Batik bermotif a la replikator genetika? Ada-ada aja penulis satu ini. Hadew.Â
Eits, jangan terburu tepuk jidat, atau netting, mas bro, mba sist...
Dalam laku sejarahnya, batik telah lama menempatkan dirinya sendiri sebagai salah satu produk budaya yang berkembang dari waktu ke waktu. Menjalani evolusi, bertahan dari gempuran desain baru, dan ragam corak baju-baju kontemporer fesyen dunia.
Namun, hingga kini batik masih terus bertahan. Bahkan telah mendapatkan pengakuan khusus dari UNESCO bahwa batik merupakan Intangible Cultural Heritage (ICH) atau Warisan Budaya Takbenda tepat pada tanggal 2 Oktober 2009.
Lima belas tahun sudah batik telah dikenal dunia dalam beragam corak dan motif.
Gimana Sih Batik dalam Tinjauan Bahasa?Â
Sebagai masyarakat Jawa yang mengaku diam di ranah yang pernah dikenal sebagai Vorstenlanden, maka izinkan saya bercerita bagaimana batik yang menjadi senjata ampuh sebagai perekat relasi sosial masyarakat terutama bagi masyarakat Solo.
K.R.T Winarsa Kalingga Hanggapura, salah seorang budayawan yang menggeluti segala macam batik gagrak Surakartan pernah berujar bahwasanya BATHIK bila ditilik dari terminologi bahasa, memiliki makna tersendiri.Â
Kata BATHIK dalam aksara Jawa carakan ditulis menggunakan aksara ꦛ (baca: tha), bukan aksara ê¦ (baca: ta).  BATHIK, merujuk pada jarwÃ¥dhosok, di mana dua kata bergabung menjadi satu kata sehingga memiliki makna yang baru.Â
Bathik kemudian dimaknai sebagai ngrambat titik atau rambataning titik-titik. Oleh karena itulah kemudian bathik mendapatkan makna baru yaitu sebgaai suatu rangkaian titik-titik.
Meskipun demikian, hingga kini rupa-rupanya batik belum juga menemukan konsep akurat yang cukup mumpuni untuk mendefinisikan dengan tepat makna dari bathik itu sendiri.