Saya teringat ketika pawai keraton Kasunanan Surakarta saat malam tahun baru 1 Suro saya mendapatkan seronce bunga melati perlambang saya diberi berkah sebagai kerabat kesucian. Kali ini ketika ngeyup gegara panas menyengat grebeg Sudiroprajan, saya berhasil mengupulkan saweran berupa permen jadul dari klenteng Tien Kok Sie. Ya....lumayan dapet permen, hehehe.
Begitulah warga Solo. Mungkin ada ratusan bahkan ribuan orang berjajar di sepanjang jalan Jendral Sudirman.
Sementara riuh pawai mulai meninggalkan simpang empat Tugu Jam Pasar Gedhe, saya segera bergegas menilik Jalan Kapt. Mulyadi. Faktanya, jalanan tempat bangunan Sociëteit de Harmonie dulu pernah berdiri pun tak terhindar dari kepadatan antusiasme warga menikmati grebeg Sudiroprajan.
Sungguh, balutan akulturasi yang mendarah daging hadir di sana.
Jejak demi jejak masa lalu terekam begitu indahnya kala melalui harum dupa-dupa ritual yang menyeruak menyertai Grebeg Sudiroprajan. Doa demi doa melambung tinggi. Berjuta harapan tertuang pada keyakinan-keyakinan Tiongkok berpadu dengan keyakinan Jawa. Semua tercermin pada saat ritual umbul Mantram dan ritual pemasangan "hu" pada dahi barongsai di depan halaman vihara Tien Kok Sie.
Kali Pepe, The Yangtze dan Venesia's Vibes
Apabila Anda sedang berlibur ke Solo, mari berbaur bersama kami di wisata sepanjang Kali Pepe. Wisata Kali Pepe adalah salah satu bagian dari sejumlah rangkaian acara pada Grebeg Sudiroprajan. Dan bukan hal yang aneh bila sungai di sebelah barat vihara Avalokitesvara tersebut menjadi salah satu saksi masa keemasan moda kelautan.
Nuansa wisata kali Pepe membawa kita bernostalgia kembali ke masa satu abad yang lalu. Lebih tepatnya antara tahun 1890--1920an. Tahun-tahun keemasan sungai percabangan Bengawan Solo. Tentunya Kali Pepe di sebelah barat Pasar Gedhe Solo.
Kali Pepe di dekat Pasar Gedhe telah melajukan lini perdagangan masyarakat Solo pada abad 19 hingga abad 20 Masehi. Di mana setiap harinya diperkirakan puluhan, bahkan mungkin ratusan perahu tradisional merapat di sepanjang dermaga Kali Pepe.
Pada masa tersebut kali Pepe memiliki lebar sekitar 20-30 meter telah membawa perekonomian masyarakat Solo menjadi jauh lebih berkembang. Maka tak ayal, bila patung Dewi Laut Thian Siang Sing Bo atau lebih dikenal sebagai Mak Co pun ternampak pada salah satu altar Klenteng Tien Kok Sie. Salah satu dari 10 klenteng tertua di Indonesia.