"Maafkan kami Peri, memang tak sepantasnya kami harus saling menghina karena kita semua pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, " kata Putri Malu sambil menunduk.
"Iya benar, Putri Malu. Setiap makhluk pasti ditakdirkan memliki kelebihan dan kekurangan. Â Bukan untuk saling menghina kelemahan dan memamerkan kelebihan tetapi untuk saling melengkapi agar keharmonisan tetap terjalin," lanjut Peri.
Semua bunga tertunduk. Semua takut. Apalagi sang Mawar. Dia menyadari bahwa dialah yang sombong. Suka memamerkan keindahan mahkota dan keharumannya.Â
"Ampun Peri. Hamba memang salah. Tak seharusnya, hamba menghina Putri Malu. Hamba siap menerima hukuman apasaja yang diberikan Peri kepada hamba," kata Mawar tertunduk malu.
Sambil tersenyum, Peri Penjaga Taman pun berkata, "Aku kagum dengan pengakuanmu Mawar. Tetapi, kesalahan tetaplah kesalahan yang harus menerima hukuman. Untuk itu, agar engkau tak lagi bersikap sombong, mahkotamu yang indah akan tetap merona. Wangi semerbakmu akan tetap menggelora, tetapi badanmu akan tumbuh duri agar hewan dan manusia haruslah hati-hati ketika memetikmu!
Itulah mawar. Pesona merah dan wanginya kini harus dinodai oleh batang yang berduri. Untuk itu, kita tidaklah boleh saling menghina. Apalagi sesama ciptaan Tuhan yang harus saling mengasihi.
*Penulis adalah guru bahasa Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H