Seberapa banyak di antara kita yang mempunyai ekspektasi atau harapan besar pada hubungan yang sedang kita jalani akan berakhir di kursi pelaminan?
Berharap dengan menikah kita akan lebih berbahagia, dengan menikah kita akan menemukan rasa nyaman dan aman lebih baik dari pada saat kita dalam kesendirian?
Ada bagian dalam diri kita menginginkan bahwa pasangan kita akan memberikan segala yang pernah menjadi ekspektasi kita. Atau lebih tepatnya, kita mengharapkan pasangan kita yang bertanggungjawab atas kebahagiaan kita.
Oh, waw, sorry donky.... sobs, urusan bahagia ya urusan kita dengan diri kita masing-masing. Coba deh, renungkan pesan dari guru kehidupan yang pernah saya temui, "seberapa besar rasa bahagia kita, hanya kita sendirilah yang tahu".Â
Next...
Baiklah, sobat. Buat kalian yang udah kebelet nikah, sebaiknya perhatikan dulu, apakah kalian berdua sudah siap secara fisik maupun mental. Ketahuilah wahai sobat, urusan nikah bukan seindah postingan di Instagram.
Ada baiknya buat kalian yang sudah siap merencanakan, berangan-angan, berharap menjalani samudera hidup berdua dengan pasangan, menyisihkan waktu untuk menjalani konseling pranikah.Â
Dalam budaya kita memang belum banyak ditekankan perlunya pasangan menjalani konseling pernikahan. Kesiapan mental adalah salah satu dari sekian banyak alasan yang dijadikan dasar seseorang bercerai.
Siapa juga yang merencanakan perceraian? Pasti ga ada, bukan?Â
Konseling pranikah membantu kita untuk mengidentifikasi karakter dan visi pasangan, sehingga kita mempunyai gambaran yang dapat kita jadikan pertimbangan apakah kita akan terus menjalani hidup bersama atau tidak.
Nah, ini nih alasan yang mendasari pentingnya konseling pranikah, antara lain: