Terlebih, negara ini sudah kian mendekati tahun politik. Apapun isu yang sedang bergulir pasti nikmat untuk dijadikan menu bahasan yang menggelitik.Â
Beragam argumen seperti biasa muncul berkaitan dengan acara "pamitan" Eijkman via jendela media sosial mereka.
Sebagai masyarakat awam yang sering berkunjung di platform penyedia jurnal riset, saya pribadi pun terusik dengan kabar berita ini. Terlebih LBM Eijkman pada rentang waktu 2-3 tahun ini bukanlah lembaga riset independen yang asing di kuping masyarakat.Â
Pandemi covid mengantar massa merasa dekat dengan hasil riset LBM Eijkman. Salah satunya adalah PCR (yang akhirnya telah diberhentikan) dan riset vaksin Merah Putih (hey, gimana kabarnya?).Â
Merujuk pada pernyataan Handoko mengenai perbaikan mutu hasil riset negri ini, mungkin pengambilan langkah integrasi beberapa entitas negri adalah opsi terbaik. Mengapa?Â
Yuk kita tilik sebentar sampai seberapa jauh hasil riset anak negri yang dipublikasikan ke dunia internasional.Â
Melalui laman www.scimagojr.com diketahui bahwa Indonesia sepanjang tahun 2017-2020 kemarin mengalami peningkatan jumlah hasil riset yang go internasional.Â
Pada tahun 2016 kemarin, terlepas dari varian subjek hasil penelitian Indonesia berhasil mengunggah 12.701 dokumen. Sedang pada tahun 2018 terdapat 34.918 dokumen. Peningkatan terjadi pada tahun 2020 Indonesia berhasil setor sebanyak 50. 145 dokumen.Â
Atmosfer penelitian di Indonesia semakin cerlang? Entah. Yang jelas, hal ini cukup membawa angin segar bagi para stakeholder hasil penelitian.Â
Paling tidak, kita dapat menjawab ketersediaan kebutuhan masyarakat yang 6 tahun lalu tertertinggal jauh dari negeri Jiran, Malaysia.Â