aku menghindar,
di hadapan tubuh sarat bilur
aku mencari pembenaran
menatap mataNya, nyaliku mengisut
telah tiga kali ayam bersorai
tiga kali pula aku menodai
tiga sangkalan membuatku jatuh terjungkal
dengan pongah pernah aku berdusta,
"Aku akan ikut kemanapun Kau pergi,"
namun ciut hati aku besumpah pada mereka,
"Aku tidak mengenalNya!"
di bawah kelam janari,
dingin membesut kulit
isak tangis mengguruiku,
sesak dada mengguncangku,
sebait konfesi mengalir dari bibir bodohku,
"Guruku, Guruku, mengapa aku meninggalkanMu?"
di atas salib kasar,
menetes bulir-bulir darah kalam,
muka yang jauh dari rupawan
kembali menatah ingatanku
dalam bait luhur luruhMu Kau berkata,
"Kefas, di atas batu karang ini, Kudirikan jemaatKu"
***
Meskipun pada akhirnya Rasul Petrus, yang juga disebut Kefas meninggal sebagai martir dengan cara disalib terbalik, namun pertobatan dari kesalahan yang dilakukannya, memberi makna tersendiri, bahwa pengampunan mampu membebaskan kita untuk bangkit lagi dari keterpurukan.
#KitaBangkit #GoodFriday
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H