Persahabatan. Satu kata yang selalu membuat saya terkagum. Satu varian relasi yang sangat saya kagumi kekuatannya.Â
Melintasi jenis kelamin, usia, dinding-dinding ruang penyekat, melenyapkan hierarki profesi maupun gelar keilmuan formal, melewati pagar adat dan budaya, bahkan mungkin mendobrak norma.Â
Untuk batasan terakhir... sila nilai sendiri.Â
Perkenankan saya membuat ilustrasi sebuah rumah untuk menjelaskan makna relasi. Ya, membangun relasi laksana mengelola rumah jiwa kita sendiri.Â
Persahabatan ibarat kita membawa orang lain masuk ke dalam ruang makan. Bukankah sebelum ruang makan ada gerbang, serambi depan, dan ruang tamu? Masakan kita akan  membawa sembarang orang untuk memasuki rumah kita? Tentu saja kita akan membuat filter dengan standar kita masing-masing, bukan?Â
Apa yang pada umumnya terjadi di ruang makan? Ruang makan, tempat kita berbagi rasa. Perbincangan yang terjadi di sana mengutamakan rasa. Aroma kekeluargaan terjalin kuat di ruang tersebut. Lebih dari sekadar formalitas.Â
Saya belajar arti komitmen dalam persahabatan.Â
Bukan hanya dalam tataran pernikahan saja dibutuhkan rasa saling percaya. Ternyata, dalam segala ragam relasi yang dalam, dibutuhkan rasa saling percaya.Â
Sebuah santun malam, saya menyambangi akun Instagram milik kawan lama. Sahabat saya dari semenjak kami berkuliah dahulu.Â
Een, begitulah nama unik yang saya berikan bagi pribadi hebat yang kini bertempat tinggal di bagian barat pulau dewata. Malam itu di tengah chit chat kami berdua, ada yang ia bagikan.Â
"Tetapkan sebuah komitmen dalam berelasi," begitu ujarnya tatkala saya bertanya bagaimana menjaga rasa saling percaya.Â