Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Semusim yang Lalu

5 September 2021   15:17 Diperbarui: 5 September 2021   15:30 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


malam merayapi tepian mimpi yang dingin, menepi.
mukanya murung, mengurung lautan biru tanpa riak ombak menggelak

sementara aku lupa menghitung bintang yang berserakan di angkasa kemarin malam, ombak tetap saja diam tanpa memberi tanda atau santun apa pun, meski angin meniupinya setiap waktu

mungkin angin lupa ke mana ia harus bertiup, mungkin wabah mengubah wajah arah hingga angin tiada ingin menuai angan dari bijaknya arah

lalu ingatanku membisu, yang tinggal hanya satu, sementara mulutku kelu, lidahku gagu, saat langit berwarna abu, kala itu... 

disetubuhi rintihan hujan, sebuah musim datang mengejarmu,  yang tanpa malu  membawakanku dengan tersipu, segenggam sinar kemarau hangat, meski kadang lewat, menyengat, saat aku hanya mampu mengingat, wajahmu yang melekat, lalu melangit lagi dalam sesaat. 

*Solo... saat langit mengajak bersawala

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun