Mohon tunggu...
Diah Putri Sulistyowati
Diah Putri Sulistyowati Mohon Tunggu... Mahasiswa - 221070300081 Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

es teh addict.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

Bukber: Ajang Adu Pencapaian?

8 April 2023   22:17 Diperbarui: 8 April 2023   22:49 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi umat muslim, Ramadhan merupakan waktu yang terus dinantikan karena bisa dijadikan kesempatan untuk menyucikan hati serta mendekatkan diri pada Tuhan. Di  Indonesia sendiri Ramadhan salah satu momen yang meriah karena kita semua tahu bahwa negara ini di dominasi oleh warga muslim.

Ibadah puasa merupakan hal yang wajib untuk dilaksanakan bagi umat muslim, selain puasa umat muslim juga melaksanakan beberapa ibadah sunah lainnya. Bicara soal kegiatan Ramadhan tentu tidak lupa dengan salah satu tradisi yang tak pernah absen di bulan suci ini, ya betul buka puasa bersama. Momen ini biasanya dibarengi dengan kegiatan lain, seperti bagi takjil ataupun mengumpulkan zakat, dan kegiatan amal lainnya yang membuat buka puasa menjadi lebih bermakna.

Acara buka bersama saat puasa juga dianjurkan karena memiliki banyak manfaat dan berkah. Buka puasa dapat dijadikan momen untuk silaturahmi, bertemu dengan orang lama, bahkan bertemu dengan kerabat jauh. Hal ini tentu bisa mengobati rindu kita pada teman lama. Buka puasa bersama bahkan menjadi salah satu special event yang paling ditunggu-tunggu.

Buka puasa bersama sudah tumbuh dan berkembang di Indonesia sejak lama, bahkan sudah menjadi tradisi setiap tahunnya. Tradisi tersebut terus terjaga karena masyarakat negara ini yang masih menjunjung tinggi silaturahmi. Tradisi buka bersama yang dilakukan umat muslim di Indonesia biasa dialkukan di rumah makan, kafe, hotel, dan tempat sejenisnya.

Namun, akhir-akhir ini buka puasa bersama kurang disukai oleh sebagian orang, banyak mengatakan hal yang kurang baik mengenai buka puasa bersama. Banyak yang berpikir bahwa acara seperti ini membuang waktu, tenaga, serta biaya apalagi saat berkumpul membahas tentang pencapaian masing-masing, seperti pendidikan, perkerjaan, harta, bahkan hinggga pernikahan.

Seperti yang ditulis pada akun twitter @/yubbeee yang berisi "Bukber paling lama 20-30 menit selebihnya ghibah, adu outfit, adu pencapaian, main handphone foto-foto, boomerang, tiktokan, acara selesai trus pulang upload story "indahnya kebersamaan dengan teman-teman" t**i lo semuaaa". Begitulah pendapat salah satu warganet di aplikasi burung biru. Dari cuitan akun twitter tersebut memunculkan banyak komentar warganet lainnya dan banyak yang menyetujui cuitan tersebut. Karena banyak yang merasa relate dengan statement tersebut.

Pendapat tersebut juga dikatakan oleh Vina, salah satu mahasiswi kampus swasta di Jogja. Menurutnya, bukber merupakan suatu hal yang patut untuk dihindari demi kesehatan mental. Memasuki minggu kedua bukan Ramadhan, ia sudah menolak empat ajakan bukber teman lamanya dan hanya mengikuti buka bersama yang diadakan oleh teman kuliahnya.

Keputusan Vina untuk tidak mengikuti acara-acara tersebut bukan tanpa alasan. Di tahun sebelumnya, Ia mengikuti buka bersama yang diadakan teman-temam SMP-nya. Kegiatan yang dilakukan disana bukan hanya sekedar buka bersama dan melepas rindu karena sudah lama tidak bertemu saja. Namun banyak yang membicarakan akan pencapaiannya, mulai dari adu pencapaian kuliah, pendapatan, bahkan ada yang membicarakan perihal pasangan hingga pernikahan.

Vina juga memperhatikan sekitar, mulai dari temannya yang meletakkan kunci mobil di meja, menunjukkan smartphone keluaran terbarunya, hingga menunjukkan dengan gamblang perhiasan yang dipakai. 

Bahkan juga ia sempat mengatakan "Datang bukannya melepas kerinduan karena lama ga ketemu tapi malah bicarain orang lain, heran senang banget ghibah ngurusin kehidupan orang lain". Sehingga ia hanya mengikuti acara buka bersama yang diadakan oleh orang terdekatnya saja, seperti keluarga dan teman dekatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun