Kesehatan mental dalam beberapa waktu belakang telah ikut serta menjadi faset penting yang hadir sebagai kompas penentu kebijakan dalam permasalahan masyarakat.Â
Perbedaan pria dan perempuan seringkali meneropong sisi perbedaan organ seks. Namun, satu sisi lain yang juga dapat diamati adalah dari sisi perilaku. Sebagai salah satu organ vital, otak telah menjadi suar dalam memahami pentingnya realisasi kesetaraan gender dalam gerakan pulih bersama.Â
Salah satu sumbangsih neurosains adalah munculnya beragam riset tentang struktur otak. Sebagai contohnya, adalah mengenai corpus callosum sebagai bagian dari strukur otak.Â
Fakta keberadaan corpus callosum inilah yang membantah oversimplifikasi konsep otak kanan dan kiri yang beredar di masyarakat. Corpus callosum merupakan bagian dari otak yang terletak di antara otak besar dan sistem limbik.Â
Corpus callosum inilah yang menghubungkan hemisfer kanan dan kiri dengan sistem limbik, sehingga memungkinkan otak berfungsi secara holistik.Â
Sandra F. Witelson, seorang ahli neurosains dari McMaster University, Hamilton, Ontario. Ia berhasil melakukan studi tentang corpus callosum. Dalam studinya tersebut, ia menemukan fakta bahwa corpus callosum perempuan kurang lebih 30 % lebih tebal dibandingkan dengan pria.Â
Ketebalan corpus callosum inilah yang kemudian menyebabkan perempuan mampu berpikir banyak hal dalam waktu yang bersamaan. Maka bukan hal yang aneh bila perempuan pada umumnya mampu melakukan tugas multitasking dengan lebih baik.Â
Peranan multitasking bagi perempuan pada masa pandemi ternyata banyak menolong roda perekonomian keluarga yang mengalami guncangan. Meskipun harus diakui tantangan menembus adaptasi pada saat pandemi bukan hal yang mudah.Â
Masa Pandemi dan Dampaknya Bagi Kaum Perempuan
Data dari UN Women 2020 mencatat bahwa 36%Â perempuan mengalami kerentanan dalam guncangan pada sektor lapangan pekerjaan selama badai Covid-19 berlangsung. Kerentanan perempuan dikatakan lebih besar pada para pekerja informal.Â
Proporsi 82% perempuan tercatat sebagai pekerja informal. Dibandingkan 74% pria yang berperan sebagai pekerja informal dan kurangnya perlindungan sosial pada pekerja informal menempatkan perempuan menjadi lebih rentan terkena dampak pengurangan tenaga kerja.Â
Faset lain yang tersaji lewat statistik UN Women adalah fakta bahwa covid 19 telah merenggut pendapatan wanita yang bergantung pada ekonomi keluarga. Masa pandemi dengan penerapan social distancing membawa dampak negatif bagi 87% perempuan yang mengalami penurunan pendapatan.Â