Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Solo Keroncong Festival 2022, Bangkitnya Senyawa Keroncong Kekinian

26 Juli 2022   13:05 Diperbarui: 26 Juli 2022   22:46 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spot foto yang digelar di depan venue | Dokumenasi pribadi

"Kamulah saksi bisu, keringat an air mataku,tak pernah tidur hingga ku tak rasa sedih. Sederhanamu buatku jatuh hati. Slalu ingin pulang ke Solo"

Minggu malam 24 Juli 2022 menghadirkan anginnya yang membelai dingin kulit saya. Bersama ratusan penonton yang hadir di Pamedan, ingatan kecil saya melangkah pelan. Tatkala suara unik ukelele, tempo-tempo khas keroncong mengalun mengisi pekat hitam alun-alun kecil di depan Istana Mangkunegaran.

Usai sukses dengan Internasional Mask Festival 2022, Solo Batik Carnival 2022, dan Torch Relay ASEAN Paragames 2022, kini Solo kembali menghadirkan urai lembut budaya negeri. Gelaran Solo Keroncong Festival 2022 kali ini mengambil tema "Witing Keroncong Jalaran Saka Kulina". 

Spot foto yang digelar di depan venue | Dokumenasi pribadi
Spot foto yang digelar di depan venue | Dokumenasi pribadi

Seduhan getar harmonisasi nada Sang Maestro Keroncong, Gesang membawa Kota Solo dibalik lagu Bengawan Solo yang membahana badai. Siapa yang mengira lagu anak negri kala itu mampu melanglang buana hingga mancanegara.

Musik yang mulai dibawa oleh bangsa Portugis pada sekitar abad ke-16. Waktu itu banyak dari masyarakat Malaka mulai memperkenalkan keroncong.

Sebagai salah satu kota tempat di mana musik keroncong berkembang, Solo kembali rindu membawa keunikan musik hasil akulturasi budaya Portugis kepada anak-anak muda. 

Sekitar tahun 1960-1970an kala Rahmat Kartolo, Sam Saimun, Gesang, Waljinah, Mus Mulyadi, Heti Koes Endang, dan seniman seniwati lainnya, keroncong menggeliat menghiasi cakrawala musik Indonesia.

Namun dengan berjalannya waktu, musik adopsi dari fado, kemudian mulai terkulai dengan hadirnya genre musik lain di negri ini.

Hingga pada akhirnya, kerinduan pada nuansa epik klasik mulai menyeruak. Kini musik keroncong kembali dibangkitkan dengan mantra-mantra baru. Cita rasa baru. Estetika musik yang berciri khas instrumen biola, flute, dan beragam instrumen musik petik kembali mengarungi samudra wacana musik anak muda.

Dipadukan dengan kreativitas anak-anak muda, keroncong disuarakan dengan epik kepada publik. Mengusung konsep keroncong fusion, festival kali ini diharapkan mampu memikat kaum muda menjadi senada dengan titian harmonisasi keroncong.

Selain OK. Komunitas Keroncong Muda Surakarta yang hadir di penghujung acara, ada pula OK. Svarama. Tujuh anak muda kebanggaan Semarang mendaratkan keroncong modern yang so easy listening.

Svarama menambah rame malam event nasional tersebut. Tempo yang nge-beat membabat habis Langgam Gambang Semarang. Decak kagum penonton tak surut tatkala Svarama berkolaborasi dengan penyanyi sekaligus mantan Puteri Solo, Elizabeth Sudira.

Lagu "Rindu Solo" menyatu dengan begitu banyak hati anak muda yang turut ambyar saat menyelaraskan malam dengan jiwa kami. Termasuk saya? Tentu saja, Kawan. Memori episodik kami hadir sejurus dengan kerinduan kami membawa Solo sebagai tempat bernaungnya musik keroncong.

Bersenyawanya keroncong dengan gamelan Bali, permainan indah seruling khas Sumatera Barat, menetapkan kembali keroncong sebagai musik dalam negeri yang mengalir menghias dinding malam kami para penikmat keroncong.

kemahiran Dony Koeswinarno meracik musik Jazz dan blues ke dalam citra keroncong memenuhi ikrar kemewahan genre musik sebagai bahasa pemersatu | Dokumentasi pribadi
kemahiran Dony Koeswinarno meracik musik Jazz dan blues ke dalam citra keroncong memenuhi ikrar kemewahan genre musik sebagai bahasa pemersatu | Dokumentasi pribadi

Sebagaimana lantunan "Hanyalah Untukmu" sebuah masterpiece peniup saxophone Dony Koeswinarno feat. Tompi. Malam itu lagu yang merupakan hasil kolaborasi Dony dan Tompi dibawakannya secara epik bersama O.K. Indonesiaku.

Yang sungguh memikat hati saya malam itu adalah beberapa alunan keroncong hadir bukan lagi hinggap di audio korteks saya sebagai musik yang membuat si pendengar mengantuk.

Ya, begitulah saya dulu. Sebelum almarhum bapak membiasakan kuping saya dengan musik keroncong digitalnya, saya lebih memilih genre jazz. Namun rindu dan benci hanya dibatasi oleh tabir yang begitu tipis, bukan?

Perkenalan saya pada keroncong tak lain dan tak bukan adalah karena memori saya menyimpan banyak syair keroncong lebih banyak dari teman-teman SMA saya. Tentu saja, itu karena siraman musik keroncong selalu saya terima. Walhasil, saya sempat ditunjuk maju lomba menyanyi keroncong perjuangan.

Ah, maafkan. Mari kita lanjutkan kembali Festival ini.

Pada festival bertaraf internasional ini dihadiri pula oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, juga ada Wali Kota Sawahlunto Deri Arya.

Pembukaan Solo Keroncong Festival 2022 oleh Walikota Solo, Menteri Koperasi dan UMKM, Walikota Sawahlunto dengan memainkan ukelele | Dokumentasi pribadi
Pembukaan Solo Keroncong Festival 2022 oleh Walikota Solo, Menteri Koperasi dan UMKM, Walikota Sawahlunto dengan memainkan ukelele | Dokumentasi pribadi

Alun suara keroncong bersama arus memori episodik saya berputar. Kembali ke beberapa ranah Nusantara. Orkes Keroncong Buana Lestari membawa kami, ratusan masyarakat yang memenuhi lajur aroma Sumatera Barat. Keroncong berbalut nuansa Sumatera Barat.

Pada awal festival juga dihiasi oleh deretan perform dari Solo Batik Carnival. Warna warni kostum dari para peserta membuat malam semakin meriah. Tatanan highlight pun tak kalah apik menyeruak legamnya malam kota Solo.

Para awak media dan kru yang bertandang malam itu pun tak mau kalah mengolah upaya pemerintah menjembatani regenerasi keroncong kepada kaum milenial. Kalau Anda ingin menyaksikan keseluruhan acara, silakan saja bertandang ke kanal YouTube KompasTV.

Malam terus bergulir. Tanggal 25 Juli 2022 menjadi saksi, kota Solo menghadirkan nuansa penggabungan musik unik dengan warna mancanegara. Hadir pula turut merajai panggung SKF 2022 duta musik Singapura, Brunei Darussalam (virtual), dan Filipina (virtual).

Namun yang memukau saya adalah rangkai pikatan Trisum dengan digawangi musisi-musisi kondang jagat Pertiwi. Diantara mereka hadir Dewa Bujana, Tohpati, I Wayan Balawan, Eca Soemantri, dan bassist kondang Indro Hardjodikoro meruntuhkan dinding pemisah musik jazz dan keroncong.

Wuidiiih... Jamz session is on the way ma friends!

Sungguh ini kegilaan luar biasa. Jali-jali dan Keroncong Kemayoran ikut diusung dengan sangat dan sangat epik. Wow, keren. Sungguh! Langgam keroncong beraroma rancak Betawi yang satu itu memang begitu santun di telinga kita bukan? Permainan gitar bass pun medera telinga kami begitu luar biasa.

Suguhan yang benar-benar anti mainstream, mas Bro. Seakan saya lupa bila masih berada di Solo. Seperti bukan di Solo Festival Keroncong, namun saya serasa sedang berada di ajang Festival Jazz Internasional.

Belum lagi ketika Gambang Suling mengalir. Gebukan ajib drum Eca Sumantri menghentak aroma magis monarki masa lalu yang begitu luar biasa. 

Aransemen seniman wahid, jujurly, membuat penonton yang didominasi oleh kaum muda bergemuruh hebat kala itu. Kekaguman yang tiada habis mencekat lidah dan debar jantung saya yang semakin mendebat. Berdebat dengan paruh malam yang kian mendingin.

Andai saja almarhum bapak saya masih hidup, oh ini sunguh fusion music yang begitu kami rindukan berdua. Pelan dan pasti saya terbawa kembali saat kaset-kaset bapak memutar suara Sundari Soekotjo, Waljinah, dan Mus Mulyadi.

Sebagian dari alenia ini pun saya susun sembari menikmati merdunya Bohemian Rhapsody ala Voca Erudita UNS. Gelombang algoritma malam benar-benar membius kami, sejurus dengan jemari saya mengeja kalimat demi kalimat pada artikel ini.

Dan ya. Berjibaku dengan malam berawan, bergelut dengan angin yang menggoda lembut helai-helai rambut, kami akan menyimpan peristiwa alun musik indah ini.

Terima kasih telah menghadirkannya bagi kami, Solo. Terima kasih untuk warisan yang kami terima. Berharap kami mampu mengembangkannya. Berharap kami mampu menghadirkannya bagi anak cucu kami berikutnya. Berharap, keroncong tetap jaya di bumi Indonesia.

Selamat berjumpa kembali di Solo Keroncong Festival satu tahun yang akan datang.

Salam keroncong dari Kota Bengawan,

Penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun