Pola pikir yang terbentuk secara kumulatif tersebut melemahkan persepsi perempuan sehingga di dalam diri wanita terpatri asumsi bahwa hanya makhluk bergender laki-laki sajalah yang berhak menduduki kursi jabatan pemimpin.
Pengaruh ketidakadilan gender yang mengakar kuat diri masing-masing individu dalam sebuah kelompok masyarakat hingga tingkat negara yang bersifat global tertanam kuat sebagai ideologi, sehingga lambat lain diterima dan bukan lagi dipahami sebagai sebuah kesalahan.
Keprihatinan yang mendalam ini bukan lantas menjadikan api wanita Indonesia padam. Perjalanan ini masih terus berlanjut meski tertatih dalam lembah kelam.
Gerakan feminisme pada masa kekinian ternyata semakin membawa angin segar bagi terciptanya kesetaraan . Gelombang pergerakan kaum feminisme masa kini bukan lagi mengusung pemahaman bahwa laki-laki adalah musuh yang pantas untuk dijadikan lawan seteru agar tercapai pemenuhan hak yang setara.
Namun, gelombang gerakan ini lebih mengedepankan persepsi bahwa sebenarnya kaum lelaki dan perempuan mampu hidup berdampingan secara harmonis.
Diharapkan dengan injeksi paradigma baru ini akan menggeser pemahaman lama masyarakat Indonesia dalam memandang budaya patriarki di negeri kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H