Terdapat literatur lain yang menyebutkan bahwa punakawan berasal dari kata "pana" yaitu paham dan "kawan" yang berarti sahabat.
Berdasarkan makna kata di atas, dapat disimpulkan bahwa Punakawan adalah sahabat, kawan, atau saudara yang mengerti dan memahami keadaan sahabatnya (bersikap bijak) dan mau menerima semua kekurangan dan kelebihan sahabat baik di kala senang terlebih lagi di kala susah. Sahabat yang mampu memberikan pencerahan kepada tokoh utama, bagaimana hidup dan bertahan hidup dengan cara yang baik dan luhur.
Hal itu mengingatkan pada sebuah kata bijak dari Sahabat Rosulullah, Ali bin Abi Tholib. Seseorang bertanya kepada Ali, "Kulihat, Â sahabat-sahabatmu begitu setia sehingga mereka banyak sekali, berapakah sahabatmu itu?"
Ali pun menjawab, "Nanti akan aku hitung ketika aku tertimpa musibah."Â
Mari kita kembali kepada tokoh punakawan.
Sebagai tokoh utama, sekaligus paling tua adalah semar, lambang karsa atau kemauan yang agung, baik, dan luhur.
Semar berasal dari bahasa Arab, "simaar" yang berarti paku. Artinya, kebenaran yang didukung oleh Semar adalah kebenaran yang bersifat kuat atau kokoh seperti paku. Semar mengabdi pada kebenaran yang memiliki dasar yang kuat, prinsip yang kuat atau kebenaran hakiki yang datang dari pedoman hidupnya, kitab suci nan agung. Semar sebagai lambang ibadat yang mampu mengendalikan hawa nafsu dan mampu membedakan mana yang hak dan mana yang batil.
Oleh karena itu, maukah kita menjadi sosok Semar dalam setiap sisi kehidupan kita?Â
Berat, tetapi upaya menuju kebaikan akan selalu ada jika kita tidak mematikan hati nurani.
.
Jika Semar sebagai lambang karsa atau kehendak yang agung, lain halnya dengan tokoh punakawan yang kedua, Gareng yang melambangkan cipta (akal) manusia.
Gareng berasal dari bahasa Arab, "naala qarin" (nala gareng) yang berarti memperoleh banyak kawan. Walaupun tidak memiliki fisik yang sempurna, Gareng memiliki banyak kawan.
Ketidaksempurnaan Gareng bukan menjadi penghalang apalagi bahan hinaan karena  pada dasarnya yang membedakan kita dengan manusia lainnya adalah tingkat ketakwaan. (QS. Al Hujurat:13). Dengan kata lain, hakikat manusia bukan pada kesempurnaan fisiknya tetapi pada hatinya.
Tokoh Punakawan yang keempat adalah Petruk, lambang rasa. Petruk "fatruk" yang berarti tinggalkanlah. Tinggalkanlah sesuatu yang bukan dari Allah. Dengan kata lain, Â meninggalkan larangan dan menjalankan semua perintahNya.