Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Belajar Menghidupi Maaf dari Phan Thi Kim Phuc

9 Juni 2022   07:00 Diperbarui: 9 Juni 2022   17:23 1584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir saja rekan saya berhenti dari tugas kepanitiaannya. Namun, ketika saya menghampiri untuk menyampaikan permintaan maaf, ia berbesar hati untuk kembali bergabung dalam event yang sedang berlangsung. 

Mengapa saya harus meminta maaf? Bukankah saya bukan pelakunya? Pada saat itu saya disadarkan bahwa permintaan maaf akan mendatangkan kesejahteraan dan penghiburan bagi si korban. Asalkan kita sampaikan dengan cara yang tepat. 

Berikut adalah sekelumit cara yang pernah saya pelajari dari seorang Guru. Izinkan kali ini saya membagikannya di sini. Saya tahu ini berhasil saya gunakan. Monggo saja bila ingin menggunakannya juga. 

#1 Menyampaikan permintaan maaf dilakukan dengan tulus. Kita bisa mengatakan secara spesifik kesalahan apa yang telah kita lakukan kepada korban. 

Hindarilah penggunaan kalimat yang terkesan asal-asalan. Alih-alih kita berucap, "ya udah, udah aku minta maaf." 

Kita dapat menggantikannya dengan, "aku minta maaf telah merusak vas bunga pemberian ibumu."

#2 Sampaikan permintaan maaf kita tanpa harus disertai dengan segala kerumitan penjelasan kita. Terlebih dengan penjelasan panjang lebar yang menjadi pembelaan atas kesalahan yang telah kita buat. 

Andai saat itu si korban yang meminta penjelasan, maka kita dapat melakukannya tanpa mengada-ada. Jelaskan apa adanya. Atau kita dapat menunggu waktu yang tepat seusai emosi marahnya lerem, baru kita berikan penjelasan. 

#3 Alangkah lebih baik bila permintaan maaf sebagai rasa penyesalan kita sertai dengan kompensasi sebagai rasa tanggung jawab atas kesalahan kita. 

"Apa yang bisa kulakukan untuk memperbaiki semua?"

Mungkin apa yang saya sampaikan ini sangat sederhana. Mungkin juga tidak seru. Namun, saya harap kita mampu berlatih untuk saling berempati, mempunyai kesadaran diri penuh, sebagai pilar kecerdasan emosi kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun