Mohon tunggu...
Diah Rahma Kirani
Diah Rahma Kirani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Program Studi Ilmu Komunikasi

Suka Belajar Banyak Hal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengembangkan Kecerdasan Finansial untuk Masa Depan yang Aman

7 Januari 2024   16:49 Diperbarui: 7 Januari 2024   18:20 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern saat ini, keadaan mengharuskan kita untuk dapat beradaptasi dalam mengikuti perkembangan zaman. Kita juga terjebak dalam tekanan untuk mengikuti tren, gaya hidup mewah, dan budaya konsumsi yang semakin merambah. Tidak bisa dipungkiri bahwa gaya hidup konsumtif telah menjadi aspek dominan di era modern saat ini. Masyarakat seringkali tergoda untuk terus membeli barang-barang baru, mengikuti model terkini, dan memuaskan keinginan sesaat tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang. Belanja kini telah menjadi aktifitas wajib bagi masyarakat modern. Melalui aktifitas belanjalah, kebutuhan hidup dapat terpenuhi baik dari primer, sekunder maupun tersier, belanja merubah menjadi kebutuhan manusia yang tak cukup diri. Seperti halnya pada mahasiswa yang memiliki keinginan untuk selalu mengikuti zaman dan tak ingin ketinggalan gengsi. Mahasiswa yang keberadanya ingin diakui dan di anggap oleh lingkunganya, cenderung menjadi konsumtif. Adanya budaya konsumtif pada mahasiswa saat ini, seakan hadirnya tidak di dasarkan pada kebutuhan semata, melainkan demi kesenangan dan gaya hidup, sehingga menyebabkan mahasiswa menjadi boros.

Gaya hidup konsumtif didefinisikan sebagai kecenderungan untuk membeli barang yang tidak diperluakan dan melebihi kebutuhan dasar, seringkali untuk memenuhi keinginan atau menunjukan status soial.  Menurut Setiaji dalam Konsumerisme (1995) menyatakan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku berlebihan dan membabi buta dalam membeli suatu barang. Pada akhirnya aktivitas itu bisa menjebak para perilaku konsumtif, yang dimana individu tidak dapat membedakan antara kebutuhan (what he needs) dan keinginan (what he desired). Menurut  Baudrillard, adanya masayarkat kontemporer juga dibentuk oleh kenyataan bahwa masyarakat sekarang dikelilingi oleh faktor konsumsi yang begitu menyolok dengan ditandai oleh multiplikasi objek, jasa, dan barang-barang material. (Soedjatmiko, 2007) 

Hasil Riset OCBC NISP Financial Fitness Index menunjukan 85,6% generasi muda terlihat "kurang sehat" secara finansial, 46% percaya diri memiliki perencanaan finansial, faktanya hanya 16% yang memiliki dana darurat, 86% menyatakan rutin menabung, namun faktanya 43% masih banyak yang meminjam uang dari keluarga atau teman. OCBC NISP Financial Fitness Index juga menunjukkan generasi muda Indonesia menjadi salah satu yang memiliki literasi keuangan rendah, dengan rata-rata kesehatan finansial hanya mencapai 37,72 jauh dibandingkan Singapura yang mencapai 61. Riset tersebut juga menunjukkan hanya 14,3% anak muda yang terlihat berusaha menuju "sehat" finansial, namun nyatanya kondisi mereka masih belum ideal. Hal ini dikarenakan pemahaman para generasi muda yang masih tidak tepat dan lengkap terkait kekayaan dan bagaimana mengelola keuangan. Pengelolaan keuangan pribadi atau personal finance management adalah studi mengenai penggunaan sumber daya penting yang harus dilakukan oleh individu untuk mencapai kesuksesan keuangan. 

Pengelolaan keuangan juga perlu mempertimbangakan kondisi ekonomi seperti inflansi, GDP, tingkat pengangguran, indeks harga saham, dan indeks kepercayaan konsumen. Mengelola keuangan adalah suatu kegiatan yang penting dan memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan manusia. Pengelolaan keuangan yang baik dapat membantu dalam mencapai stabilitas finansial, mengurangi stres, kekhawatiran, serta memenuhi tujuan keuangan jangka pendek dan jangka panjang (Lestari, 2020)

Menurut buku the Psychology of money membelanjakan uang untuk memamerkan betapa banyak uang yang anda miliki, adalah cara tercepat memiliki lebih sedikit uang. Morgan Housel menyampaikan bahwa pada dasarnya perilaku sesorang terhadap uang mampu mempengaruhi kondisi keuangan daripada pengetehuan tentang keuangan yang di milikinya. Dengan kata lain, seseorang dengan latar belakang pendidikan finansial tak menjamin mampu mengelola kondisi keuangan dengan baik. " Untuk menjadi orang kaya, kita tidak harus menjadi pintar, karena mengatur keuangan adalah suatu soft skill dan berhubungan erat dengan perilaku anda," ungkap Morgan Housel dalam bukunya. Berikut tips mengelola keuangan dengan baik : 

1) Hindari mengambil keputusan finansial saat emosi.

Banyak orang membuat keputusan finansial biasanya saat emosi. Membuat keputusan berdasarkan emosi cenderung dapat mengabaikan rencana jangka panjang dan tujuan keuangan yang telah dibuat. Oleh karena itu, pentingnya berpikir panjang merupakan salah satu cara yang bijak dalam mengelola keuangan. Morgan Housel melalui bukunya memberikan saran untuk selalu rasional dan tetap tenang dalam mengambil keputusan finansial.

2) Buatlah daftar prioritas kebutuhan. 

Buatlah prioritas kebutuhan mulai dari hal yang sangat penting hingga bersifat kurang penting, hal ini untuk mengurangi stres dalam keuangan anda. Membelikan barang sebaiknya sesuai kebutuhan, dengan membuat skala prioritas kita bisa lebih mudah dalam mengatur pengeluaran. Selain itu kita juga juga bisa belajar untuk lebih hemat dan teratur dalam mengelola keuangan. 

3) Jangan belanja demi gengsi. 

Saat ini barang branded sangat digemari, biasanya seseorang membeli barang demi memenuhi gengsi dan mengikuti gaya hidup. Namun akan lebih baik jika uang yang kita miliki digunakan untuk menambah tabungan dan membeli barang yang memang kita butuhkan. Sebaiknya hindari juga dalam pembelian barang secara kredit dan hindari membeli barang mewah dengan harga selangit. Bukan karena sedang tren apalagi karena gengsi. Perlu disadari bahwa perkembangan tren dan gengsi tidak akan ada habisnya jika terus kita ikuti. Di masa seperti ini, kestabilan keuangan merupakan sebuah hal yang sangat penting.

 4) Berinvestasi.

Berinvestasi adalah cara terbaik untuk membangun kekayaan dalam jangka panjang dan untuk memperisapkan masa depan yang cerah. Terdapat banyak investasi yang bisa anda lakukan diantaranya seperti saham, emas, obligasi reksadana dan yang lain-lain. Keberhasilan anda sebagai investor, akan ditentukan oleh cara anda dalam menanggapi beberapa masalah yang dihadapi, dan proses yang anda lalui dengan baik. 

5) Menyimpan dana darurat. 

Dana darurat sangat penting untuk menjaga keamanan keuangan. Housel merekomendasikan menyimpan uang setidaknya tiga hingga enam bulan dengan rutin didalam rekening darurat atau investasi yang mudah dicairkan, untuk membantu dalam mengatasi keadaan tidak terduga atau menghadapi situasi finansial yang sulit.

6) Berfokus pada proses

Dalam buku The Psychology of money, menekankan pentingnya berfokus pada proses yang dijalani dengan menciptakan rencana keuangan secara konsisten dan terstruktur. Beberapa hal yang dilakukan saat mengelola keuangan adalah dengan membuat anggaraan, menabung, investasi dan melakukan pemantauaan. Dengan fokus pada proses dapat memberikan manfaat dalam pengelolaan keuangan yang lebih baik, serta membantu mengarahkan pengelolaan uang yang lebih terencana. Mengelola keuangan tentunya sangat membutuhkan konsistensi dan disiplin untuk menghindari masalah dalam mencapai tujuan finansial. 

Uang bisa membuat sakit kepala dan uang adalah obatnya. Pengelolaan yang baik dapat membantu mengawasi dan mengontrol kondisi finansial anda. Tolak ukur mengelola keuangan ini, bukan hanya mengatur pengeluaran dan pemasukan saja, melainkan bagaimana cara bertanggung jawab atas keuangan anda. Terutama hal-hal yang mempengaruhi pengambilan keputusan keuangan setiap hari. Dengan hal ini anda dapat mengarahkan sumber daya keuangan secara bijaksana, membantu mewujudkan keseimbangan hidup yang bermakna dan mengembangkan kecerdasan finansial untuk memperoleh kebahagiaan jangka Panjang. (Housel, 2020)

Refrensi:

Housel, M. (2020) The Psychology of Money. Tanggerang. PT. Bentara Aksara Cahaya. 

Lestari, D. (2020) Manajemen Keuangan Pribadi Cerdas Mengelola Keuangan. Deepublish. 

Soedjatmiko, H. (2007) Saya Berbelanja Maka Saya Ada. Jalasutra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun