Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Demam Anak? Kepoin Soal Kompres Air Hangat, Yuk

28 Oktober 2022   08:10 Diperbarui: 28 Oktober 2022   21:43 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo, apa kabar Sobat Sehat? Saya harap kita masih dimampukan untuk menjaga kesehatan, ya. Tentu saja perubahan iklim yang sedang terjadi di beberapa wilayah negri ini membawa dampak tersendiri.

Seperti akhir-akhir ini, perubahan suhu dan iklim di wilayah kita seringkali berdampak buruk bagi kita sebagai orang dewasa maupun anak-anak. 

Kabar teranyar yang cukup masyur adalah tentang melonjaknya kasus gagal ginjal akut atau bahasa sononya Acute Kidney Injury (AKI). Bahkan disebutkan Kompas.com bahwa Indonesia (118 kasus) sempat menduduki peringkat pertama dengan jumlah pasien GGAPA (Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal) yang meninggal dunia. Melebihi Gambia (50 kasus) dan Nigeria (28 kasus).

Hingga artikel ini dianggit, BPOM, IDAI, Kemenkes RI, dan semua stakeholder yang terlibat sedang berupaya mencari jalan keluar dari kasus pelik yang membuat cemas sebagian besar orang tua di negri ini. Termasuk menarik beberapa jenis obat-obatan pabrikan dari pasaran. Untuk lebih jelasnya mungkin kita dapat memantau dari situs resmi pemerintah, baik itu dari Kemenkes RI maupun dari BPOM. Semoga semua segera selesai, nggih.

Meskipun bukan gejala awal satu-satunya, namun demam pada anak sudah pasti membuat setiap kita sebagai orang tua menjadi aware. Kadang panik juga, kan? Sementara itu, demam terkadang juga timbul pada anak-anak seusai menerima imunisasi tertentu, atau bisa jadi demam merupakan gejala penyerta pada sakit lainnya.

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Demam?

Sesuai keterangan dari American Academy of Pediatric (AAP) demam bukanlah penyakit. Lhoh hakok bisa? Wong dah jelas anak menderita gitu, lho.

Ya, sabar...savaaar, Bukbapak, Ayah Bunda, Ohm dan Onti, Oma dan Opa, kita sama-sama belajar yuk.

Pada saat tubuh terinveksi virus atau bakteri, maka tubuh akan mengadakan perlawanan. Okay, kalau berhenti di sini doank kita semua pasti juga tahu donk yha. So, lanjoet! 

Ilustrasi anak demam | via parents.com
Ilustrasi anak demam | via parents.com

Saat tubuh kita terinveksi maka sistem imun di dalam tubuh akan mengadakan perlawanan. Sehingga aliran darah dalam tubuh kita meningkat ke area yang terinveksi. Kondisi tersebut tentu membutuhkan kerja metabolisme tubuh. Kerja metabolisme tersebut menghasilkan panas.

Nah, jadi demam adalah sinyal bahwa tubuh kita sedang mengadakan perlawanan terhadap patogen yang masuk dalam tubuh kita. So, demam bukan penyakit lho yha.

Once again, demam adalah sinyal bahwa tubuh kita sedang mengadakan perlawanan melawan patogen. 

Bagi bayi yang berumur 8-60 hari, mereka belum dapat menyampaikan apa yang sedang dirasakan oleh tubuh. Demam adalah tanda bagi kita bahwa anak dalam tubuh anak tersebut sedang melawan patogen. 

Maka penting bagi Parents untuk segera membawa bayi ke dokter. Supaya anak kita segera mendapat diagnosa dan treatment yang benar. Karena demam pada anak bisa jadi merupakan awal dari segala sakit.

Trus Untuk Perawatan Apa Harus Kompres Air Hangat? Kalo Air Dingin?

Wah, sebelumnya kita mesti kenalan dengan treatment kompres air hangat dulu, ya. Sebagai perawatan non farmakologis bagi anak demam, kita dianjurkan menggunakan kompres air hangat bukan kompres air dingin.

Dalam setiap proses metabolasinya, sel-sel dalam tubuh kita membutuhkan nutrisi dan oksigen. Dari metabolisme tersebut akan dihasilkan energi dalam wujud panas yang dilepaskan oleh tubuh kita.

Sama seperti setelah kita berolah raga atau makan makanan pedas. Apa yang kita rasakan? Biasanya tubuh kita akan menghangat, bukan? Nah, pada saat itu di dalam tubuh kita sedang terjadi proses vasodilatasi. Yaitu melebarnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah meningkat. Pada saat inilah tubuh kita terasa hangat.

Trus, gini deh. Sebenarnya kita bukan hanya memiliki 5 indera. Jinja? Masa sih? Ya, oke lah. Selama ini kita tahu dan paham bahwa secara umum kita memiliki 5 indera. Pelihat, pendengar, peraba, penciuman, dan pengecap.

Salah satu reseptor yang jarang kita ketahui adalah termoreceptor. Reseptor ini letaknya ada di bawah kulit. Nah, termoreseptor ini mempunyai tupoksi menerima rangsangan suhu panas atau dingin. 

Pada saat udara dingin atau udara panas menyentuh kulit kita, maka syaraf reseptor inilah yang akan menerima informasi tersebut lalu meneruskannya kepada hippotalamus. Perkara seperti ini juga terjadi ketika kita berendam untuk  dalam air dengan suhu yang tinggi. Badan kita akan terasa hangat, bukan? 

Hal yang sama terjadi juga pada saat kompres hangat kita lekatkan di kulit. Reseptor di bawah kulit inilah yang akan menerima sensor dan meneruskannya ke hippotalamus. Lhoh hippotalamus? Kan itu bagian dari otak emosi?

Well, jika selama ini kita mengenal hippotalamus sebagai bagian dari sistem limbik dalam otak emosi kita, maka kali ini kita juga akan belajar bagaimana bagian otak tengah yang bergelar The Master of Glands ini menjadi bagian penting saat tubuh menerima sensor panas atau dingin.

Selain sebagai komandan para hormon, hippotalamus juga bertugas sebagai pusat sensorik dari semua reseptor tubuh selain indera penciuman. 

Olret. Setelah menerima sensor panas, hippotalamus mengolah informasi dari termoreceptor tersebut. Kemudian hippotalamus akan memberi komando kepada kelenjar keringat untuk mengeluarkan keringat untuk menurunkan suhu tubuh.

Maka, selain menggunakan kompres air hangat, anak demam dianjurkan untuk mengonsumsi air minum yang banyak. Selain itu usahakan mengenakan baju tipis yang nyaman kepada anak yang sedang demam.

Kembali lagi yuk. Hal penting selanjutnya tentang kompres air hangat. Melalui kompres air hangat diharapkan pembuluh darah akan melebar. Sehingga aliran darah dan proses metabolisme tubuh dapat berjalan lancar. 

Nah, dengan demikian bukankah penting bila pada saat demam, kita melakukan perawatan menggunakan kompres air hangat? 

Fever Phobia, Paan Lagi Niih?

Nah yang ini ga kalah pentingnya untuk diketahui para pengasuh. Ya, pengasuh bukan berarti kudu orang tua si anak yang sedang demam. Ada baiknya kita sebagai care giver atau orang-orang di sekitar lingkungan masa pertumbuhan anak juga bertanggungjawab pada masa pengasuhan, bukan? 

Terlebih, yang banyak terjadi adalah minimnya edukasi tentang demam pada orang tua. Sehingga pada saat anak mengalami demam, orang tua seringkali cemas, takut, bahkan panik. Mereka membutuhkan kita. 

Fever Phobia merupakan suatu pikiran ketakutan dan kekuatiran  yang muncul pada orang tua saat menghadapi anak yang demam. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi fever phobia. Mulai dari kultur, pendidikan, maupun tingkat sosial ekonomi para pengasuh. 

Akan tetapi, apakah ketakutan yang menimbulkan kesalahan sistem perawatan ini hanya terjadi pada orang tua atau para pengasuh dari tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah saja? Ternyata beberapa studi para ahli kesehatan menyatakan bahwa para pengasuh dengan tingkat pendidikan dan ekonomi menengah ke atas pun kerap kali salah dalam memahami perawatan dan pada anak.

Wah, dengan demikian perawatan non farmakologis memang sangat penting. Seringkali orang tua --bahkan mungkin para ners pun dibikin cemas-- dan takut karena demam pada anak dapat juga menjadi indikasi atau merupakan gejala awal dari beragam penyakit yang jauh lebih parah. 

Seperti  hingga demam berdarah, tifus hingga demam anak sebagai gejala awal gangguan pada otak. Kemungkinan inilah yang membuat orang tua seringkali ingin bertindak cepat untuk menurunkan panas saat anak demam.

Adalah alamiah bila sebagai orang tua kita kuatir pada saat anak demam  Akan tetapi kita dapat belajar bertindak bijak. Karena, sebagai orang awam tanpa kita ketahui ketegangan yang timbul dari informasi yang pernah diterima membuat kita panik. Sehingga terjadi kesalahan pada saat perawatan anak demam. Baik itu secara farmakologis maupun non farmakologis. Maka penting untuk mengetahui bagaimana merawat anak yang sedang demam.

Yang tidak kalah penting adalah ketersediaan termometer. Alangkah baiknya bila kita menyediakan termometer di rumah. Supaya kita lebih pasti memantau tinggi rendah suhu badan anak kita. 

Dengan catatan bahwa dari begitu banyak jenis termometer yang beredar di pasaran, untuk anak di bawah 4 tahun sebaiknya menggunakan termometer rektal.

So, sampai di sini dulu deh, Parents. Oh ya. Jangan ragu untuk menanyakan segala informasi yang kita butuhkan kepada dokter supaya penanganan pada anak-anak kita tepat sasaran. Serahkan diagnosa pada dokter. Bagian kita adalah membantu demam anak turun dengan perawatan yang tepat.

Salam sehat, salam sadar
Penulis

*Sumber: 1, 2, 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun