Kay.... Seorang ahli psikologi dari Universitas Kent, Karen M. Douglas beserta dua rekannya mengunggah sebuah fenomena bergulirnya hoaks dalam jurnal Curent Direction of Psychological Science dengan judul The Psychology of Conspiracy Theories.Â
Ya, tentu saja penyebaran hoaks ini erat kaitannya dengan Teori Konspirasi.Â
Nah, sekarang apa kaitannya Teori Konspirasi dalam menjawab kebutuhan manusia untuk mendapat kepastian?Â
Teori konspirasi merupakan sebuah keyakinan yang termasuk dalam kategori false believe.Â
Lhoh berarti sama dong dengan waham? False believe, kan?Â
Oh... tunggu sebentar, jangan melebar, saudara... Mari kita kembali ke false believe...Â
Baca: Merasa Sering Halu? Ini 5 Tips Sederhana Menghadapi Gejala Psikosis
Apabila kita perhatikan, para penganut konspirasi begitu meyakini berita atau informasi tersebut sebagai sebuah kebenaran meskipun belum ada bukti yang menguatkan konspirasi yang mereka percayai.Â
Para penganut konspirasi merasa ingin mempertahankan apa yang telah mereka yakini sebelumnya. Mereka membutuhkan sebuah pembenaran atas segala keyakinan yang selama ini menggantung dalam benak mereka.Â
Beberapa ahli berpendapat bahwa manusia cenderung memilih jawaban yang lebih mudah dan lebih cepat karena ingin menghemat energi. Seseorang akan lebih memilih menjawab pertanyaan dengan menggunakan intuisi daripada harus mengurai permasalahan sedetailnya.Â
Orang akan lebih mudah memilih ada konspirasi dibalik merebaknya wabah virus covid daripada menerima kebenaran mengenai proses mutasi virus dengan beragam penjelasan ilmiahnya.Â