Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mistisisme dalam Bingkai Neurosains

23 September 2022   20:11 Diperbarui: 24 September 2022   08:08 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi artificial neural network | via sciencephoto.com

Kapan terakhir kali kita mendengar atau melihat segala sesuatu yang dikaitkan dengan ritual-ritual mistis? Kemarin, beberapa hari yang lalu? Atau baru saja ini?

Mistisisme. Menurut KBBI, yang disebut dengan mistisisme merupakan paham yang memberikan ajaran mengenai hal-hal yang tidak terjangkau oleh akal manusia. 

Karena ada kata akal, ini jadi sangat menarik. Do you know why? Mari kita melihat mistisisme dari kaca pandang mekanisme otak kita. Bagaimana seseorang mudah percaya pada segala yang berbau mistis? Apa yang terjadi saat otak kita mencerna hal-hal mistis?

Well, sebelumnya, saya akan memberikan diskalimer. Bahwa apa yang saya tuliskan ini tidak mempunyai tendensi apa pun atas keyakinan mana pun. Mari kita belajar bersama cara pandang sains pada mistisisme.

Bila Anda berkeberatan untuk meneruskan membaca, ya monggo saja. Silakan berhenti sampai di sini saja. Karena apa yang akan saya bawa ini memang bukan sebuah common sense. 

Anda ingin meneruskan? Kemon markinjuuut...

Mari kita mejelajah pada masa pra sejarah. Ini menarik bahwa pada masa pemburu pengumpul, ternyata telah dikenal bagaimana mistisisme telah mengisi kehidupan para pemburu pengumpul.

Pada masa teknologi api ditemukan, beberapa aktifitas para pemburu pengumpul menjadi lebih efisien. Para ahli dan peneliti berpendapat bahwa pada waktu itu diperkirakan para pemburu pengumpul mulai mengembangkan kemampuan berbahasa mereka.

Beberapa ahli bahkan meneliti lebih jauh mengenai hal ini. Pada masa Neanderthal, misalnya. Mereka sudah mengenal ritual-ritual yang dilakukan sebagai reaksi empati dalam satu kelompok.

Misteri Alam Semesta? Apa Itu?

"Demi apapun! Owh jangan fisika dong. Berat....beraaat."

Hmmm, tunggu dulu, Kawan. Narasi rasionalisasi mistisisme memang rada galak sih. Seperti halnya saya, bagi sebagian orang membaca teori mekanika kuantum mungkin akan membikin bulu kuduk dan bulu mata berdiri. Hehehe just kiddin'.

Manusia cenderung lebih menyukai segala sesuatu yang pasti. Ketidakpastian termasuk ketidaktahuan akan sesuatu hal membuat manusia terus mencoba mencari tahu. Tak luput pula keingintahuan manusia mengenai misteri tentang alam semesta.

Beberapa ahli fisika mencoba menjawab pertanyaan tersebut dalam kaca mata rasional. Munculnya teori relativitas, teori gravitasi, maupun beragam teori lain yang mencoba menyibak tabir misteri. Alih-alih memberi jawab atas tanya, teori tersebut malahan berdiri dengan argumentasi yang saling melawan satu dengan yang lain.

Hingga akhirnya hadir seseorang yang mencoba memberikan gambaran mengenai misteri alam semesta. Yaps. Stephen Hawking menyodorkan teori mekanika kuantum modern. 

Misalkan untuk mengukur usia saat bumi tercipta hingga sekarang kita belum menemukan "waktu" yang tepat. Hawking mencoba menyodorkan alternatif waktu imajiner untuk mengukur probabilitas partikel melewati sebuah titik. 

Hawking digadang banyak pihak sebagai pengganti Einstein abad now menggegerkan dunia sains dengan teori String-nya. Hawking menolak metafisika yang digaungkan oleh fisika klasik yang memandang realitas sebagai sejarah tunggal tertentu. 

Meskipun telah menghadirkan Theory of Everything, pada kenyataanya teori dan prinsip mekanika kuantum belum mampu menjawab "mengapa dunia ini diciptakan". Namun perlu diakui, hingga kini teori tersebut mampu menjadi gerbang pembuka bagi prediksi sains berikutnya yang mungkin dapat memberikan jawaban yang tidak hanya berhenti pada teori atas perhitungan matematis mengenai misteri alam semesta.

Begitu banyak ide-ide dari para fisikawan dan filsuf di masa lalu mencoba memberi jawab pada setiap misteri irasional ini. Namun masih saja misteri tentang alam semesta, layaknya mistisisme hingga kini belum dapat dijelaskan dengan rasional. 

Kalau dari sudut pandang neurosains gimana?

Mistisisme tidak dapat dipisahkan dari perilaku manusia. Terbukti dengan masih maraknya praktek "mistis" di era 5.0 kini. Bahkan dalam beragam tradisi masih dibalut oleh ritual-ritual yang dianggap di luar nalar.

Yuval Noah Harari, penulis buku kontroversial Sapiens: A Brief History of Humankind pernah menyatakan bahwa otak manusia berupaya upaya untuk membuat asosiasi yang senantiasa bertumbuh dan berkembang selama masa evolusi kognisi.

Satu bagian otak yang paling sering berperan dalam pengambilan keputusan adalah sistem limbik. Bahkan pada masa pra sejarah sistem limbik inilah yang digunakan sebagai "senjata" untuk bertahan hidup.

Hingga sekarang, kemampuan otak si pengambil keputusan (lobus frontal), banyak dipengaruhi oleh emosi dan memori kita. Maka bukan hal aneh bila seringkali otak emosi menguasai otak rasional kita.

Manusia lebih kerap menggunakan otak emosi dari pada otak rasional. Setelah otak emosi membuat keputusan, kemudian otak rasional bekerja. Apakah ini baik bagi kita? Well, memang ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari mekanisme otak ini.

Namun, otak rasional bukan hanya dibutuhkan untuk mencari pembenaran atas keputusan emosi kita dalam hidup bersosial. Dalam hidup bermasyarakat otak rasional akan lebih dibutuhkan untuk membuat keputusan dari pada otak emosi, bukan?

Wokay, next! Saya juga pernah menyinggung dalam artikel yang lalu tentang betapa pentingnya sistem neuron cermin atau mirror neuron.

Sistem neuron cermin merupakan sekumpulan neuron yang aktif bekerja saat kita melakukan gerakan imitasi dari orang lain. 

Dalam faset lain, mirror neuron juga akan "menyala" saat kita mengasosiasikan pengalaman orang lain pada perilaku kita. Saat itulah otak kita menghubungkan dua perilaku tersebut secara bersamaan.

Okay. Yang menjadikan sistem neuron cermin menjadi lebih menarik adalah kajian riset para ahli saraf lewat neuroimaging. Area Borca yang merupakan pusat bahasa pada otak pun tak luput mendapatkan perhatian. Dan, yaps! Di area ini pun didapati sistem neuron cermin.

Seperti yang telah saya sampaikan pada artikel yang lalu bahwa sebagian besar perilaku kita merupakan reaksi atas informasi yang merupakan hasil tangkapan indera. Kemudian diolah oleh otak sensorik sebagai stimulan.  

Otak kita mengasosiasikan fenomena alam maupun segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita dengan melibatkan emosi. Seperti misalnya, pada penggunaan frasa banjir yang mengamuk, gunung yang sedang marah, langit yang bersedih, dan seterusnya, dan seterusnya.

Narasi-narasi tersebut pada masa pra sejarah kemudian berkembang menjadi pemujaan terhadap benda-benda tak hidup. Sehingga memunculkan animisme sebagai kepercayaan awal.

Seperti pernah saya singgung dalam artikel neuron cermin yang lalu bahwa otak bekerja bukan untuk mencari apakah informasi yang datang kepada kita adalah benar atau salah. Tetapi otak meyakini apa yang kita percayai.

Sains mencoba memberi jawab pada misteri alam semesta. Namun sains bersifat dinamis. Segala sesuatu tentang sains yang diakui sekarang sebagai kebenaran mungkin akan ditinggalkan setelah kebenaran baru hadir sebagai jawaban yang telah lolos uji postulat.

Para ahli meyakini bahwa primordial merupakan instruksi genetik yang diturunkan dari para pendahulu kita. Sehingga kepercayaan dan keyakinan yang menurun ini pun sulit untuk lepas dari diri kita. 

Sampai di sini dulu mistisisme dalam ranah sains. Bila ada yang ingin menambah wawasan bersama, monggo silakeun menuliskannya di kolom komentar.

Pembahasan neurosains akan berlanjut lagi di konten saya berikutnya. Semoga bermanfaat dan mari bersama belajar.

Salam sehat, salam sadar

Penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun