpuh kiri, punggung ditegakkan, kedua tangan di atas lutut, kepala sedikit ditundukkan, mata terpejam, telinga dipekakkan dan pandangan mengarah ke dua ruas di bawah susu kiri sambil berzikir dalam hati. Saat memejamkan mata dan menghidupkan kalimat zikir di dalam hati. Hati ini mengakui dan menyadari bahwa tadi pagi saat sedang mandi, aku menggunakan air secara berlebihan. Seketika aku berada di alam roh yang semula pandanganku gelap, semburat cahaya menuntunku untuk masuk ke lingkaran cahaya yang sangat terang. Aku yang mengingat kesalahan dan segala dosa yang telah dilakukan, segera memohon ampunan kepadaNya dengan bersujud. Ku rasakan tanganNya mengusap lembut kepalaku penuh kehangatan. Aku tidak merasakan panas sama sekali, hanya ada kehangatan yang sangat menenangkan. Setelah beberapa saat, roh ini kembali kepada jasad. Telinga ini perlahan mulai mendengar lantunan shalawat nabi dari para guru, kadam dan peserta suluk. Seketika isak tangis membasahi wajah ini tanpa henti atas segala perbuatan dosa yang telah dilakukan serta mensyukuri atas pertemuan singkat denganNya yang mengobati rasa rinduku padaNya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H