Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Piknik Sejarah: Keraton Kasunanan, Eksotisme Budaya Jawa - Belanda

30 Juli 2024   17:58 Diperbarui: 31 Juli 2024   09:23 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bagian pendhopo Ndalem Purwadiningratan|dokumentasi pribadi 

Deret bangunan a la kolonial masih terus bertahan di tengah bantahan era modernisasi. Dinding-dinding tinggi Art Deco berbalut tradisional Jawa merupa penanda betapa agungnya pemikiran para teknokrat kala itu.

Arsitektur bergaya Eropa begitu kental menggumpal dalam akulturasi adat Jawa di sepanjang bangunan lawas Keraton Kasunanan Surakarta.

Tentu saja, tak ketinggalan, kori; berupa gerbang besar yang dalam pengertian masyarakat Solo memiliki arti lawang, pintu. Meskipun kori hanya berwujud pintu setinggi kurang lebih 2-3 meter, namun setiap pintu masuk tersebut ternyata memiliki filosofi tersendiri.

Secara umum, terdapat beberapa tahapan menghadap Sang Sinuwun (raja). Dalam setiap tahapan tersebut menyiratkan makna: mempersiapkan jiwa dengan mantap, harus selaras antara pikiran dan keyakinan, memiliki sikap mawas diri (memantaskan diri) selurus tata nilai yang ada dalam masyarakat, serta dengan sikap tertib menghadap sang raja.

Apa pun yang terjadi, pada kenyataannya, Kori Mangu, Kori Brojonolo, Kori Kamandungan, Kori Srimanganti, as the main entrance of Kasunanan Surakarta, telah menjadi bagian dari tata nilai. Bahkan bagi sebagian kelompok sosial masyarakat tata nilai tersebut dianggap sebagai nilai-nilai yang profan. 

Sebuah peradaban yang masih menyisakan guratan ingatan: sebuah maha karya agung nan profesional dan canggih. Sebuah deskripsi simbolik dari kewibawaan, keagungan, dan ketahanan negri begitu nyata tersaji pada visualisasi relief ornamen tiga dimensi. 

Pahatan simetris di atas Kori Kamandungan bagian tengah biasa disebut sebagai RADYA LAKSANA. Diambil dari bahasa Sansekerta, "radya" yang memiliki arti lambang, sedangkan "laksana" yang bermakna sebagai "kerajaan".

Terdiri dari tiga unsur, bumi, matahari, dan bulan. Yang mana lambang kerajaan tersebut memiliki makna "manunggaling kawula Gusti". 

Salah satu lambang Radya Laksana terlihat jelas di gapura Gladag| dokumentasi pribadi 
Salah satu lambang Radya Laksana terlihat jelas di gapura Gladag| dokumentasi pribadi 

Begitu pula dengan relief di atas kori Sri Manganti, misalnya. Relief tersebut menggambarkan begitu banyak elemen-elemen keraton, namun menjadi satu kesatuan yang utuh. Pada bagian tengah relief bila kita cermat mengamati, akan terlihat lambang kerajaan Mataram. 

Relief tersebut melukiskan candra sengkala Memet yang diterjemahkan sebagai "Senjata Kasalira Rasaning Nalendra". Yang mana memiliki arti bahwa Raja haruslah dapat menghentikan pertikaian dan menciptakan kerukunan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun