1. Kita dapat saling mengerti karakter pasangan kita
Penting mengetahui tentang topik yang sering menjadi batu sandungan dalam menjalin hubungan asmara kita. Tidak banyak dari kita yang terjebak pada love bombing.Â
Seiring berjalannya waktu, apa yang nampak baik saat dulu masa berpacaran menjadi berbalik. Kemudian kita merasa adanya shifting pada pasangan kita.
Dengan mengikuti konseling pranikah, kita dapat mengenal karakter pasangan lebih baik lagi. Biasanya, ini berkaitan dengan budaya dan pola asuh orangtua kita maupun pasangan kita.
Memang membutuhkan waktu yang lebih lama dan proses yang lebih panjang dari sekedar 60-90 menit percakapan dengan konselor. Namun, setidaknya kita mempunyai gambaran mengenai pribadi individu yang akan kita nikahi.Â
Bagaimana mengelola emosi saat terbentang topik panas yang memantik pertengkaran antar individu.
2. Membangun komunikasi lebih baik dengan pasangan
Ya, kita pasti tahu bahwa relasi tanpa komunikasi adalah basi, right? Dengan komunikasi dua arah yang baik dan lancar akan membantu kita menyelesaikan masalah dengan kepala dingin.Â
Konselor biasanya akan membantu konselee untuk mengusahakan bagaimana cara membangun komunikasi yang sehat sehingga terjalin toleransi antar individu dalam menjalani hubungan.
3. Mengetahui kematangan emosi pasangan
Kematangan fisik maupun emosi merupakan faktor penting yang mendukung terjalinnya sebuah hubungan. Saya tidak mengatakan bahwa individu langsung menjadi sempurna melalui konseling pranikah.Â
Hanya saja, kesiapan secara fisik, meliputi kemapanan materi, pekerjaan, penghasilan tetap (engga kudu jadi karyawan tetap, tapi dibutuhkan sebuah pekerjaan yang tidak nomaden) sangat dibutuhkan bagi individu yang akan menikah. Bagaimana mengelola keuangan keluarga setelah menikah, bagaimana bila terjadi ketimpangan penghasilan, dan soal ekonomi lainnya.Â
Ini penting, karena pada usia pernikahan 5-10 tahun, urusan ekonomi keluarga menjadi problematika utama pemicu ketegangan rumah tangga.
Lepas dari itu, bagi yang mempunyai pasangan dengan jarak usia jauh (lebih dari 10 tahun) hendaknya mempertimbangkan kesiapan mental.Â